Infiltrasi Budaya Barat di Hari 'Maksiat'

"Pelan tetapi pasti, kaum muslimin telah terjajah. Bukan terjajah fisiknya, tetapi pemikirannya. Jika sudah terjajah dari segala aspek kehidupan, umat muslim akan mengikuti tindak-tanduk apa pun sesuai cara pandang Barat. Mulai cara berpakaian, bertingkah laku, bahkan gaya hidup pun akan selaras dengan cara Barat. Bahkan, ritual perayaan mereka pun akan diikuti."

Oleh. Sartinah
(Pegiat Literasi)

NarasiPost.Com-"I love you because the entire universe conspired to help me find you" (Aku mencintaimu karena seluruh alam semesta berkonspirasi untuk membantuku menemukanmu).

Quote Valentine di atas menjadi salah satu dari ribuan, bahkan jutaan ucapan cinta yang membuat banyak pasangan muda terbuai dan terlena hanya dalam satu malam. Ungkapan cinta di balik sebatang cokelat, setangkai bunga, ataupun dalam lipatan kartu telah membuat banyak remaja terjangkit virus 'merah jambu'. Virus ini pun telah menjalar liar bahkan mengakar kuat di kalangan remaja zaman now. Mirisnya, virus tersebut telah menjangkiti generasi muslim di seluruh negeri-negeri Islam.

Tak banyak umat Islam yang paham bagaimana sejarah di balik perayaan Valentine's day. Meskipun demikian, euforianya tak mampu diredam hingga kini. Tanggal 14 Februari seolah menjadi hari sakral yang tidak boleh dilewatkan terutama bagi pasangan kekasih. Aktivitas khas yang sudah menjadi tradisi saat Valentine yakni seputar kencan, berpesta, tukar kado, hingga penghalalan praktik perzinaan. Zina pun seolah dianggap legal atas nama kasih sayang dan cinta.

Generasi Latah

Generasi muda seharusnya menjadi agent of change sebuah bangsa. Di atas pundaknya tersimpan cita-cita mulia sebagai pengubah peradaban dunia. Sayangnya, harapan tersebut tampaknya jauh dari realitas. Generasi saat ini tengah dilanda krisis identitas hingga mudah terombang-ambing oleh serbuan budaya Barat yang datang bertubi-tubi. Mereka menjadi generasi latah terhadap budaya asing seperti Valentine's day tanpa mengetahui behind story perayaan tersebut.

Padahal, jika menilik fakta historis Valentine's day sejak dahulu hingga kini, tidak ada satu pun korelasinya dengan ajaran Islam. Dilihat dari sejarahnya, perayaan Valentine's day di masa Romawi sangat identik dengan dunia para dewa dan mitologi sesat. Sedangkan di abad sebelum Renaisans atau masa dominasi gereja dan Vatikan, V-day dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama. Namun, di era modern saat ini, V-day diidentikkan dengan pergaulan bebas kaum remaja sebagai wujud cinta.

Tabiat generasi muda yang sudah terlanjur latah terhadap budaya Barat, tetap menganggap V-day sebagai momen istimewa setiap tahunnya. Ada yang sekadar ikut-ikutan tanpa tahu sejarah perayaannya, tetapi tak sedikit yang sudah mengetahuinya namun tetap merayakannya. Dari sekadar mengucapkan 'happy Valentine'' hingga menjadi pelaku yang mengerjakan aktivitas sebagaimana dilakukan orang-orang Barat.

Infiltrasi Budaya Westernisasi

Derasnya impor budaya Barat membuat generasi muslim tak mampu lagi berkutik. Gaya hidup Barat yang konsumtif dan tak lepas dari kesan glamor telah mengguncang peradaban Islam, terutama generasi muda. Saat umat muslim tengah terbuai menikmati Valentine's day, tanpa sadar mereka telah terjebak dalam agenda global kapitalisme.

Sejatinya, Valentine day menjadi salah satu cara menghancurkan generasi muslim. Pengekspresian cinta yang dibalut dengan aktivitas pacaran, mabuk-mabukan, foya-foya, hingga zina telah membuat generasi muslim kehilangan identitas keislamannya. V-day menjadi jalan infiltrasi budaya westernisasi ke negeri-negeri muslim. Westernisasi pun akhirnya melahirkan generasi hedonis, konsumerisme, tidak produktif, dan apatis terhadap problem agama dan bangsanya.

Wajar saja jika Samuel Huntington dalam tesisnya "The Class of Civilization" menyatakan bahwa dengan westernisasi generasi Islam tanpa sadar akan meninggalkan ajaran Islam, agamanya sendiri dan beralih mengikuti ajaran agama lain. Mereka tidak sadar karena prosesnya yang sangat halus, yakni melalui tahapan tazyin (memandang sesuatu indah), tasyabbuh (menirunya), tasykik (meragukan ajarannya sendiri), tarkik (meninggalkan ajarannya sendiri), dan tadhlil (menyesatkan yang lain).

Pelan tetapi pasti, kaum muslimin telah terjajah. Bukan terjajah fisiknya, tetapi pemikirannya. Jika sudah terjajah dari segala aspek kehidupan, umat muslim akan mengikuti tindak-tanduk apa pun sesuai cara pandang Barat. Mulai cara berpakaian, bertingkah laku, bahkan gaya hidup pun akan selaras dengan cara Barat. Bahkan, ritual perayaan mereka pun akan diikuti. Fakta ini meniscayakan bahwa umat Islam telah kalah dalam 'peperangan' mempertahankan jati dirinya sebagai seorang muslim.

Generasi Islam Antilatah

Generasi latah tak akan lahir dalam sistem Islam. Sebab, Islam telah menanamkan akidah yang kokoh terhadap setiap muslim sedari kecil. Islam pun melarang umatnya menyerupai budaya atau gaya hidup nonmuslim (tasyabbuh), baik dari cara berbicara, berpakaian, maupun bertingkah laku. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka."

Rasa cinta dan sayang adalah fitrah manusia sejak lahir. Islam pun tidak melarang setiap manusia untuk mengekspresikannya. Namun, ekspresi cinta dalam Valentine's day jelas mengarah pada aktivitas pacaran, hura-hura, hingga perzinaan yang semuanya mengedepankan nafsu syahwat. Karena itu, seorang muslim yang mengikuti ritual atau perayaan yang datang dari luar Islam, sejatinya mereka sedang meniru-niru atau tasyabbuh.

Semua aktivitas tersebut jelas bertentangan dengan syariat Islam. Karena merupakan sebuah kebodohan jika umat Islam masih mengikuti kebiasaan orang-orang kafir bahkan menjadikannya trendsetter. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Isra [17] ayat 36: "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."

Generasi Islam adalah dambaan umat di masa depan. Selain harus menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan, mereka dituntut untuk mampu memfilter budaya asing yang datang dari luar Islam. Umat Islam pun diwajibkan mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam kehidupan. Hal ini harus dilakukan agar mereka tidak mudah latah terhadap budaya asing yang bertentangan dengan syariat.

Khatimah

Gempuran budaya asing hanya bisa ditangkal dengan penanaman akidah yang kokoh pada diri seorang muslim. Dengan landasan akidah Islam dan mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam seluruh kehidupan, niscaya nilai-nilai Barat tidak akan mewarnai kehidupan masyarakat. Tak sampai di situ, generasi muslim adalah agen-agen perubahan yang akan meninggikan kalimat Allah Swt. di muka bumi. Semua itu akan terwujud sempurna jika Islam dijadikan standar hidup manusia.
Wallahu 'alam bishshawab

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Sepupu Bukan Mahram
Next
Hikmah di Balik Setiap Ujian Kehidupan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram