Tak hanya menjadi amalan yang dicintai Allah, keutamaan mengurus lansia bahkan disamakan dengan jihad.
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Mengurus lansia bukanlah aktivitas mudah. Butuh kesabaran, ketelatenan, dan keikhlasan dalam pelaksanaannya. Terkadang muncul perasaan kesal akan kerewelannya. Namun ingat, hati dan pikiran harus senantiasa tenang. Bagaimanapun mereka tetaplah orang tua yang patut kita sayangi dan hormati.
Saat ini banyak ditemui kaum lansia yang hidup nestapa di sisa usianya. Hidup sendiri jauh dari sanak keluarga. Bahkan hingga wafat pun tak ada yang mengetahui. Marak terjadi lansia yang meninggal seorang diri di tempat tinggalnya. Seperti yang terjadi pada Suhudi (70) yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya Jalan Nusantara Canden, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Kompas.com, 9-2-2024). Kasus yang sama juga ditemukan di berbagai daerah. Sedih rasanya.
Mengurus Lansia, Beban?
Mengapa begitu banyak para lansia yang hidup sendiri tanpa satu pun keluarga yang menemani? Berbagai alasan menyeruak menjawab pertanyaan ini. Ada kalanya merekalah yang mengambil pilihan tersebut dengan alasan tak ingin merepotkan anak. Namun, tak sedikit pula anak yang meninggalkan orang tuanya karena mencari nafkah di kota yang berbeda, atau karena tak ingin terbebani dalam mengurusnya.
Kehidupan serba kapitalistik dan sekuler saat ini tanpa disadari mulai menggerus nilai-nilai ruhiah kaum muslim. Urusan berbakti kepada orang tua pun diukur dengan materi. Kaum lansia yang sudah tidak produktif lagi dalam menghasilkan uang, dianggap bak benalu yang menguras pundi-pundi keuangan. Sudahlah sulit untuk menghidupi keluarga inti, ditambah menghidupi orang tua dan mertua, teramat berat beban kehidupan dirasakan oleh anak.
Alasan sibuk juga menjadi penyebab lain enggannya seorang anak mengurus lansia. Jadilah para lansia diserahkan ke panti jompo atau lebih memilih mengupah orang lain daripada mengurusnya sendiri. Astagfirullah, apakah tak terpikir betapa hancurnya hati orang tua? Tidak ingatkah bagaimana orang tua merawat, mengasihi, dan mengurus saat kecil dulu?
Jika kita bertanya, apakah orang tua mengharapkan balasan dari apa yang telah mereka berikan kepada anak-anaknya? Pasti jawabannya adalah tidak. Mereka sudah menyadari tugas dan kewajiban sebagai orang tua. Kalaupun akan dibalas, gunung emas pun tak akan sebanding dengan semua yang telah mereka berikan.
Rasa bahagia mereka pun sederhana, yaitu melihat anak-anaknya bahagia. Lalu, tegakah kita membiarkan masa tua mereka menderita? Patutkah para lansia menjadi golongan yang terpinggirkan dan disia-siakan di sisa usianya?
Mengurus Lansia Meraih Pahala dan Rida-Nya
Islam memandang, mengasihi dan mengurusi lansia adalah bagian dari ibadah dan wujud birrul walidain. Aktivitas berbakti kepada orang tua bahkan termasuk ke dalam amalan yang paling dicintai oleh Allah Swt.
Abu ‘Amr Asy-Syaibani meriwayatkan, “Pemilik rumah ini (seraya menunjuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud) menyampaikan kepadaku. Aku bertanya kepada Rasulullah saw., Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah? Rasul menjawab, salat pada (awal) waktunya. Kemudian apa lagi? Nabi menjawab lagi, berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya kembali, kemudian apa lagi? Kemudian jihad fisabilillah. Ibnu Mas’ud mengatakan, Beliau terus menyampaikan kepadaku (amalan yang paling dicintai Allah), andaikan aku meminta tambahan , maka beliau akan menambahkan kepadaku.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Nasai).
Tak hanya menjadi amalan yang dicintai Allah, keutamaan mengurus lansia bahkan disamakan dengan jihad.
Abdullah bin Umar mengatakan ada seorang pria datang kepada Rasulullah. Dia meminta izin untuk pergi jihad. Lalu Rasulullah bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Pria itu menjawab “Ya”. Kemudian Rasulullah bersabda, “Maka kepada keduanya itulah kamu berjihad.” (HR. Muslim).
Masyaallah. Betapa mengurus lansia bukanlah aktivitas remeh nan receh, tapi mulia dan banyak pahala di dalamnya. Mungkin akan didapati perilaku mereka yang terkesan rewel, banyak maunya, sulit diatur, dsb., maka bersabarlah. Tahan lisan untuk tidak berkata kasar apalagi membentaknya. Allah Swt. melarang seorang anak berkata “ah” kepada orang tua, apalagi membentaknya.
Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Isra ayat 23: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Khatimah
Banyaknya lansia yang terlantar, tak terurus, bahkan menderita hingga akhir hayatnya saat ini bukan hanya sekadar persoalan anak dan orang tua semata. Ini adalah buah dari abainya negara dalam mengurus rakyatnya.
Seyogianya negara turut hadir untuk mendekap dan menghilangkan lara rakyatnya, tak terkecuali lansia. Bukankah pemimpin negara dan para pejabatnya juga memiliki orang tua? Maka kewajiban mengurus dan pahala yang akan diraih pun sama. Muliakan para lansia, insyaallah berbuah surga. Wallahu a’lam.[]
Ketulusan cinta dan kasih sayang anak kepada orang tuanya dapat dilihat salah satunya saat anak mengurus orang tua yang lansia dan saat orang tua sakit. Barakallahu fiik untuk penulis. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kesabaran dalam mengurus orang tua tercinta apapun kondisinya.
Masyaallah tulisannya menggugah sekali. Memang benar sekali orang tua tak akan pernah mengharap balasan. Namun, kewajiban anaklah saat beliau berdua sudah tak memiliki kekuatan fisik untuk mengurus beliau berdua.
Barokallahu fiik, Mbak
Masyaallah, betapa Islam sangat memuliakan orang tua sampai mengasuhnya disamakan dengan jihad. Semoga kita selalu menjadi anak yang berbakti pada orang tua.
MasyaaAllah, Islam mengaggap mengurus orangtua merupakan amanah yang berbuah pahala dan surga, sehingga orang beriman tidak pernah menjadikan orangtua mereka beban.. Sistem kapitalisme, membuat masyarakat memandang semua hal (termasuk mengurus orangtua) dari segit materi, akhirnya semua dianggap menjadi beban ekonomi, apalagi memang negara abai dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
MaasyaAllah.. Pengingat yang begitu serat makna. Menyadari sebagai anak rantau, jd mulai kepikiran saat ortu nanti memasuki lansia rasanya ingin segera kembali ke kampung halaman. Karna bagi orangtua katanya rumah ternyaman adalah rumahnya. Maka anaklah yg seharusnya memaklumi itu, dan bisa memposisikan dirinya untuk tetap berbakti. Dimanapun kapanpun dengan cara yang semoga Allah ridhoi.
Kasih sayang dan pengorbanan orang tua kepada anaknya sebesar apa pun tidak akan di bisa di bayar oleh seorang anak, meski setetes keringat pun. Sungguh miris dan meruginya jika ada anak yg menyia-nyiakan orng tuanya di usia senja. Sementara surga terletak pada baktinya pada orgtua. Semoga kita terus diberi hidayah oleh Allah hingga bisa memuliakan orgtua hingga akhir hayatnya. Semoga anak2 kitapun berlimpah kasih sayang mengurus kita di hari tua kelak. Aamiin
Hampir semua dari kita merasakan ya, semangat buat pejuang surga. Tulosannya keren, relate banget sama kehidupan
Masya Allah luae biasanya Islam memberikan berbagai limpahan pahala. Lansia adalah suatu sumber pahala bukan beban. Bahagianya orang yang masih mempunyai ortu lanjut usia. Yang merasa suatu beban mesti memahami agama Islam vswcara benar dan bangga berislam kaffah.
Di lingkungan saya, banyak nenek.yang sibuk urus cucu. Sampai mau ke majelis ilmu pun terhambat cucu..Anak dan menantunya sibuk kerja.Kasihan ya.. Potret nenek kakek pengasuh cucu jadi fenomena di kota besar..Semestinya tua dilayani.malah tetap melayani. Sistem kapitalisme yang menjadikan banyak lansia tetap 'bekerja'.
Iya mbak, disini juga kota industri yg kebanyakan para muda mudi keluar. Alhasil anak diasuh ortu or mertua. Malah ini anak sepupuku juga mau ditinggal kerja, padahal otunya sudah sakit2an. Duh, miris banget kaisan anak dan ortunya