Perjuangan mewujudkan sebuah sistem kondusif yang menciptakan anak Saleh-salehah harus segera diwujudkan karena dengan sistem yang kondusif yakni Islam maka akan mudah bagi keluarga Muslim mewujudkan perilaku Saleh-salehah pada anak-anak yang dicintainya.
Mencontoh Nabi dalam Menasihati Anak-anak dan Remaja
Oleh. Ulfa Ni'mah
NarasiPost.com - Anak adalah anugerah besar yang harus dijaga, dipelihara, dan dirawat dengan penuh kasih sayang. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik pada setiap putra-putrinya. Sehingga ketika menjumpai sang anak tidak sesuai harapannya maka orang tua tidak segan mengingatkan atau menasihatinya.
Namun seringkali setiap orangtua terutama Ibu, malah dikatakan anaknya sebagai ibu yang bawel atau cerewet, lantaran seringnya berbicara, menasihati, atau mengulang kata-kata yang sama. Bahkan anakpun tidak segan membantah saat di nasihati oleh orangtua. Tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan saat mereka menasihati anak, justru sering berakhir pada perselisihan. Hingga akhirnya malah membuat jarak hubungan antara orangtua dan anak semakin lebar.
Ya, tentu setiap orangtua pasti mendambakan anaknya penurut, patuh, lembut dan terbuka hatinya saat diarahkan dan dinasihati. Tidak ada satupun orangtua yang menginginkan anaknya memiliki hati yang keras, susah menerima masukan hingga sulit ditembus oleh petuah bijak yang menyejukkan.
Dalam kondisi saat ini di mana kita hidup dalam sistem kapitalis, tentu banyak sekali faktor yang mencerabut nilai-nilai Islam yang sudah kita tanamkan pada anak. Untuk itu akhirnya kita dapati banyak perubahan yang terjadi pada diri anak salah satunya saat anak berbelok pada perbuatan yang tidak dikehendaki maka diperlukan nasihat yang mumpuni.
Nasihat sangat bermanfaat, nasihat sangatlah mahal. Apalagi kalau nasihat itu bertujuan menghantarkan anak pada kebaikan.
Mari kita tengok bagaimana Rasul memberi teladan dalam hal memberi nasihat pada zamannya.
Rasul mencontohkan dua nasihat yang berbeda untuk dua orang yang berbeda kepada anak-anak dan remaja.
Nasihat Kepada Anak-anak
Nasihat kepada Abdullah bin Abbas Radhiallahu 'anhu,
"Dari Ibnu Abbas dia berkata: Aku dibonceng Nabi Saw dan beliau berkata, " Nak, aku akan mengajarimu beberapa kalimat, semoga Allah memberimu manfaat dengannya." Aku berkata: Ya. Nabi berkata, " Jagalah Allah, Dia akan menjagamu, jagalah Allah, kamu akan menjumpai-Nya ada di hadapanmu, Kenalilah Dia dalam keadaan lapang, Dia akan mengenalimu di waktu sempit. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah, …(HR
Ahmad dan Tirmidzi, dia berkata: hasan shahih)
Usia Abdullah bin Abbas saat itu ketika diberi nasihat oleh Rasul adalah berkisar 3-13 tahun, karena pada saat itu nasihat ini diberikan saat posisi Abdullah bin Abbas di Madinah dan ini masuk kategori usia anak-anak.
Mari selami suasana dan cara Nabi dalam menguntai nasihat, Dalam periwayatan di atas, menggambarkan jelas suasana saat Nabi menguntai nasihat adalah pada saat sedang mengendarai kendaraan. Suasana ini sangatlah indah, sedang santai, tenang menikmati kenyamanan dan hati dalam keadaan lapang. Apalagi kendaraan yang ditunggangi Nabi dan Abdullah bin Abbas adalah kendaraan seekor binatang yang sangat disukai anak anak.
Inilah momentum mahal di mana saat untaian nasihat diberikan pada waktu sangat tepat. Sehingga peluang nasihat masuk menembus dinding hati anak-anak kita sangat besar.
Berbeda jika nasihat kita berikan pada suasana penuh amarah dan menegangkan. yang ada anak justru merasa tertekan, ketakutan sehingga malah berakibat membangkang tidak merasa dicintai orangtua. Inilah penyebab mandulnya nasihat orangtua hari ini. Sayangnya lagi, seringnya momentum perjalanan hanya berisi kumpulan pita tanpa suara. atau kalau ada suara tanpa makna.
Kedua, dari hadist di atas juga terlihat bagaimana metode nabi memberi nasehat kepada Abdullah bin Abbas, Rasulullah menggunakan muqaddimah sebelum menasihati.
"Nak, aku akan mengajarimu beberapa kalimat, semoga Allah memberimu manfaat dengannya."
Mengapa Rasulullah perlu menggunakan muqaddimah kepada anak-anak? Mengingat usia anak-anak adalah usia bermain, cenderung asyik dengan permainan sehingga sering teralihkan perhatiannya oleh sekeliling maka membuat tidak bisa konsentrasi dalam jangka lama. Karena itu, Rasullullah memulai menggunakan kalimat pembuka saat menasihati, hal ini dimaksudkan untuk membuat anak berkonsentrasi. Sehingga anak siap menerima nilai-nilai yang disampaikan.
Rasulullahpun dalam hadits memanggil Abdullah bin Abbas dengan panggilan "Nak," Sehingga memang bisa dilihat pada saat itu yang sedang naik kendaraan adalah hanya Rasulullah dan Abdullah bin Abbas. dan Panggilan Nak yang ditujukan Rasul hanya tertuju pada Abdullah bin Abbas, tidak ada selainnya.
Panggilan dan kalimat muqaddimah ini sebagai penegasan agar Abdullah bin Abbas, anak yang akan dinasihati Rasul untuk siap menerima nasihat. di mana telinga segera dibuka, perhatian segera dinyalakan, akal siap menerima dan hati siap menyimpannya.
Kemudian dalam hadits juga dijelaskan Rasulullah memberi sentuhan doa agar nasihat menjadi halus indah terdengar. "Semoga Allah memberimu manfaat dengannya". Jadi dengan untaian doa tersebut nasihat yang akan dimasukkan memiliki ruh besar pengharapan doa kepada Sang Pencipta agar anak-anak yang akan dinasihati tersentuh hingga nasihat bisa menghujam dalam jiwa mereka.
Kalimat yang digunakan Rasul pada saat memberi nasihat kepada Abdullah bin Abbas dengan memilih kalimat singkat, padat dan mudah dipahami. Kita bisa rasakan bagaimana untaian nasihat Rasul kepada Abbas, anak-anak.
"Jagalah Allah dia akan menjagamu"
"Jagalah Allah, kamu akan menjumpainya ada di hadapanmu"
Kalimat di atas singkat padat dan mudah dipahami. Rasul menguntai itu dengan tepat dengan kecerdasan berbahasa yang tinggi sehingga Abdullah bin Abbas tumbuh menjadi pribadi pejuang Islam yang memiliki kepribadian yang tangguh dan percaya diri dalam perjuangan Islam.
Nasihat untuk Remaja
Usia remaja adalah usia di mana seseorang sedang mencari identitas dirinya. Maka dari itu, merekapun merasa telah memiliki kemampuan dan keinginan berbuat lebih tanpa intervensi orangtua. Inilah yang terkadang membuat mereka bisa berbelok dari nilai-nilai Islam yang ditanamkan oleh orangtua semenjak kecil. Untuk itu pendampingan orangtua harus terus dilakukan kepada mereka salahsatunya memberi nasihat kepada kebaikan.
Rasulullah telah memberikan teladan bagaimana memberi nasihat pada anak remaja atau dewasa, yaitu kepada Abdullah bin Umar, saat itu usia Abdullah bin Umar 21 tahun.
Dari Mujahid, dari Abdullah bin Umar Radhiallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memegang pundakku dan beliau bersabda, "Jadilah kamu di dunia ini seakan seorang yang asing (pengembara) atau penyeberang jalan." Mujahid berkata: " Dan Ibnu Umar berkata, " Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu hingga pagi hari. Dan jika kamu berada di pagi hari, jangan menunggu hingga sore hari. Manfaatkan sehatmu sebelum datang sakitmu dan hidupmu sebelum matimu." ( HR. Bukhari)
Dari hadist di atas, nampak Abdullah bin Umar dinasihati Nabi dengan disentuh pundaknya. Sentuhan fisik adalah kontak yang dapat memberikan arti rasa nyaman dan kedekatan bagi anak-anak maupun remaja. Kedekatan dan kenyamanan ini sangatlah mahal, dan ini menjadi kunci rahasia nasihat nabi yang mampu menembus karang hati yang terjal. Maka tak heran Rasul sangat mudah saat berdakwah kepada para pemuda pada saat itu karena Rasul sangat memahami bagaimana memperlakukan anak muda, beliau ringan tangan menyentuhkan tangannya. Jika seorang anak muda telah mengagumi seseorang, Rasulullah. Kemudian diajak berbincang oleh beliau, Rasul yang dikagumi di hati mereka, maka merekapun merasa sedang mendengar nasihat dahsyat di relung hati mereka. Inilah kuncinya membangun kedekatan dan kenyamanan dengan sentuhan fisik.
Kedua, disampaikan dalam hadist Rasulullah memberikan penghargaan saat menasihati anak muda. Caranya dengan menganggap bahwasanya mereka bukanlah anak-anak lagi. Mereka adalah anak muda yang mulai tumbuh dewasa sehingga Abdullah bin Umar diajak berpikir untuk mencerna kalimat yang teruntai dalam bentuk nasihat. Dengan kalimat singkat, filosofis dan kaya dengan ragam tafsir, berbeda dengan saat memberi nasihat pada Abdullah bin Abbas. Rasulullah mengarahkan Abdullah bin Umar untuk menghidupkan logika berpikirnya, mengajaknya belajar mencerna untaian kalimat yang telah tersusun. Dengan demikian ini menjadi modal besar bagi kebesarannya.
Jadilah kamu di dunia ini seakan seorang yang asing (pengembara) atau penyeberang jalan.
Kalimat filosofi di atas disampaikan nabi tanpa tafsir, kemudian oleh Abdullah bin Umar ditafsirkan dengan penafsiran yang luar biasa.
Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu hingga pagi hari. Dan jika kamu berada di pagi hari, jangan menunggu hingga sore hari. Manfaatkan sehatmu sebelum datang sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.
MasyaAllah, penafsiran Abdullah bin Umar sungguh cemerlang. Dengan kematangan berpikirnya dalam bimbingan nubuwah, Abdullah bin Umar menggambarkan dengan detail perjalanan hidup seorang pengembara yang tidak akan berhenti dalam pengembaraannya sebelum mencapai tempat tujuan. Untuk mencapai tujuan akhir sebenarnya, pengembara akan menyiapkan diri sebaik mungkin dengan perbekalan terbaik yang harus disiapkannya. Berusaha memanfaatkan kesempatan kebaikan, tidak disia-siakan. Karena waktu sangat terbatas dan semua akan berakhir pada titik tujuan utama.
Cara berpikir Abdullah bin Umar tentunya tidak bisa didapatkan jika sedari kecil tidak dikenalkan dengan Islam, majelis Ilmu. Maka dengan bimbingan nubuwah, Abdullah bin Umar memiliki hati yang lembut saat Rasul menguntai nasihat untuknya.
Inilah metode Nabi menguntai nasihat, di mana dua nasihat berbeda Rasulullah yang ditujukan pada usia berbeda pada anak-anak dan remaja sejatinya bisa dicontoh oleh keluarga Muslim saat ini. Karena pada hakikatnya seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, mudah tersentuh hatinya dengan kebenaran. Untuk itu, jika mendambakan anak tetap dalam keadaan fitrahnya, penurut dan terlingkupi kebaikan maka ajarkanlah mereka mengenal Tuhannya semenjak dini, tanamkan kepada anak bagaimana hatinya selalu menyambung dengan Allah. Jika mereka mengenal Rabb-Nya, maka hatinya akan selalu terpaut dengan Rabb-Nya. Di manapun berada, ini menancap kuat pada diri anak dan pemuda. Kita tidak lagi perlu kamera CCTV yang harus mengawasi tiap detiknya.
Selain itu, perlu disadari bahwa seorang anak akan berbakti kepada orangtua manakala orangtua memberi keteladanan dengan baik sesuai syariat dan menghantarkan pada tertancapnya keimanan dengan kuat. Sebab tanpa keteladanan maka saat orangtua memberikan nasihat bagai suara burung berkicau saja.
Point terpenting yang juga harus dilakukan adalah menyadari bahwa saat ini kita hidup dalam sistem yang batil yaitu sekulerisme, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Inilah sebenarnya sumber yang merusak otak anak-anak kita terjejal oleh pemikiran fasad yang saat ini deras dihembuskan ke tubuh keluarga Muslim, ditambah kecanggihan teknologi yang menjadikan dunia ini tak terbatas, kebaikan dan keburukan disuguhkan semuanya tanpa batas. Siapa saja bisa memilih sesuai selera, walhasil benteng keimanan harus ditancapkan dengan kuat dan juga perlu adanya perjuangan menyingkirkan sistem batil ini. Karena bagaimanapun sistem ini sangat berkontribusi menggiring putra-putri kita menjauh dari Allah Swt, sehingga wajar saja jika dijumpai banyak generasi susah menerima pemahaman ataupun arahan kebaikan dari orangtua. Jika kondisi lingkungan ini dibiarkan maka jangan heran perlahan tapi pasti kehilangan generasi rabbani akan terjadi.
Untuk itu, perjuangan mewujudkan sebuah sistem kondusif yang menciptakan anak Saleh-salehah harus segera diwujudkan karena dengan sistem yang kondusif yakni Islam maka akan mudah bagi keluarga Muslim mewujudkan perilaku saleh-salehah pada anak-anak yang dicintainya.
Picture Source by Google