"Keimananlah yang telah menggerakkannya. Membentuknya menjadi pemimpin yang mulia, mencintai dan dicintai rakyatnya. Sosok pemimpin seperti ini sungguh dirindukan oleh kaum muslimin di mana saat ini begitu susah untuk mendapatkan sosok pemimpin seperti ini."
Oleh. Rochma Ummu Arifah
NarasiPost.Com-Dengan terseok-seok, badan laki-laki itu memanggul karung. Sepertinya karung itu berisi makanan. Saat seorang laki-laki lain di sisinya berusaha menawarkan bantuan, si laki-laki pertama menjawab, "Apakah kau sanggup memanggul dosaku kelak di hadapan Rabb-ku?"
Inilah satu kisah yang dikenang sepanjang masa. Kisah seorang pemimpin dengan kebiasaannya berjalan di malam hari menyusuri kota Madinah, pusat wilayah yang ia pimpin. Untuk apa? Untuk melihat apakah semua rakyatnya sudah kenyang dan tak ada yang kelaparan. Karena sungguh, jika masih ada satu rakyatnya yang kelaparan, dia begitu ketakutan karena di sana akan ada pertanggungjawaban dirinya sebagai pemimpin yang bertugas memenuhi hak-hak rakyatnya.
Sebagai seorang pemimpin negara dengan wilayah yang semakin luas, tak hanya di Madinah saja tapi sudah mulai meluas sampai keluar jazirah Arab, tentu begitu banyak urusan yang harus ditanganinya. Siang hari adalah waktu bekerja. Malam hari sudah selayaknya digunakan untuk tidur dan beristirahat melepas penat setelah seharian bekerja mengurusi urusan rakyatnya.
Namun, apa yang dilakukan oleh pemimpin ini jauh berbeda. Alih-alih tidur beristirahat, beliau malah berjalan menyusuri jalanan di kotanya. Sembari mata dan pendengarannya awas terhadap adanya keluhan atau rintihan. Karena dia menganggap bahwa keluhan dan rintihan itu disebabkan oleh dirinya yang tak mampu memenuhi hak-hak mereka.
Sebenarnya, tentu saja, ia sudah menempatkan pejabat atau pegawai khusus yang bertugas untuk mengurusi hal ini. Namun, si laki-laki tetap bersikeras melakukan patroli malam.
Sering kali laki-laki ini beristirahat, duduk sejenak di tepi jalan sembari mengistirahatkan rasa lelahnya. Namun, semangatnya tak pernah padam. Beberapa waktu kemudian, langkah kakinya bergerak kembali menyusuri jalanan kota itu.
Siapakah laki-laki itu? Apakah ia seorang pemimpin? Kenapa dia melakukan hal itu dan tak memilih tidur beristirahat di malam hari saja? Ya, inilah satu Sahabat mulia Rasulullah saw. yang telah dijamin masuk surga bersama sembilan sahabat nabi yang lain. Beliau pun menjadi penerus Rasulullah saw. untuk memimpin negara yang sudah didirikan oleh Rasulullah saw. di Madinah. Sesaat sebelum Abu Bakar As-Shiddiq wafat, beliaulah yang diberikan mandat untuk memimpin kaum muslimin pada saat itu. Dan suara kaum muslimin pun bulat memilih beliau, tak ada satu pun yang menolaknya.
Adalah Khalifah Umar bin Khattab yang merupakan khalifah kedua. Salah satu karakter mulia yang dimilikinya sebagai seorang pemimpin kala itu adalah sifat beliau yang sangat amanah. Hal ini tercermin dari aktivitasnya yang sering kali melakukan patroli malam di kota Madinah. Beliau merasa tak bisa tidur dengan tenang ketika masih ada rakyatnya yang masih lapar sehingga inilah yang beliau lakukan.
Tentu saja yang melatarbelakangi perilaku ini adalah tingkat keimanan yang tinggi. Jabatan dan kekuasaan yang dimilikinya adalah sebuah tanggung jawab yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Rabbul Alamin. Tak seenaknya saja beliau mempergunakan jabatan dan kekuasaannya itu untuk kepentingannya sendiri. Bahkan beliau lebih memprioritaskan kepentingan rakyat dibandingkan dengan kepentingannya sendiri. Beliau sangat takut dan khawatir ada hajat rakyatnya yang masih belum beliau penuhi sebagai seorang pemimpin.
Sungguh inilah cerminan sifat seorang pemimpin yang sangat mencintai rakyatnya. Rakyatnya adalah prioritasnya. Rakyatnya adalah pemilik perhatian utamanya. Rakyatnya adalah kekhawatiran besarnya yang tak pernah bisa membuatnya makan dengan kenyang ataupun tidur dengan nyenyak.
Sungguh pemimpin yang mulia ini hasil didikan Rasulullah saw. yang mulia. Hasil penerapan syariat Islam sempurna di kehidupan manusia. Sampai akhirnya, mampu menciptakan karakter pemimpin yang sangat memperhatikan rakyatnya. Bahkan dirinya sendiri tidak banyak mendapatkan perhatian karena perhatian utama adalah untuk rakyatnya.
Tentu kaum muslimin sangat mengharapkan hadirnya sosok pemimpin seperti ini. Pemimpin yang mencintai rakyatnya, demikian pula rakyatnya pun mencintainya. Pemimpin yang mendoakan kebaikan bagi rakyatnya, demikian pula rakyatnya mendoakan kebaikan bagi pemimpin yang dicintainya. Pemimpin ini memiliki keimanan yang tinggi, usaha sekuat tenaga memenuhi hak-hak rakyatnya melalui penerapan aturan Islam yang menjadi tanggung jawabnya.
Keimananlah yang telah menggerakkannya. Membentuknya menjadi pemimpin yang mulia, mencintai dan dicintai rakyatnya. Sosok pemimpin seperti ini sungguh dirindukan oleh kaum muslimin di mana saat ini begitu susah untuk mendapatkan sosok pemimpin seperti ini.
Yang didapatkan oleh kaum muslimin saat ini hanyalah pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri ataupun kelompoknya. Setiap kebijakan yang dibuat hanya sedikit yang berpihak kepada rakyat. Sebagian malah menyusahkan mereka, bahkan menyengsarakan rakyat. Suara hati nurani rakyat tak pernah didengar. Keluhan mereka dianggap sebagai angin lalu tanpa perhatian. Cerita kesengsaraan hidup rakyat tak pernah sedikit pun menjadi kegelisahannya dan mengusik tidur nenyaknya.
Demikian pula dengan seluruh pejabat yang ada di bawah kepemimpinannya. Karakter dan ciri pemimpin ini pun melekat erat pada mereka. Perhatian utama adalah untuk kepentingan diri sendiri dan golongan. Kepentingan rakyat tak pernah menjadi prioritas. Mereka hidup bergelimang harta sedangkan rakyat mati-matian berjuang untuk makan.
Sering kali aturan zalim dikeluarkan. Syarat kepemilikan BPJS untuk beberapa prosedur administratif, penolakan rakyat terhadap pembentukan ibu kota baru yang tak dihiraukan, cerita pilu rakyat di Wadas menjadi sebagian kecil dari bukti sifat dan karakter pemimpin saat ini.
Sungguh sangat berbeda dengan apa yang digambarkan dari sosok pemimpin Islam, sebagai contoh Khalifah Umar bin Khattab dalam cerita di atas. Sungguh rindu memiliki pemimpin seperti itu. Sungguh rindu memiliki pemimpin yang mencintai rakyatnya pun rakyat mencintainya.
Sayang sekali, impian Ini hanya bisa terwujud ketika syariat Islam diterapkan dengan sempurna. Saat aturan sekuler buatan manusia dicampakkan dan ditinggalkan. Sehingga terwujud pemimpin yang benar-benar amanah. Pemimpin yang selalu memikirkan pertanggungjawaban di hadapan Allah akan adanya kezaliman yang ia lakukan. Semoga kaum muslimin bisa segera menghadirkan sosok karakter pemimpin rakyat seperti ini. Insya Allah.[]
perilaku Umar bin Khattab ra ini patut dicontoh oleh pemimpin negeri ini..