Membangun Syakhsiyah Islami Sejak Dini

Membangun Syakhsiyah Islami Sejak Dini

"Anak yang rasa takutnya begitu kuat kepada Allah Swt., maka akan memiliki benteng dalam dirinya. Sehingga menjauhkan dirinya dari segala perbuatan buruk, yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain."

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Anak merupakan aset berharga yang tak ternilai bagi keberlangsungan sebuah keluarga, bangsa, dan peradaban. Anak yang diharapkan tentu bukanlah anak tanpa pengasuhan yang baik dan pendidikan yang benar. Tetapi anak yang sejak dini telah mendapatkan pembinaan keimanan dan pembiasaan ketaatan (ibadah). Pendidikan pembentukan pola pikir (aqliyah) dan sikap islami (nafsiyah), memperluas tsaqafah Islam, mengasah kecerdasan intelektual, dan pembinaan interaksi sosial kemasyarakatan.

Anak merupakan karunia Allah yang terlahir fitrah, ia bagaikan kertas putih yang siap menampung segala torehan tinta. Jika tinta kebaikan yang menjadi warnanya, maka anak akan jadi baik. Pun begitu sebaliknya. Hal ini telah termaktub dalam surah Al-A'raf ayat 172, firman-Nya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, 'Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.'"

Ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan dalam membentuk akidah dan akhlak anak islami, di antaranya:

Pertama, penanaman keimanan.
Sejak dini penanaman keimanan sudah harus dilaksanakan dengan cara mengajarkan keyakinan bahwa Allah Swt. senantiasa melihat, mengetahui, dan menyertai di mana pun dirinya berada.

Menancapkan rasa yang kuat kecintaan anak kepada Sang Pencipta, yakni Allah Swt. dan Rasulullah saw. sebagai teladan terbaik, memuliakan keluarga, serta para sahabatnya. Mengajarkan membaca dan memahami makna isi kandungan Al-Qur'an dan As-Sunah, serta membina keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan dan sikap rela berkorban.

Anak yang rasa takutnya begitu kuat kepada Allah Swt., maka akan memiliki benteng dalam dirinya. Sehingga menjauhkan dirinya dari segala perbuatan buruk, yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain. Ia berusaha mengerjakan perbuatan yang baik-baik saja, termasuk menjauhi perkara makanan, minuman, dan benda yang diharamkan agama.

Kedua, habituasi ibadah.
Pembiasaan ibadah merupakan bagian dari penyempurnaan pembinaan akidah serta menjadi cerminan keimanan. Supaya akidah anak menancap kuat di dalam jiwanya, maka ibarat tanaman harus disirami dengan air agar tak layu lalu mati kekeringan. Dengan menjalankan bermacam ragam bentuk ibadah. Semisal mengerjakan salat wajib tepat waktu.

Salat wajib adalah amalan ibadah yang pertama akan dihisab. Oleh karenanya orang tua senantiasa mendorong anak untuk melaksanakan salat wajib lima waktu dan berjemaah ke masjid. Sebagaimana dengan firman Allah di surah Taha ayat 132: "Dan perintahkanlah keluargamu salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa."

Selain itu, salat akan mencegah anak dari perbuatan keji dan mungkar. Membiasakan saum sunah guna mengendalikan dirinya dari hawa nafsu buruk. Sehingga terbentuk habituasi positif pada anak akibat keterikatan pada hukum syarak.

Ketiga, budi pekerti (akhlak).
Perangai baik yang tampak dari orang tua akan ditiru oleh sang anak. Pun membiasakan anak untuk berperilaku sopan santun, ramah, jujur, bijaksana, wajah berseri (tersenyum) tatkala bertemu dengan saudaranya, dll. akan menghindarkan dirinya dari lisan tak baik, ceroboh, dan perangai buruk lainnya.

Dalam pembentukan akhlak, ada sebuah proses panjang yang mesti dilalui. Hal ini tidak boleh dianggap sepele. Sebab, perangai akan terbawa hingga dewasa. Sehingga ada perilaku mendasar yang harus dimiliki seorang anak yaitu bersikap amanah. Perintah tersebut ada dalam Al-Qur'an di surah Al-Ahzab: 70-71 Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, Maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."

Bahkan Rasulullah saw. tidak segan memberi sanksi kepada anak yang melanggar amanah dengan menjewer kupingnya. Selaras dengan riwayat Imam An-Nawawi dalam kitab Ibnu Sinni dari Abdullah bin Bisir ash-Shahabi r.a. berkata: "Ibuku pernah menyuruh aku menemui Rasulullah saw. dengan membawa setandan anggur. Namun, aku memakan sebagian anggur itu sebelum menyampaikannya kepada Rasulullah saw. Tatkala aku sampai di hadapan Rasulullah saw., beliau menjewer kupingku sambil berkata, "Wahai yang mengkhianati janji."

