Menghafal Al-Qur'an di Usia yang Tak Lagi Muda

membaca al qur'an

Sungguh berbahagialah seorang muslim, jika terbata-bata saja tetap mendapatkan pahala, lalu apa lagi yang mau kita dustai dari nikmat Allah yang luar biasa ini?


Oleh : Didi Diah, S.Kom.
(Kontributor Tetap NarsaiPost.Com)

NarasiPost.Com-Jelang usia empat puluh lima tahun, aku selalu berharap banyak kebaikan yang bisa dilakukan diri ini. Salah satunya menjadi guru Tahfizh Tahsin Al-Qur'an. Mengajar adalah wasilah untuk mencapai keinginan menghafal Al-Qur'an tersebut. Walau dirasakan sulit, tetapi diri ini terus mencoba. Rutinitas harian yang padat seolah menjadi pembenaran untuk melalaikan dekat dengan Al-Qur'an.

Teringat pesan salah satu Ustaz bahwa Allah Swt. telah berjanji kepada para hafiz yang akan disejajarkan dengan para nabi (sederajat). Hanya saja, para hafiz ini tidak mendapatkan atau dititipkan wahyu dari Allah. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis :

Rasulullah saw. bersabda,

Barangsiapa yang membaca (menghafal) Al-Qur'an, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat kenabian, hanya saja tidak ada wahyu baginya (penghafal). Tidak pantas bagi penghafal Al-Qur'an bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan (selektif dalam bergaul) sementara dalam dirinya terdapat firman Allah.” (HR. Hakim)

Jujur, sungguh terasa berat dan tertatih-tatih menghafal Al-Qur'an di usia tua. Namun, aku sendiri terbantu dengan pola menghafal yang ada di sekolah. Sekalipun kerap ada metode yang menghafal dengan membaca empat puluh kali pengulangan bisa hafal. Bersyukur, dengan mendampingi siswa setiap hari di sekolah adalah cara yang mudah untukku.

Rasanya diri ini malu menerima amanah dari almarhum suami, bahwa aku harus mendidik anak-anak menjadi penghafal Al-Qur'an. Namun, kita berdiam diri dan hanya memaksa satu pihak tanpa kita belajar bersama-sama.

Kini, saat anak-anak pulang dari pondok pesantren, maka saat itu pula aku duduk bersama mereka, mendengarkan hasil kerja keras mereka selama di pondok. Rasanya begitu mengharukan. Ayat demi ayat dilantunkan tanpa kesulitan. Belum lagi irama yang mereka perdengarkan, begitu menyentuh hati. Terkadang si bungsu memperbaiki bacaan kakaknya, begitu juga sebaliknya. Maka betul sekali firman Allah Swt. dalam surat Ar-Rahman yang artinya:

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Orang tua mana yang tidak bangga atas pencapaian buah hatinya? Aku tahu, mereka belajar dengan sangat tekun agar bisa mendulang keberhasilan menghafal Al-Qur'an.

"Ayah, jika saja kau bisa mendengar suara-suara Mas dan Ade melantunkan ayat-ayat Allah dengan begitu indah, kelak mereka akan membahagiakanmu di akhirat," ucapku dalam hati.


Hari berlalu, hafalanku bertambah sedikit demi sedikit dengan izin Allah Swt. Ingat akan pesan di salah satu media sosial, "Hafalkan Al-Qur'an walau tidak hafal-hafal."

Pesan itu tidak salah karena ujian penghafal Al-Qur'an bisa disandingkan dengan amal perbuatan, harta yang suci dari riba, juga makanan yang halal thoyyib, sehingga memudahkan diri ini lebih cepat menghafal dan menjaganya.

Biarlah usia tak lagi muda. Namun, aku tdak mau menyerah dengan para penghafal Al-Qur'an yang lain. Semoga jalan ini bisa menjadi wasilahku untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur'an.

Dengan membaca, menghafal, dan memahami ayat-Nya, Allah akan melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. Selain itu, hadis riwayat Bukhari dan Muslim menjelaskan mengenai janji Allah kepada penghafal Al-Qur'an, yakni akan bersama para malaikat dan juga mendapatkan pahala meski terbata-bata.

Sungguh berbahagialah seorang muslim, jika terbata-bata saja tetap mendapatkan pahala, lalu apa lagi yang mau kita dustai dari nikmat Allah yang luar biasa ini? Ya Allah, semoga usiaku ini penuh keberkahan dan senantiasa dalam keistikamahan. Jadikan aku termasuk orang-orang yang sabar. Aaamiin.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Bongkar Pasang jajaran, Demi Apa?
Next
Kartini dan Emansipasi dalam Persektif Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram