Ketika Si Kecil Tidak Mau Sekolah

"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh." (HR. Muslim)

Oleh: Ida Royanti 

NarasiPost.Com-Hari itu, si kakak pulang dengan wajah sedikit murung, tak ada senyum apalagi sapaan khas yang biasa ia ucapkan. Padahal, tadi pagi gadis kecil itu bersemangat sekali. Ia tak sabar ingin segera bertemu dengan teman-temannya. Sejak ada pandemik ini, sekolah tatap muka secara langsung memang hanya dilakukan selama dua hari. Itu pun hanya satu jam dan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Baginya, seminggu dua kali itu terlalu sedikit untuk sekadar bertegur sapa. Karena itu, ia sangat senang setiap Senin dan Selasa datang. Namun, kegembiraan itu tak tampak begitu ia kembali dari sekolah. Ibunya menduga, pasti ada sesuatu yang sedang terjadi di sekolah, terlebih setelah anak itu mengatakan kalau ia tidak mau sekolah.

****

Pernahkah Bunda mengalami hal yang sama? Kejadian seperti itu bisa menimpa siapa  saja. Terkadang, situasi semakin tak terkendali ketika buah hati tetap kukuh tidak mau sekolah, padahal kita sudah membujuknya sampai mulut berbusa. Sebagai  orang tua, memang kita memiliki wewenang dan kuasa untuk memaksa anak-anak untuk tetap berangkat. Namun, sikap ini tidak akan menyelesaikan masalah. Justru sikap ini bisa menyebabkan anak-anak tertekan, bahkan bisa berujung pada depresi berkepanjangan. Namun, menuruti keinginan si Anak untuk tidak sekolah juga tidak tepat. Hal ini sama saja dengan menghancurkan masa depannya. Lantas, apa yang harus dilakukan oleh orang tua.

Kenali apa permasalahannya

Kalau hal ini menimpa Bunda, jangan langsung memarahi anak! Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi mengatakan bahwa jika anak tidak mau sekolah, jangan salahkan anaknya, salahkan saja sekolahnya. Karena pada dasarnya, tiap anak itu suka belajar. Bisa jadi anak mengalami school phobia atau ketakutan di sekolah (Dream, 20/03/2018).

Ada beberapa hal yang bisa jadi menjadi penyebab anak tidak mau sekolah. Yang jelas, pasti ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman hingga ia ingin menghindar. Bisa jadi, ia sedang mengalami masalah dengan gurunya. Guru galak kadang-kadang membuat anak merasa ketakutan. Atau bisa juga karena mendapat gangguan dari teman-temannya. 

Bunda harus betul-betul  memastikan apa yang menjadi akar dari persoalannya sehingga terapi yang kita berikan juga tepat. Sikap sembrono ketika sedang mengidentifikasi persoalan hanya akan membuat anak semakin tertekan, terlebih sikap menghakimi karena merasa sebagai orang tua yang tahu segalanya tentang anak-anak.

Kadang, anak-anak tidak mau berterus terang. Hal ini bisa saja terjadi. Mungkin si anak merasa takut kalau berbicara jujur, diancam atau mengalami tekanan. Dalam hal ini, mengajak anak berbincang santai adalah tindakan yang bijaksana. Cobalah Bunda mencari waktu yang tepat, buat anak senyaman mungin kemudian ajak dia berbincang dari hati ke hati. Biarkan dia mengungkapkan semua rasa hingga kita mengetahui duduk persoalannya.

Setelah mengetahui duduk persoalannya, barulah bunda bisa memberikan treatmen yang sesuai. Intinya, masuki dunia mereka, kemudian tarik perlahan-lahan ke dunia kita.  

Jika persoalan itu berkaitan dengan guru, maka komunikasikan dengan cara yang baik, jangan sampai guru yang bersangkutan merasa tersinggung hingga berakibat lebih buruk pada perlakuan terhadap anak. Bagaimanapun, anak harus berhadapan dengan guru mereka selama di sekolah. Kalau guru tersinggung dan menunjukkan sikap yang kurang bersahabat pada anak-anak, maka akan membuat anak kita semakin tertekan.

Jika persoalan itu berkaitan dengan teman-temannya, maka sampaikan pada guru agar bisa memberikan pengarahan dan bimbingan pada anak-anak yang suka mengganggu teman. Yang tidak kalah penting, jalin komunikasi yang baik antar orang tua siswa sehingga ketika salah satu dari anak-anak mereka berbuat yang kurang tepat pada anak-anak kita, bisa kita selesaikan dengan mudah.

Bunda, ajari anak berani menghadapi setiap tantangan. Anak harus dibesarkan hatinya bahwa ia akan baik-baik saja dengan terlebih dulu mengatasi persoalannya. Justru kalau Bunda selalu menuruti keinginan anak untuk tidak sekolah, akan membuat anak itu mudah menyerah dan putus asa ketika menghadapi suatu persoalan. Selain itu, menuruti keinginan anak akan membuat mereka meremehkan arti pentingnya belajar. Kelak, ketika dewasa, ia tidak akan memiliki rasa tanggung jawab dan cenderung untuk mengabaikan sekolahnya. 

Andai berbagai upaya sudah Bunda lakukan, namun anak tetap tidak mau sekolah, maka buat ia belajar di rumah. Usahakan tidak mengobral berbagai kenyamanan di rumah saat anak tidak sekolah. Hal ini akan membuat anak merasa lebih suka di rumah daripada di sekolah. Dengan begitu, mereka akan semakin enggan untuk pergi ke sekolah.

Yang tak kalah penting, biasakan mereka untuk selalu terbuka pada guru dan orang tua, sehingga ketika mendapat tekanan dari teman atau orang dewasa yang bermaksud buruk, segera bisa dicari solusinya.

Mengapa kita harus bersusah payah melakukan itu semua? Bukankah lebih mudah kalau membiarkan semua berjalan apa adanya? Bukankah waktu adalah penyembuh yang paling ampuh? 

Bunda, anak adalah amanah yang harus kita jaga dengan baik. Anak adalah aset berharga yang kelak akan menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Baik atau buruknya anak tergantung bagaimana kita membentuknya. Jadi, mari kita jaga amanah ini dengan sebaik-baiknya!

Rasulullah saw. bersabda, yang artinya: 

"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh." (HR. Muslim)[]

Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ida Royanti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Membangun Kepribadian Pendidik Umat
Next
Menyoal Menutup Aurat dan Narasi Antikeberagaman
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram