Ketika Anak Terbiasa

"Sebagai orang tua, kita harus banyak introspeksi diri, terutama tentang apa-apa yang sudah diberikan dan yang belum dipenuhi untuk kebutuhan anak-anak. Anak kita yang sekarang adalah buah dari apa yang disemai. Orang tua adalah cerminan dari anaknya"


Oleh: Ummu Habil

NarasiPost.Com-Anak adalah amanah yang harus dijaga, dibimbing dan dipenuhi kebutuhan jasmani (hajjatul 'udhowiyah) serta naluri-nalurinya (Ghoroiz) dengan maksimal.

Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh cara orang tua dalam memperlakukan anak-anaknya. Lingkungan keluarga adalah penentu utama dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Rasulullah saw. dalam sebuah riwayat pernah berkata,

''Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci (fithrah, Islam). Dan, karena kedua orang tuanyalah, anak itu akan menjadi seorang yang beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.''

Orang tua, khususnya ayah dan bunda adalah faktor utama dalam pembentukan karakter anak. Anak adalah peniru ulung. Apa yang dibiasakan di rumah, itulah yang dibawa anak ketika akan keluar rumah.

Sebagai contoh, anak saya bernama Habil Fatihah. Umurnya belum genap empat tahun. Sejak usia satu setengah tahun, ia sudah pandai berbicara. Saya mulai mengenalkan akidah Islam kepadanya, mulai dari mengenalkan siapa Tuhan kita. Saya menjelaskan bahwa Tuhan kita adalah Allah Swt.

Jawaban untuk satu pertanyaan ini harus diulang-ulang di setiap kesempatan. Saat bangun tidur, ditanyakan. Hendak makan ditanya dulu. Akan main begitu juga. Terakhir akan tidur. Sehingga di memori Habil sudah tidak asing lagi. Bahkan terkadang latah. Ketika Habil mendengar kata Tuhan, dengan sekejap langsung di jawab Allah Swt. Begitu seterusnya.

Hingga saat ini, di usianya yang akan menginjak empat tahun, kitab dasar Minhajul Muslim Anak, Bab Akidah, sudah dilalap Habis. Benar saja, ia seperti bel, yang saat ditekan tombolnya langsung berbunyi, tanpa berpikir lagi.

Sampai saat ini, yang sudah dikuasai oleh Habil adalah pertanyaan dan jawaban tentang siapa Tuhan kita? Allah Swt. Siapa nabi kita? Muhammad Saw. Apa kitab kita? Al-Qur'an. Apa agama kita? Islam. Kemana kiblat kita? Ka'bah. Apa arti Syahadat? Bersaksi. Siapa ayah nabi? Abdullah. Siapa ibu nabi? Aminah. Nabi lahir pada hari? Senin. Nabi lahir pada tahun? Gajah. Nabi lahir di kota? Mekah. Nabi lahir dari suku? Quraish. Saat itu ada tentara? Bergajah.
Pertanyaan-pertanyaan ini sudah menjadi kebutuhan dan makanan sehari-hari Habil.

Sebagai ibunya, saya sangat bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kemampuan dan kemudahan bagi Habil untuk mengulang (memuroja'ah) materi dasar. Begitu juga untuk hafalan Juzz amma, sudah dihafalnya sebanyak 15 surat terakhir.

Semua itu kami dapatkan dengan usaha dan kesungguhan serta doa. Adalah sebuah ilusi dan kemustahilan mengharapkan anak pandai, apabila kita sebagai ayah bundanya tidak membiasakan anak di rumah. Berharap anak menjadi penghafal Al-Qur'an, tetapi tidak dibimbing dengan benar. Berharap anak pandai membaca dan berhitung, tetapi tidak difasilitasi.

Sebagai orang tua, kita harus banyak introspeksi diri, terutama tentang apa-apa yang sudah diberikan dan yang belum dipenuhi untuk kebutuhan anak-anak. Anak kita yang sekarang adalah buah dari apa yang disemai. Orang tua adalah cerminan dari anaknya. Buah memang tidak jauh jatuh dari pohonnya. Begitu istilah yang kerap didengar.

Karena itu, hindari mengeluh, hindari menyalahkan anak. Satu tips yang harus dilakukan, meminta perlindungan dan berdoalah kepada Allah Swt yang dikhususkan untuk anak-anak. Bisa jadi karena kelalaian dan kurangnya doa, maka anak menjadi sosok yang tidak kita harapkan. Dengan doa, maka perkara sulit akan menjadi mudah dengan izin Allah Swt. Semuanya bisa karena terbiasa.

Wallahu a'lam Bisshowabb[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Produk Luar NO, Tapi Impor YES, Dagelan Kapitalisme?
Next
Menyongsong Kemenangan yang Telah Dijanjikan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram