"Siapa yang menghafal Al-Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).
Oleh: Aya Ummu Najwa
NarasiPost.com - Mempunyai anak yang saleh, siapa yang tidak mau? Setiap orang yang telah menjadi orang tua, tentu mempunyai cita-cita tersebut. Anak yang saleh, yang berbakti kepada orang tua, qurrata a'yun, menjadi dambaan setiap orang tua. Lebih-lebih jika anak-anaknya menjadi penghafal Al-Qur'an. Tentu ini menjadi kebanggan dan kebahagiaan tersendiri untuk orang tua.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن
"Siapa yang menghafal Al-Qur'an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).
Begitu luar biasanya keutamaan mempunyai anak penghafal Al-Qur'an, sehingga Allah pun menjanjikan akan memberikan mahkota cahaya kepada sang orang tua. Bahkan dikatakan kelak anak-anak yang saleh akan menunggu para orang tua di pintu surga. Mereka menolak untuk masuk terlebih dulu ke surga, jika tidak bersama orangtuanya. Inilah salah satu jenis syafaat yang selalu kita mohon kepada Allah, selain syafaat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam.
Dengan mendidik anak-anak kita menjadi penghafal Al-Qur'an, tentu ini adalah langkah kita mencetak generasi saleh yang takwa. Dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai landasan setiap aspek kehidupannya, sehingga kelak diharapkan menjadi generasi unggul pemimpin umat nan Rabbani. Dan sejatinya dengan aktifitas ini kita sedang merangkai mahkota cahaya kita sendiri. Untuk melayakkan diri agar Allah berkenan memberikan mahkota kemuliaan itu kepada kita.
Mencetak anak menjadi penghafal Al-Qur'an, utamanya adalah tugas orang tua. Orang tua sebagai orang yang pertama dan lebih sering bertemu dengan anak, akan mempunyai waktu dan kesempatan yang lebih banyak dalam masa pendidikan itu. Terlebih lagi seorang ibu, karena sejatinya dia adalah madrasah yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Namun tentu tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu semata, namun kerjasama ayah dan ibu dalam menjalankan program kepada anak-anak akan lebih efektif.
Pertanyaannya, apakah mungkin mencetak anak penghafal Al-Qur'an hanya dari peran dari orang tua saja, tanpa peran ustaz atau dimasukkan ke rumah tahfidz? Tentu jawabannya, bisa. Dan itu sudah banyak sekali buktinya.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan orang tua yang ingin mendidik sendiri anaknya untuk menjadi penghafal Al-Qur'an;
Pertama, niat ikhlas karena Allah, bukan yang lain. Begitu pentingnya masalah niat ini, sehingga akan berdampak apakah diterima ataukah tidak amalan kita. Mendidik anak tentu adalah ibadah yang wajib. Bahkan dikatakan anak adalah investasi akhirat. Maka harus didasarkan pada syariat, hadirkan niat untuk menggapai rida Allah Subhanahu Wa ta'aala, agar setiap usaha yang kita lakukan menjadi amal saleh yang mendatangkan pahala.
عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang diniatkan." (HR. Bukhari) [ No. 54 Fathul Bari] Shahih.
Kedua, menyatukan visi misi suami istri. Menyamakan tujuan keluarga. Sehingga akan saling terjalin kerjasama yang apik, mencegah perpecahan, bahkan mencegah kerja dua kali. Ketika suami istri satu tujuan maka program- program akan bisa dilaksanakan dengan baik. Contohnya, ketika istri membatasi anak main gadget, maka suami pun akan mendukung, bukannya malah sebaliknya memberikan gadget ke anak karena kasihan, yang akhirnya istri mengulangi lagi program yang sudah dilaksanakan.
Suami maupun istri akan sadar tugas dan perannya masing-masing. Contoh, kapan anak setor hafalan dengan ayah, bisa setelah subuh, atau murajaah dengan ibu setiap selesai shalat maghrib. Maka jadwal ini akan berjalan dengan tertib, tanpa harus tunjuk-tunjukan antara ayah dan ibu. Kerjasama itu akan membuat si buah hati pun merasa diperhatikan oleh orang tuanya.
Ketiga, suasanakan rumah dengan Al-Qur'an. Orang tua begitu akrab dan tidak asing dengan Al-Qur'an. Dari seringnya orang tua membaca Al-Qur'an, mempelajarinya, hingga sering melafadzkannya. Jadikan Al-Qur'an sebagai teman akrab keluarga, sehingga anak pun akan terbiasa dengan bahasa Al-Qur'an. Ajak anak untuk mentadabburi Al-Qur'an. Ajak anak-anak mengenal hakikat penciptaan dan tauhid, juga pemikiran dan tsaqofah Islam harus sejak dini ditanamkan dalam diri anak. Sehingga ketika kelak dia telah menghafal Al-Qur'an tidak hanya hafal ayatnya saja, namun tahu makna dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
Keempat, hiasi rumah dengan bacaan Al-Qur'an. Selain dari bacaan Al-Qur'an orang tua, juga bisa lewat speaker murattal. Dengan menghidupkan murattal 24 jam anak akan terpenuhi pendengaran dan pikirannya dengan Al-Qur'an, sehingga dia akan mulai mengikuti dan menancapkan bacaan Al-Qur'an di dalam hatinya. Metode tasmi' ini sungguh sangat efektif dalam pembelajaran menghafal Al-Qur'an, apalagi bagi anak-anak balita yang belum bisa baca tulis. Terlebih lagi, memenuhi rumah kita dengan bacaan Al-Qur'an, adalah salah satu cara meruqyah rumah kita dari hal-hal yang tidak kita inginkan.
Kelima, tidak dengan TV dan gadget. Ini penting. Betapa tayangan televisi kita telah begitu berdampak negatif pada anak kita. Dengan banyaknya tayangan yang menjauhkan generasi dari agamanya, hingga membuat mereka terlena dengan kehidupan dunia. Tentu ini akan berdampak pada program menghafal Al-Qur'an yang sedang kita jalankan. Begitu juga dengan handphone atau gadget, jika tidak bisa ditiadakan, maka diminimalkan. Dikarenakan pembelajaran sistem daring, maka orang tua cukup membatasi anak menggunakan gadget ketika belajar saja. Untuk mencegah masuknya dampak-dampak buruk dari konten-konten yang mungkin dibuka oleh sang buah hati, salah satunya adalah game, yang telah banyak merusak dan membunuh anak-anak.
Keenam, orang tua harus istikamah dan disiplin. Kenapa orang tua yang harus istikamah karena ketika orang tua istikamah maka anak akan mengikuti, namun jika orang tua patah di tengah jalan, maka anak-anak pun akan mengikuti pula. Jika jadwal murajaah sudah ditentukan setelah Maghrib, maka orang tua harus istikamah melaksanakannya. Orang tua pun harus disiplin, karena kedisiplinan pada anak adalah buah pembiasaan, sedang kebiasaan orang tua yang disiplin inilah kunci agar program bisa terlaksana dengan sukses. Jika anak-anak jadwal bermain 1 jam, ya harus konsisten 1. Ketika anak masih ingin bermain, maka harus tegas menyudahi, jangan hanya karena kasihan kita sebagai orang tua malah merusak program sendiri.
Ketujuh, berikan reward. Jika anak sudah dapat menambah dan meningkatkan hafalannya, maka jangan sayang memberinya hadiah. Hadiah tak selalu harus mahal, bisa dari pujian, dengan kata-kata mumtadz kakak, MasyaAllah tabarakallah, dan lain sebagainya. Maupun dengan memberikan barang yang dia inginkan, dari es krim mungkin, keperluan sekolah, dan sebagainya.
Kedelapan, senantiasa doakan anak-anak kita. Mohonlah kepada Allah untuk kemudahan mereka dalam mempelajari Al-Qur'an dan menghafalnya. Karena doa orang tua untuk buah hatinya akan senantiasa diijabah oleh Allah, maka mintalah yang terbaik untuk agama mereka. Karena orang-orang yang Allah kehendaki kebaikan adalah orang-orang yang dibaguskan oleh Allah dalam masalah agama.
Kesembilan, jaga makanan anak-anak kita dengan yang halal. Karena setiap makanan yang masuk ke dalam tubuhnya akan menentukan mudah dan tidaknya ilmu itu masuk ke dalam diri mereka. Makanan yang halal akan mempermudah masuknya hal-hal yang baik dan keberkahan. Namun sebaliknya dampak dari makanan yang haram adalah sulitnya ilmu meresap dalam diri, memperburuk tingkah laku, hingga sulitnya menerima nasihat dan kebenaran, juga akan menjadi bahan bakar kita di neraka. Na'udzubillahi.
رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan:74)
Wallahu a'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]