Ajari Anak Laki-laki Meriayah Hewan Peliharaan sejak Dini

Ibu harus memiliki talenta untuk mengajari mereka agar kelak menjadi manusia yang berkepribadian Islam, faqih fiddin, mahir dalam saintek, dan berjiwa pemimpin.


Oleh: Atik Setyawati

NarasiPost.Com-Memiliki tiga anak laki-laki dari empat anak adalah tantangan tersendiri. Ibu harus memiliki talenta untuk mengajari mereka agar kelak menjadi manusia yang berkepribadian Islam, faqih fiddin, mahir dalam saintek, dan berjiwa pemimpin. Kali ini, sekelumit kisah tentang kegiatan mengajari riayah pada anak laki-laki sejak dini.

Riayah artinya memelihara atau mengurusi. Harapannya, anak terbiasa mengurusi apa yang menjadi tanggung jawabnya. Ya, karena kelak mereka akan menjadi ayah yang meriayah anak-anaknya.

Bermula dari rasa sayang terhadap peliharaan, maka anak juga harus memperhatikan terpenuhinya makan, minum, dan semua kebutuhan pada hewan-hewan itu. Jenis peliharaan tidak ditentukan, tergantung apa yang disukai anak.

Ketika Kembar berumur dua tahun, mereka memiliki peliharaan bebek. Sebenarnya yang memelihara, ya, orang tuanya. Kami hanya menyebutkannya saja bahwa dua bebek milik kakak, dua bebek milik adik. Kembar selalu diajak memberi makan bebeknya.

Suatu ketika, salah satu dari Kembar terpeleset dan masuk kolam. Sontak sang ayah terjun ke kolam menyelamatkan, sambil memberi pengertian bahwa ia harus berhati-hati ketika berjalan di pinggir kolam. Seolah mengerti, Kembar pun mengangguk. Hari demi hari, Kembar rajin memelihara bebek-bebeknya, sampai bebek bebek itu bertelur.

Namun, sangat disayangkan, ketika musim flu burung, satu per satu bebek dan entok mati. Sebelum mati, ada yang disembelih dan dibagikan ke tetangga. Dalam kesedihan akibat peliharaannya habis, kami mengajarkan pada mereka untuk tetap bersyukur karena mendapat pelajaran yang berharga.

Usia bertambah, peliharaan beralih ke kucing. Dua kucing angora diadopsi sejak bayi. Mereka mulai rajin memandikan, mengeramasi, mengeringkan rambutnya dan menemani kucing berjemur. Mereka juga memberi makan dan minum, vitamin, menjaga kebersihan tempat tidur si kucing, yaitu Billy dan Funy. Mereka menjaga kucing-kucing itu sampai tumbuh dewasa. Namun, kenyataan berikutnya berkata lain. Kucing itu tidak mau dirawat lagi. Awalnya, merek tidak mau makan, gatalan. Sudah diberi obat dan disuntik, tetapi tetap tidak sembuh dan berujung pada kematian. Takdir kembali harus diterima, bahwa kedua kucing yang cantik itu mati.

Menjelang usia sepuluh tahun, kembali anak laki-laki memelihara kelinci. Dibelikanlah mereka sepasang kelinci kecil yang mungil dan lucu. Selang beberapa bulan kemudian, kelinci betina hamil dan melahirkan lima ekor kelinci yang lucu-lucu. Seminggu dari kelahiran kelinci itu, kembar menginap di rumah nenek. Esok harinya, mereka dapati kelima ekor kelinci kecilnya mati. Sepertinya karena kedinginan. Kembar tampak sedih sekali karena lupa memberikan tempat tidur yang nyaman pada kelincinya. Ini menjadi pelajaran berharga lagi bagi kembar dan kakaknya.

Selang beberapa hari kemudian, kelinci betina melahirkan lagi tujuh ekor. Terkadang sulit diterima oleh akal, baru sekitar sepuluh hari, kelinci melahirkan, kok melahirkan lagi. Entahlah, tapi itu yang terjadi.

Kelinci jantan kena penyakit scabies, sudah diobati dan dipisahkan dari betinanya, tetapi kemudian mati.

Sejak kematian kelima kelinci kecil dan pejantannya, anak-anak menjadi lebih rajin memperhatikan kelincinya. Benar saja, kelinci tumbuh menjadi besar, lucu, dan menggemaskan. Dari tujuh anak kelinci, hanya empat yang dapat bertahan hidup sampai besar, dua jantan dan dua betina, lima dengan induknya.

Kini, kelinci kecil sudah tumbuh besar dan beranak. Ketiga kelinci hamil dan beranak secara berurutan selang beberapa hari, ada yang beranak delapan, ada yang tiga, dan juga ada yang delapan. Dari total semua, yang bisa bertahan hidup ada sembilan ekor.

Di saat memelihara kelinci, datang kucing yang tahu-tahu beranak dua di bawah meja. Jadilah peliharaan mereka bertambah.

Kini, meriayah kelinci-kelinci dan kucing menjadi aktivitas yang mengasyikkan bagi mereka. Di sela-sela kajian ba'da Subuh, tahsin dan tahfizh, mereka bergiliran piket mengurusi hewan peliharan.

Hasilnya, masyaallah, sembilan anak kelinci yang bagus, bersih dan cantik-cantik, sudah bisa diajak bermain. Ini menjadi aktivitas mengasikkan ketika menghadapi pandemi. Anak-anak menjadi lebih disiplin. Mereka tahu, kapan harus mengurusi peliharaannya, kapan membantu Umi, dan kapan tidur. Semua terjadwal rapi. Kami melakukan evaluasi setiap dua hari sekali.

Kami menyiapkan pakan dengan mengambil rumput yang sengaja ditanam abinya di kebun. Kadang, mereka ikut Umi belanja untuk membeli wortel, atau mengambil remahan sawi di pasar. Semua dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Ya, meskipun bertengkar masih menjadi hal yang belum bisa dihindarkan oleh mereka. Dimaklumi saja karena mereka memang masih anak-anak.
Yang terpenting adalah mereka terbiasa meriayah hingga kelak dewasa. Semoga menjadi laki-laki yang bertanggung jawab pada keluarga dan umat yang menjadi riayahannya. Aamiin.

Metro, 6 April 2021[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Marhaban ya Ramadhan: Mari Siapkan Diri Menyambut Bulan Suci
Next
Ramadhan, Terlalu Suci untuk Dicintai lalu Dicampakkan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram