Orang Tua harus menyadari bahwa masuknya informasi di gadget juga tidak dibarengi filter yang ketat oleh negara. Sehingga tanpa pengawasan ketat orang tua, anak dapat mengakses banyak hal, termasuk pornografi. Dengan demikian, orang tua harus bekerja ektra untuk mendidik anak agar setiap aspek pengembangan dapat terpenuhi.
Oleh: Lismawati - Mahasiswi dan Lingkar Pendidik Peradaban
NarasiPost.com - Pemberitaan tentang bocah 12 tahun yang meninggal akibat radiasi ponsel pada akhir Februari ini menjadi viral. Pasalnya, bocah asal Subang tersebut sering menggunakan ponsel untuk bermain game online. Dia mengeluhkan sakit kepala dan hasil pemeriksaan diduga mengalami gangguan saraf akibat radiasi ponsel hingga tidak terselamatkan. (Kompas.com)
Meski tidak ada penjelasan konklusif terkait penyebab penyakit serius tersebut, namun, penggunaan gadget tentu memiliki efek-efek pada tubuh bila digunakan berlebihan, di antaranya adalah:
Pertama, dapat membuat sindrom mata kering karena radiasi layar ponsel yang mengeluarkan hawa panas.
Kedua, berkurangnya aktivitas fisik karena anak sedikit melakukan aktivitas gerak. Ini berakibat pada kemampuan motoriknya.
Ketiga, efek fisik yang disebabkan karena posisi memegang ponsel yang salah. Ini menyebabkan sakit pada kepala dan anggota tubuh lainnya.
Keempat, penggunaan gadget yang berlebihan akan membuat anak sulit berkonsentrasi dan mengalami penurunan dalam kognitifnya.
Saat ini gadget memang digunakan untuk media pembelajaran sekolah akibat pandemi yang terus menggila. Hal ini karena pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif utama. Karenanya, dibutuhkan pengawasan ketat para orang tua terhadap aktivitas penggunaan gadget anak.
Belum lagi arus liberalisme kiat kuat menggerogoti negeri ini, mulai dari tayangan televisi, media sosial dan game online yang tidak ada kendali, serta tanpa penyaringan yang ketat.
Hal ini membuat orang tua khawatir terhadap penggunaan gadget. Maka ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua agar meminimalisir efek buruk gadget, di antaranya:
Pertama, menanamkan akidah yang kuat kepada anak.
Tugas orang tua adalah menanamkan keimanan kepada Allah dan Rasulullah. Ini akan memberikan pengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Orang tua harus memahamkan bahwa Allah senantiasa mengawasi dan melihat apa pun yang dilakukan anak.
Kedua, memahamkan yang benar dan salah.
Arus liberalisme mempengaruhi pola sikap dan tingkah laku anak. Misalnya, anak yang setiap hari melihat tik tok, berjoget atau pacaran, maka pola sikap dan pikir mereka akan mengikuti apa yang mereka lihat dan pahami.
Karena itu, orang tua wajib memberikan edukasi terkait mana yang boleh dilihat dan mana yang tidak dan memberikan pengetahuan/ informasi yang benar. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan untuk memilah karena tidak bisa dimungkiri bahwa anak memiliki keingintahuan yang besar.
Ketiga, mengenalkan kewajiban, tanggung jawab dan adab.
Anak harus mengetahui apa-apa yang boleh mereka lakukan dan apa yang tidak, seperti tidak boleh mencuri, pacaran, membuka aurat, dll. Orang tua juga harus menjelaskan adab yang ahsan ketika anak berhadapan dengan orang tua guru, teman, dan lingkungan sekitarnya, serta menyadari konsekuensi dari setiap perbuatan yang mereka lakukan. Anak harus paham bahwa kebaikan akan mendapatkan pahala, begitu pun sebaliknya. Dengan demikian, mereka akan berhati-hati dan memilah dalam melakukan sesuatu.
Keempat, orang tua menjadi Uswah.
Setiap anak adalah peniru yang ulung. Mereka cepat belajar dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Maka, orang tua memiliki peran besar untuk memberikan teladan agar dapat ditiru. Begitun pun dengan penggunaan gadget, bukan malah mencontohkan yang buruk dengan asyik main gadget yang berlebihan, membuat video-video Tik Tok atau pun aktivitas lain yang tidak bermanfaat bagi anak. Hal ini justru memberikan contoh negatif bagi mereka.
Orang tua harus bijak dalam menyikapi penggunaan gadget meski ponsel telah menjadi nyawa kedua di masa pandemi saat ini. Orang tua harus mengenali kapan anak memang membutuhkan gadget untuk sekolah dan kapan mereka harus berhenti dan melakukan aktifitas gerak.
Orang tua juga harus menjelaskan, mengapa anak tidak boleh terlalu berlebih-lebihan dalam menggunakan gadget, dampak buruk yang akan mereka terima serta selalu mengawasi dan mengontrol aktivitas dunia maya mereka. Orang tua juga harus membuat kesepakatan dengan anak tentang aturan penggunaan gadget.
Perlu disadari bahwa Islam tidak pernah melarang penggunaan gadget atau pun anti dengan teknologi. Justru dalam sejarahnya, Islam menjadi yang terdepan dalam perkembangan teknologinya sehingga mampu memimpin peradaban dunia.
Orang Tua harus menyadari bahwa masuknya informasi di gadget juga tidak dibarengi filter yang ketat oleh negara. Sehingga tanpa pengawasan ketat orang tua, anak dapat mengakses banyak hal, termasuk pornografi. Dengan demikian, orang tua harus bekerja ektra untuk mendidik anak agar setiap aspek pengembangan dapat terpenuhi.
Wallahu a'lam
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]