Keempat, pembentukan jiwa.
Memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak. Ketika anak melakukan kesalahan tidak langsung memarahi, menghakimi, atau berbuat kasar. Berupaya berbicara secara terbuka dan menjadi pendengar yang baik baginya. Memberikan nasihat dengan lemah lembut atau menggunakan media buku. Ketika anak memperoleh nikmat atau prestasi tidak segan-segan memuji, memeluk, dan memberinya hadiah. Dahulu Rasulullah pernah memberikan manisan kepada anak-anak yang turut salat Asar bersama beliau. Bahkan memberi tambahan bagian kepada mereka. Serta menyambutnya dengan penuh kehangatan. Membuat anak-anak merasa nyaman berada dekat beliau. Perlakuan yang baik terhadap anak akan memberikan ketenangan pada jiwanya, tetap stabil dan menjauhkan dari rasa takut.

Kelima, membangun intelektual anak. Setiap anak memiliki kemampuan/potensi yang apabila diasah akan menonjol di bidangnya dan bermanfaat. Orang tua harus memotivasi anak untuk semangat mencari dan mencintai ilmu. Dalam pendidikannya, orang tua juga mencarikan guru dan memfasilitasi sarana belajar untuk mengajarkan ilmu-ilmu Islam, sains, dan keterampilan berbahasa Arab. Pun pada suatu kesempatan, orang tua dapat menceritakan kehebatan, kecerdasan, dan karya-karya para ulama intelektual terdahulu. Dengan harapan menjadi spirit yang membakar semangat anak untuk mengikuti jejak mereka.

Sejarah mencatat adalah Imam Syafi'i yang hapal Al-Qur'an di usia 7 tahun, hapal 2.000 hadis hingga digelari "Nashirus Sunah". Beliau juga perumus pertama metodologi hukum Islam yang dikenal usul fikih melalui kitabnya yang berjudul Ar-Risalah. Kitab lainnya Al-Umm dan Ikhtilaful Hadis.

Muhammad Al-Fatih diusianya 21 tahun telah berhasil menaklukkan Konstantinopel. Keahliannya yang lain menguasai 6 bahasa, sains, matematika, strategi perang, dan ketentaraan.

Keenam, peka sosial kemasyarakatan. Memahamkan kepada anak, bahwa ia bagian dari masyarakat. Mengajak atau melibatkan anak untuk berinteraksi sosial kemasyarakatan. Sikap ini akan menumbuhkan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap permasalahan umat. Ketika anak sudah mukalaf ia paham keterikatan perbuatannya dengan hukum syarak. Ia akan menjaga hubungan baik dengan tetangga, kerabat, pergaulan antara laki dan perempuan, paham kewajiban menutup aurat bila keluar rumah, pandai memilih teman yang saleh, serta mengerti hak dan kewajibannya di dalam keluarga.

Anak memahami dengan benar peran aktifnya di dalam masyarakat, tidak menutup diri (eksklusif) dan turut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan sekitar.
Pandai membawa diri dan mengajak setiap individu atau warga untuk hadir ke majelis ilmu, bergotong royong, menjenguk tetangga sakit, gemar bersedekah, tidak sungkan menolong kepada yang membutuhkan, dst.

Seorang anak yang sejak dini bertumbuh dengan support system keluarga ideologis, tentu akan membekali dirinya dengan keimanan dan ketakwaan yang paripurna. Maka terbentuklah syakhsiyah islamiyyah pada dirinya. Sehingga, dengan kematangan ilmu akan menjadi bekal melakukan amar makruf nahi mungkar ke tengah masyarakat serta melakukan muhasabah bil hukkam kepada penguasa kelak.

Wallahu 'a'lam []


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Berlarilah, Jangan Berjalan!
Next
Desa Sentris Digagas, Akankah Kemiskinan Tuntas?
2.3 3 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Kembali mengunjungi naskah2 yg telah terbit. Salah satu cara mengingat kembali ilmu tersebut. Image yg pas dg materi. Masyaallah adem melihatnya. Jazakillah khairan Mom Andrea image kerennya juga tim NP yg hebat.

Tya Ummu Zydane
Tya Ummu Zydane
1 year ago

Ma Syaa Allah...
Diriku juga sedang menggarap tulisan ini Bun...
Dirimu sudah tayang aja...
Keren pake bangetss...

Ummi anita
Ummi anita
1 year ago

Mencerahkan sekali tulisan ini

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram