Akidah Islam itu harus benar-benar murni hanya meyakini Allah, mengesakan Allah, mendambakan cinta-Nya saja, dan tidak boleh terkotori oleh akidah umat yang lain.
Oleh. Yuliani Zamiyrun
NarasiPost.Com-Di musim virus merah jambu, ada banyak sekali cerita tentang romantisme anak manusia, baik dari kalangan remaja, muda-mudi, orang dewasa, sampai kepada pasangan halal maupun pasangan yang tidak halal. Mengumbar kemesraan seolah menjadi hal yang biasa. Bahkan jika tidak dilakukan, kesannya seperti ada yang kurang afdol di musim itu. Apalagi virus merah jambu ini mendapat karpet merah dan di fasilitasi oleh asas kebebasan berekspresi.
Berbagai tontonan romantisme dua anak manusia ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi di muka umum, baik di dunia nyata maupun di dunia maya atau sosial media. Tidak ada lagi rasa sungkan untuk mempertontonkan sesuatu yang itu harusnya disembunyikan dan tidak semestinya dilakukan oleh pasangan yang belum halal. Pada faktanya virus merah jambu ini telah berhasil mereguk para pecinta untuk tunduk terikat pada kebiasaan yang efeknya kebablasan.
Virus merah jambu yang sudah sangat familier di telinga para kaum pecinta ini, identik pada mereka yang tidak mau serius menjaga cinta. Sebab bagi mereka kebebasan masih sangat diperlukan untuk menikmati kesenangan dunia. Sehingga mereka takut kehilangan kebebasan itu kalau sudah terikat akad.
Namanya juga virus pastilah sangat berbahaya. Apalagi jika virusnya adalah virus cinta. Warna merah jambu yang identik dengan cinta atau kasih sayang ini, sungguh amat menyilaukan mata hingga menghijabi akal sehat, membuat lupa diri seseorang akan penghambaannya kepada Allah semata, Sang Pemberi Jodoh. Apalagi tujuan disasarnya virus merah jambu ini adalah untuk menyesatkan anak manusia agar jauh dari jalan yang lurus, yaitu jalan ketakwaan kepada Allah Swt.
Para pendamba cinta di musim merah jambu itu juga kerap kali meluncurkan strategi untuk meraih cinta seorang anak manusia dengan berbagai macam cara dan bentuk, mulai dari memberi buket bunga, cokelat, hidangan favorit yang dihiasi bentuk hati di atasnya, balon berbentuk hati dengan ucapan kasih sayangnya, kado terindah dan segala macam bentuk yang lainnya. Siapa coba yang tidak senang hatinya sampai berbunga-bunga, ketika ada sosok yang diharapkan dan yang didambakan menunjukkan rasa sayangnya dengan sebuket bunga, coklat atau yang lainnya? Tentunya senyum di bibir para wanita akan merekah, jiwanya seolah melayang karena dibayangi kasih sayang yang seolah nyata.
Parahnya ada juga yang memanfaatkan momen perayaan virus merah jambu ini hanya untuk menjajali kenikmatan sesaat. Pada ujungnya berefek pada kasus pelecehan seksual hingga aborsi, hamil di luar nikah, dan lain sebagainya. Masih kurang sadarkah kita betapa virus merah jambu ini telah banyak menumbuhsuburkan kerusakan bagi para pelakunya?Menyisahkan luka dan tangis mendalam bagi para korban. Merusak tatanan moral dan akhlak bagi manusia. Terlebih memberi jejak trauma tersendiri bagi korbannya. Yang tentu lebih banyak mengalami kerugian dari musim merah jambu ini adalah kaum wanita.
Virus merah jambu ini biasanya dimeriahkan pada tanggal 14 Februari. Jadi, setiap tahun semua kalangan akan memperingatinya sebagai hari kasih sayang. Namun, bagi seorang muslim standar berkasih sayang itu tidaklah dengan mengikuti tren atau kebiasaan orang kafir.
Sebagaimana hadis Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Para pengasih dan penyayang dikasihi dan disayang oleh Arrahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Orang kafir menyebut momen merah jambu itu dengan istilah Valentine's day. Dari katanya saja tidak mencerminkan ciri-ciri Islam. Terlebih jika kita tela'ah kembali sejarah munculnya momen Valentine's day ini sungguh membuat miris jika disandingkan dengan euforia umat muslim sendiri saat merayakannya. Singkatnya, asal-usul Valentine pertama kali datang dari seorang pendeta Roma bernama Valentine, yang meninggal dengan tragis. Dalam legenda diceritakan bahwa Valentine dipukuli dan berakhir dipancung pada 14 Februari 278 Masehi. Pendeta Valentine dieksekusi karena dianggap menentang kebijakan seorang Kaisar bernama Claudius II.
Sedikit tergambarkan, bahwa ternyata merayakan Valentine's day itu sama dengan memperingati kematian seorang pendeta yang bernama Valentine. Jadi, rugi rasanya yang sudah terlanjur menceburkan diri kedalam pemahaman dan kebiasaan orang kafir ini. Terlebih jauh sebelumnya, panutan kita umat Islam, yakni Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasallam telah memberi kabar dalam hadisnya, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669)
Maka, umat Islam yang sejati tidak akan pernah mengambil suatu kebiasaan yang bukan berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Apalagi sampai ikut-ikutan merayakan Valentine's day. Selain itu, perayaan yang demikian sangat sarat dengan pengrusakan akidah umat Islam itu sendiri. Dimana keyakinan dan pemahaman umat Islam akan tergadaikan demi kesia-siaan dalam aktivitas perayaan Valentine's day itu. Oleh karena itu, akidah Islam itu harus benar-benar murni hanya meyakini Allah, mengesakan Allah, mendambakan cinta-Nya saja, dan tidak boleh terkotori oleh akidah umat yang lain. Wallahua'lam bishowab.[]