Jangan Biarkan Air Matanya Menetes

"Mintalah selalu doa dan rida ibu, sebab doanya bisa menembus langit dan terkabulkan, serta memudahkan langkah dalam dakwah. Ridanya menjadikan kita kuat untuk melewati setiap ujian dan tantangan dalam perjalanan dakwah.

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Seorang anak berkata kepada ibunya tatkala ia hendak keluar rumah: “Semoga keselamatan untukmu, wahai ibuku, juga rahmat Allah serta berkah-Nya.” Ibunya menjawab: “Semoga untukmu juga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya, wahai anakku.”
Lagi, sang anak berkata: “Semoga Allah menyayangimu karena sudah mendidikku semasa aku kecil.” Ibunya pun menjawab: “Semoga Allah juga merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku usia lanjut.”

Ini adalah dialog yang terjadi setiap kali si anak hendak pergi dari rumah. Ia memberi salam terindah untuk sang ibu. Begitu pula balasan sang ibu yang begitu tulus dan penuh kasih pada putranya. Keduanya saling mendoakan yang terbaik. Sungguh indah nan syahdu nian apa yang mereka lakukan.

Sebenarnya siapakah anak dan ibu tersebut?

Mereka adalah Abu Hurairah dan ibundanya. Inilah gambaran bagaimana memuliakan orang tua, khususnya ibu. Apa yang dilakukan Abu Hurairah patut menjadi teladan bagi kita. Hal yang seolah tampak sederhana, namun begitu dalam maknanya.

Mengucap salam dan mendoakan ibu kita merupakan sesuatu yang ringan dilakukan. Tanpa memerlukan biaya dan bisa dilakukan kapan saja. Tentu saja efeknya sungguh luar biasa. Dengan mendoakan ibu, bukan hanya kita menunjukkan sikap yang baik sebagai seorang anak, namun juga berlimpah kebaikan dan pahala. Ibu menjadi rida dan mendoakan selalu untuk kebaikan anaknya.

Ibu adalah wanita yang mulia. Mengasihi dan memuliakannya adalah balasan yang terbaik untuknya, meski tetap tak akan bisa menandingi semua jasanya. Ibu adalah sosok yang amat berharga bagi anak-anaknya. Ada sebuah hadis yang begitu lekat dalam ingatan mengenai sosok ibu. Dalam hadis disebutkan bahwa Abu Hurairah mengatakan: “Ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw. dan bertanya: “Ya, Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapat perlakuan terbaik?” Nabi menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Nabi berkata lagi: “Kemudian Ibumu.” Lelaki itu pun kembali bertanya: “Kemudian siapakah?” Dan Nabi menjawab lagi: “Kemudian lagi Ibumu.” Maka, ia bertanya kembali: “Kemudian siapakah lagi?” Beliau menjawab: “Ayahmu”” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah perintah Islam untuk memuliakan ibu dengan baik. Disebutkannya nama ibu tiga kali oleh Rasulullah menunjukkan bahwa ibu merupakan sosok yang begitu penting. Kepayahan dan perjuangan ibu selama mengandung, melahirkan, dan menyusui sangatlah berat. Bahkan nyawa sering kali menjadi taruhannya. Peluh, air mata, dan darah setiap saat tertumpah demi buah hatinya. Ia rela dan ikhlas atas itu semua.

Ibu yang dengan telaten merawat dan mengasuh kita dari bayi kecil yang lemah hingga mampu terbang ke mana-mana. Ibu mengajarkan banyak hal dalam kehidupan. Ibu juga yang menjadi tempat kita mengadu ketika kita sedih dan terluka. Dengan kasih sayangnya yang tanpa pamrih, ia sembuhkan luka dan mengembalikan senyum kita. Dengan caranya sendiri, ia ajarkan kita untuk bangkit setiap kali terjatuh.

Ibu yang menanamkan kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya. Ia tak hanya berbicara dengan kata-kata, namun ia memberi contoh nyata bagaimana mewujudkan cinta sebagai hamba. Ia ajarkan seperti apa itu takwa. Ibu adalah guru pertama dan utama bagi putra-putrinya. Ia adalah segalanya.

Ibu yang dengan setia menemani hari-hari kita hingga dewasa dan berumah tangga. Bahkan, meski kita telah berkeluarga sendiri, perhatian dan cintanya tak pernah luntur. Begitu pula doanya yang tak pernah berhenti ia panjatkan untuk anak-anaknya.

Begitu besar jasa dan pengorbanan ibu demi anak-anaknya. Ia tahan semua sakit dan penderitaan agar anak terus bahagia. Ia curahkan segenap upaya demi keselamatan dan kenyamanan buah hati tercinta. Begitu sedihnya ia bila melihat anaknya sakit. Biarlah dirinya saja yang sakit asalkan anak tetap baik-baik saja.

Ia tempuh berkilo-kilo meter demi kesejahteraan putra-putrinya. Ia habiskan malam-malamnya demi menjaga permata jiwa. Menyusutnya raga tak menjadi soal, selama ia bisa membahagiakan buah hati tercinta. Ia sanggup melawan badai apa pun untuk menyelamatkan anaknya. Apa pun ia lakukan demi kebaikan sang anak.

Atas itu semua, pantaskah kita melukai hatinya? Apakah kita tega membuat ibu menangis karena perilaku kita? Layakkah ia mendapatkan keburukan untuk semua kebaikan yang ia lakukan?

Sungguh, tiada keberkahan bila anak durhaka pada ibunya. Kesulitan hidup akan menjadi temannya bila tega menyakiti hati ibunda. Allah pun marah pada anak-anak yang berbuat kasar lagi durhaka pada orang tua, khususnya ibu.

Sebagai pengemban dakwah yang lebih memahami agama, tentunya diharapkan mampu memberikan contoh bagaimana akhlak terhadap orang tua, terutama ibu. Merekalah yang lebih dulu mengamalkan apa yang disampaikan kepada umat. Bagaimana memuliakan ibu sesuai ajaran syariat Islam tercermin dalam keseharian yang dijalani.

Berbakti kepada ibu juga merupakan kewajiban sebagaimana berdakwah di tengah manusia. Memuliakan ibu sama pentingnya dengan melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Meninggalkan salah satunya berarti mengabaikan perintah Allah. Jangan sampai seperti kaum sekuler yang suka memilah-milah ajaran Islam. Berdakwah dan berbakti kepada ibu merupakan kewajiban yang saling berjalan beriringan.

Mintalah selalu doa dan ridanya bila ia masih ada. Sebab doa ibu bisa menembus langit dan terkabulkan. Doa ibu bisa memudahkan langkah dalam dakwah. Ridanya menjadikan kita kuat untuk melewati setiap ujian dan tantangan dalam perjalanan dakwah.

Jangan menyepelekan ibu kita meski beliau tak sepandai kita dalam beragama. Bila ibu kurang memahami syariat, maka menjadi kewajiban kita untuk menuntunnya. Mungkin karena usianya yang telah lanjut, daya pikirnya mulai berkurang. Tak perlu marah, apalagi berlaku kasar padanya. Tetaplah santun dalam membimbingnya mempelajari agama. Sebagaimana dulu ibu begitu sabar mengajari kita banyak hal dalam hidup.

Kita diperintahkan untuk memperlakukannya dengan baik, bahkan ketika ia berbuat maksiat. Nasihatilah ia dengan cara yang baik dan penuhi haknya. Berdoalah semoga pintu hatinya terbuka dan menyadari kesalahannya.

Meskipun ibu berbeda keyakinan dengan kita, tetap wajib untuk menghormatinya. Tunjukkan akhlak yang baik sesuai ajaran Islam. Laksanakan kewajiban kita kepadanya. Jangan berhenti berdoa agar Allah membukakan pintu hidayah untuknya. Kita pastinya tak akan tega meninggalkan ibu dalam keburukan. Harapan kita adalah bisa terus bersama dengannya hingga ke surga nanti.

Bila kita bisa bersikap sabar dan lembut kepada orang lain, maka terhadap ibu sendiri harus lebih dari itu. Jangan sampai keluasan ilmu dan aktivitas kita dalam dakwah justru digunakan untuk menyakiti hati ibu. Buatlah ibu kita bangga dan bahagia dengan menjalani ketaatan sepenuh hati pada Allah Swt..

Jangan biarkan air matanya menetes karena terluka oleh sikap kita. Ia hanya boleh menangis haru dan bahagia karena kebaikan yang kita lakukan. Ketakwaan kita kepada Allah semoga mampu mengangkat derajatnya di mata manusia dan terlebih lagi di hadapan-Nya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Menjemput Janji Agung
Next
KSA: Toleransi Menyalahi Hukum Ilahi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram