Wajar bila ia ingin berontak pada keadaan yang menyiksanya. Namun, ia hanya bisa menangis dan menuangkan segala kemarahan, kegelisahan dan kesedihan pada kertas-kertas usang yang didapatkannya dari warung tetangga.
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bu Andrea. Aku biasa memanggil founder NP dengan sebutan itu. Agak berbeda dari teman-teman kontributor NP lain yang memanggilnya Mom Andrea. Kenapa kupanggil seperti itu? Ya, supaya beda saja. Hehehe…
Well, apa pun panggilan terhadapnya, yang penting adalah tetap sopan. Lagi pula, sosoknya sebagai pribadi itulah yang lebih penting. Kesan pertama yang kuingat adalah beliau orangnya santai dan lugas. Seiring waktu, makin kusadari bahwa beliau bukan orang yang biasa. Ternyata pengalaman dan kelebihan beliau tidak santai sama sekali. Sungguh tak dinyana. Amazing pokoknya!
Ini bukan memuji atau basa-basi. Namun, benar adanya. Sejujurnya, aku termasuk orang yang jarang memuji orang lain (aku orangnya agak gengsian). Jika aku memuji, berarti memang benar layak begitu (menurutku). Mengenalnya sejak 2020, rasanya cukup untuk bisa menilai dan mengakui keluarbiasaan sang Pemred NP ini. Baik, sebagai pemimpin sebuah media maupun sebagai seorang individu tanpa embel-embel apa pun, she’s truly an extraordinary lady.
Tangguh
Pelaut ulung terlahir dari ombak yang dahsyat. Kupikir kalimat ini sangat tepat untuknya. Bu Andrea adalah sosok yang tangguh. Berbagai kesulitan yang dialaminya di masa lalu telah menempanya hingga setangguh saat ini. Tegar bagai batu karang. Tak mudah roboh dihantam gelombang.
Perjalanan hidup beliau memang sungguh luar biasa. Melalui rubrik story, beliau berbagi kisah kehidupan yang bak cerita di film atau novel. Dramatis dan mengharukan. Berbagai kesulitan, kepahitan, kesedihan, dan kesendirian beliau alami, bahkan di saat masih teramat belia.
Aku ingat bagaimana campur aduknya perasaan saat membaca story “Dalam Tangisku” yang mengungkap satu episode kelam kehidupan beliau. Ada terenyuh, pilu, geram, dan kesedihan yang menyergapku sekaligus. Hatiku ikut merasakan sakit kala membayangkan bagaimana Andrea kecil yang ‘dibuang’ oleh keluarganya sendiri. Tidak diakui sebagai anak karena punya punya cacat di tubuhnya. Seketika aku teringat pada bungsuku yang berkebutuhan khusus. Ya, Allah, sungguh kasihannya… Begitu teganya membuang anak sendiri. Apalagi dengan kondisinya yang ada kekurangan. Justru harusnya kasih sayang dan perhatian tulus diberikan untuk anak-anak yang menjadi anugerah Ilahi, walau seperti apa pun kondisinya. Ya, Allah, semoga diri ini mampu menjaga semua titipan-Mu.https://narasipost.com/story/08/2022/dalam-tangisku/
Di rumahnya sendiri, Andrea kecil diperlakukan bak budak belian. Ia disuruh bekerja layaknya pekerja rodi, mendapat perlakuan kasar, dilempar, ditendang saat ada kesalahan yang bahkan bukan maksudnya. Siksaan jiwa dan raga menyelimuti hari-harinya. Masa kecilnya jauh dari kata menyenangkan. Saat anak-anak lain bermain petak umpet, ia justru sibuk melakukan pekerjaan yang tiada habisnya.
Sebenarnya wajar bila sedari anak-anak diajari untuk melakukan pekerjaan rumah. Namun, tentunya disesuaikan dengan usianya dan dalam rangka mendidik mereka. Pun tidak untuk mengeksploitasi mereka atau menjadikan mereka sebagai pelampiasan kebencian.
Sungguh Andrea kecil yang malang. Air mataku menetes membayangkan tubuh kecilnya nan ringkih menggigil menahan deraan yang begitu hebat. Pukulan dan cambukan menjadi makanan sehari-hari. Semua kesalahan ditimpakan padanya, meskipun ia tak berbuat apa pun. Seolah keberadaannya adalah sebuah kesalahan di mata mereka yang sesungguhnya keluarga. Duhai, kenapa rumah yang harusnya menaungimu justru menjadi tempat yang membenamkanmu dalam derita? Keluarga yang harusnya menyayangimu dengan tulus, mengapa justru menancapkan duri-duri tajam di hati dan ragamu? Seperti dalam cerita film drama, tetapi kisahnya nyata.
Wajar bila ia ingin berontak pada keadaan yang menyiksanya. Namun, ia hanya bisa menangis dan menuangkan segala kemarahan, kegelisahan dan kesedihan pada kertas-kertas usang yang didapatkannya dari warung tetangga.
Namun, dalam segala kesulitan, Allah tidak membiarkan Andrea kecil sendirian. Dia berikan setitik cahaya di dalam gulita. Sebuah pesan dari Bu Siti, orang yang merawatnya saat kecil, membantunya untuk terus kuat dan bertahan. Pesan yang terus terngiang untuk selalu bangkit melanjutkan hidup seperti mentari yang selalu menyinari tanpa mengeluh. Bahwa banyak orang sukses berasal dari kehidupan yang sulit dan tak menyerah serta terus belajar walau apa pun keadaannya. Inilah yang membuatnya bertahan di tengah penderitaan. Ia menjadikan sekolah sebagai jalan untuk meraih kebebasan dan cita-cita. Semangat belajarnya tak pernah padam walau berbagai rintangan dan kesukaran mengadang jalan.
Semua derita di masa lalu itu menempanya menjadi pribadi yang tangguh. Tak heran bila Bu Andrea mampu memimpin sebuah media dakwah hingga bisa semenonjol sekarang ini. Segala permasalahan yang mengiringi perjalanan NP mampu diatasinya. Dengan ketangguhannya, beliau mampu mengendalikan setiap gelombang yang menghantam NP dan mengubahnya menjadi riak-riak yang mengantarkan pada kesuksesan.
Duhai Ibu, Tahajud terakhirmu sebelum meninggalkan rumah itu dan pergi menemui sahabatmu di Jakarta telah dijawab-Nya dengan kehidupanmu kini. Engkau mampu berdiri tegak, bersinar, dan memberi terang pada sekelilingmu laksana mentari. Luka dan air mata yang dahulu melingkupi, kini telah menjelma menjadi kebahagiaan dan cinta dari orang-orang yang tulus padamu. Engkau telah membuktikan betapa benarnya firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 11: “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Terima kasih untuk dirimu di masa lalu yang memilih untuk tetap kuat sehingga kami bisa memetik inspirasi darimu kini. Thank you for being the strong you all this time. Barakallah.
Inspirasi
Bagiku, Bu Andrea menjadi inspirasi dalam menulis. Meskipun beliau sering bilang bahwa beliau tidak bisa menulis, sesungguhnya itu bentuk kerendahan hatinya. Aslinya dan faktanya, beliau jago menulis. Apalagi kalau sudah menulis untuk rubrik story dan family, pasti penuh dengan perasaan dan menghanyutkan. Diksinya mengena dan dalam. Yang membaca pasti ikut terbawa perasaan. Karena memang sebagus itu. It’s true! Jadi, kalau beliau bilang bahwa tulisan beliau sederhana, biasa saja, atau apalah, jangan percaya, Kawan! Hehehe…
Bu Andrea pernah mengatakan bahwa aku bagus dalam menulis rubrik family (alhamdulillah). Tahukah kalian bahwa beliaulah yang menginspirasiku. Itu setelah aku membaca tulisan beliau yang berjudul “Dalam Penantian.” Tulisan ini merupakan ungkapan isi hati beliau untuk sang putri. Pertama kali membacanya aku ikut terbawa perasaan. Terasa bagaimana sayangnya beliau kepada buah hati. Sampai suatu saat aku merasa galau dan membaca kembali tulisan itu. Lalu, tercetuslah ide untuk mencurahkan kegalauanku dalam tulisan seperti punya beliau.
Aku pribadi sangat menyukai gaya penulisan beliau dalam rubrik family. Aku juga merasa lebih nyaman dengan gaya penulisan yang seperti itu. Bukan hanya di rubrik family sih sebenarnya, tetapi juga di rubrik story.https://narasipost.com/family/10/2020/dalam-penantian/
Entah kenapa setiap aku membaca tulisan beliau itu seperti sedang mendengarkan suaranya. Tulisan beliau seakan bertutur langsung. Kita bisa melihat ekspresinya saat berbicara. Menurutku, itu lebih menyentuh perasaan karena ada emosi yang bisa kita indera secara langsung. Emosi yang kemudian saling bertaut dan melahirkan simpati dan empati. Kita jadi mengerti perasaannya dan ikut merasakan sebagaimana dirinya.
Mungkin karena sesama perempuan, jadinya mudah sekali disentuh sisi perasaannya. Apalagi sebagai sesama ibu, menjadikan kita merasa terhubung dengan mudah. Apa yang beliau utarakan lewat tulisan sangat relate denganku yang juga punya anak. Perasaan, harapan, dan doa yang beliau ungkapkan melalui tulisan seolah mewakili suara kaum ibu. Ah, aku suka mewek kalau sudah berbicara tentang anak. Begini saja sudah mulai berkaca-kaca mata ini. Aku memang cengeng. Hiks… (usap air mata).
Nah, dari situlah kemudian aku mencoba untuk lebih jujur, mencurahkan rasa, dan bersungguh-sungguh dalam menulis. Menjadilah diri kita sendiri dengan segala apa yang ada. Menulislah dengan cara kita. Jangan jadikan menulis sebagai beban sehingga tangan kita akan mengalirkan kata demi kata dengan ringan. Ini menjadi peganganku dalam menulis selain teori-teori berliterasi lainnya.
Intinya, amalkan yang baik dan cocok dengan kita. Menurutku, tidak hanya teori membuat tulisan menjadi bagus saja yang penting. Namun, penting juga menemukan dan mempraktikkan teori, tip, dan trik yang membuat kita nyaman dalam menulis. Ketika kita nyaman, maka tidak terasa berat sehingga tangan akan ringan menuliskan kata demi kata. Di antara sekian banyak penulis yang ada, pasti ada satu atau dua yang gaya penulisannya cocok dengan kita. Tidak ada salahnya kita menjadikannya panutan dalam menulis. Sepanjang itu tidak melanggar aturan, boleh-boleh saja ‘kan?!https://narasipost.com/challenge-true-story/08/2023/merajut-mimpi-bersama-sang-meraki-dan-narasipost-com/
Bagiku, Bu Andrea berada pada posisi itu. Melihatnya, mendengarkannya, membaca kisahnya, dan berinteraksi dengannya membawaku pada satu pemikiran bahwa setiap kita istimewa. Tidak ada kita yang sama. Begitu pula dalam menulis, kuyakin masing-masing dari kita punya warna tersendiri. Kalau mirip bisa saja iya, tetapi tetap ada rasa yang berbeda. Teruslah menggali potensi dan mengasah kemampuan yang dimiliki. Pasti ada keistimewaan atau keunikan yang kita miliki dan belum tentu dimiliki orang lain. Itulah yang kurasakan seiring waktu mengenal Bu Andrea. Mengenalnya hingga detik ini telah memberikan banyak sekali inspirasi dan motivasi.
Atensi dan Apresiasi
Bu Andrea juga merupakan sosok yang penuh perhatian. Ini juga bukan isapan jempol. Banyak para penulis maupun tim inti yang mendapatkan perhatian dari beliau. Aku pun termasuk salah satunya.
Hal itu terjadi tatkala aku memenangi challenge yang berhadiah kompor gas. Iseng-iseng aku mengatakan bahwa aku sebenarnya mengincar blender karena memang suka bikin jus di rumah. Siapa sangka ternyata beliau menanggapinya dengan serius. Beliau mengatakan padaku akan mengganti hadiahku dengan blender sesuai harga kompor gas supaya aku bisa memanfaatkannya.
Duh, aku jadi tidak enak sungguhan. Aku khawatir merepotkan dan rasanya kok berlebihan. Sudah dapat hadiah kok minta yang aneh-aneh. Aku sampaikan ke beliau bahwa hadiahnya tidak usah diganti, tetap seperti semula saja. Namun, beliau bilang tidak mengapa. Beliau lebih senang memberikan hadiah yang bisa dimanfaatkan dari pada barang tersebut hanya menjadi pajangan. Betul juga pikirku. Maafkan aku, Bu Andrea! Lain kali aku tidak akan bicara sembarangan lagi. Takut diseriusi.
Akhirnya, blender itu sampai di rumahku juga. Bu Andrea bilang semoga hadiah itu bisa bermanfaat. Terima kasih banyak, Bu. Hadiah itu sangat bermanfaat bagiku dan keluarga.
Itulah bentuk perhatian dan sekaligus penghargaan yang beliau berikan kepada penulis di NP. Rewards yang beraneka ragam menjadi pemacu untuk giat belajar dan berdakwah lewat tulisan. Tak terpikirkan sebelumnya bahwa memberi komentar di tulisan-tulisan yang tayang di web NP akan mendapatkan hadiah juga. Hal yang tampak sepele, tetapi ternyata penting guna menumbuhkan kepedulian untuk menghargai karya para penulis.
Doa dan Harapan
NP bagaikan kapal yang berlayar di luasnya samudra literasi. Ia hadir bukan sekadar ada. Namun, ia mengembangkan layarnya untuk mengibarkan bendera dakwah literasi. Ia adalah kapal bagi para penulis ideologis. Ia setia memberikan wadah bagi setiap insan yang concern pada dakwah Islam kaffah.
Dengan sang kapten yang tangguh dan kru yang solid, kuyakin NP akan mewarnai dunia literasi dengan ciri khasnya. Bermodalkan semangat dakwah lillah, NP juga akan terus berada di jalurnya. Keberadaannya akan mampu memberikan kemanfaatan bagi umat.
Semoga Bu Andrea dan seluruh tim senantiasa diberikan kesehatan, keistikamahan, dan kekuatan dalam membawa para penulis ideologis dalam kapal NP untuk berlayar menyebarkan dakwah Islam. Semoga Allah berkahi setiap langkah dan upaya kita semua dalam rangka menegakkan kalam-Nya. Saling menguatkan di perjalanan yang panjang dan tak mudah ini hingga Allah mengakhirkan kita dalam ketaatan.
Wallahu a’lam bishshawwab
Aamiin. Semoga doa dan harapan terkabul. Dari kisah ini, bisa lebih mengenal mom Andrea. Sehat selalu, Mom.
Aamiin..
Barakallah mbak Dena, dengan membaca tulisan ini saya bisa lebih mengenal masa lalu Mom Andrea. Maasyaalah tulisannya keren, susunan katanya indah membuat pembaca ingin terus membacanya
Aamiin.. wa fiik barakallah..
Mom itu jauh di mata dekat di hati....jantung NP yang memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh penulis kontributor NP
Betul sekali
Maa syaa Allah cerita masa kecil juga bisa jadi tulisan. Sebenarnya tinggal kita bisa meramu nya jadi terinspirasi ketika membaca tulisan NP keren- keren. Barakallah mba deena
Wa fiik barakallah.. terima kasih sudah mampir mbak Yanti..
MasyaaAllah
Betul Mba... tulisan yang jujur
dan obyektif tentang Pemred NP... yang gigih ,tangguh
Saya juga tersanjung perhatian dan supportnya.
Barakallahu fiikuna Mbak Deena Noor dan Mom Andrea
Wa fiik barakallah.. terima kasih, Bunda.. semoga sehat selalu..
Lha kok ini hati jadi pengen mewek juga mbak.. ;( barakallah mba
Menangislah mbak.. mumpung masih gratis, nggak kena pajak.. hehe
Masyaallah, inspiratif sekali memang bu Andrea. Loh ikutan manggil ibu Andrea
Makasih mbak, sudah menulis semanis ini.
Terima kasih sudah mampir mbak Ulfatun Ni'mah.. saranghae..
MasyaAllah mbak Dena, gayanya bercerita mengaduk-aduk perasaan. Merinding ketika ngebayangin sosok Andrea Kecil....
Meskipun pernah baca storynya Mom, jadi beda ketika mbak Dena mengisahkannya.
Satu kata, kayaknya mbak Dena juara lagi deh
Bukan ngaduk2 semen ya.. hehe..
Masyaallah. Ini kayak baca cerita tahu-tahu udah habis. Rasanya masih ada yang kurang
Keren banget naskahnya, barakallah mbak ❤️
Wa fiik barakallah..
Iya, itu memang banyak yg belum tertuliskan mbak.. hehe
Masya Allah ... Semoga aku bisa ikut dalam barisan dakwah yang penuh cinta ini ... kisah Mom menjadi pengingat diri ini bahwa segala problem yang kita hadapi sejatinya untuk menempa diri kita untuk menjadi lebih baik ... ❤️
Aamiin..
Masyaallah, keren sangat mbak Dina. Aku pun merasa sangat banyak diberi hadiah sama beliau. Dari cincin, mukenah, magig com, tropy, cash, wah beliau memang gak ada duanya. Barakallah mbak ...
Betul banget mbak.. siap2 kena prank lagi ya.. hihi..
Alhamdulillah, akhirnya selesai baca. Maklum, sok sibuk. Tapi, karena Bu Andrea "ngomporin", jadi penasaran deh. Barokallah, Mba. Sama, saya juga suka baca tulisan Bu Andrea. Story selalu menarik untuk dibaca. Salam sama Bu Pemred, hehehe ...
Terima kasih sudah mampir Bu Dosen..
MasyaAllah tabarakallah kisah yang sangat inspiratif dan penuh motivasi - luar biasa, sebaik baik guru adalah pengalaman yang membuat kita semakin berdiri tegak dengan keimanan yang semakin kuat
Barakallah mbak Dina Wachid dan Mom Andrealica Nhordeeniz
Amazing story
Benar Bu Desi.. pengalaman bisa menjadi pelajaran terbaik..
Masyaallah. Baca naskah mba Dena, jadi baper.
Ngga bisa komentar. Barakallah mba. Naskahnya keren abis
Aku juga baper mbak.. tokohnya emang keren..
Aku pernah bilang kalo mbak deena sangat jago dalam rubrik family dan motivasi. Ternyata inspirasinya adalah mommy. Benar katamu mbak Deena, mommy adalah sosok ibu yang sangat penyayang dan tangguh. Barakallah buat mbak Deena dan mommy. Aku ikut terharu.
Aamiin..
Iya, mbak Mila..
Aku juga terharu baca naskahnya Bu Pemred..
Salah satu penulis yang aku suka. Gayanya ringan dan punya ciri khas sendiri.
Alhamdulillah..
Senangnya ada yg suka..
Masya Allah, kata-katanya menyihir, menghanyutkan perasaan. Baarakallaah, mbak
Aamiin..
Untung bukan tukang sihir yg bawa sapu ya mbak Mar.. hehe
Barakallah Mba Deena..
Kangen dirimu,, bagaimana kabarnya? Akhirnya bisa baca naskah Mba
Aamiin.. wa fiik barakallah..
Alhamdulillah..
Aku baik2 saja..
Begini ya rasanya dikangenin.. eaa..
Masya Allah, tulisan yang menghanyutkan perasaan. Baarakallaah mbak
Aamiin.. wa fiik barakallah..
Masyaallah. Mantap kanda. Keren sangat. Mabruk. Mabruk. Barokallah
Aamiin..
Keren balik Dinda.. eh, Dinda.. Di manakah kau berada? Rindu aku ingin jumpa. Meski lewat nada..
Wah bagus nih, bagus. Sudah lama gak baca tulisan mbak Deena. Kangen tahu
Menceritakan satu sisi lagi ya dr Mommy
Awalnya bingung mau nulis apa karena sudah ditulis semua sama teman2 yg lain..
Mba Deena kurang panjang nih tulisannya masih pengen baca. Jujurly karena memang sekeren itu naskahnya❤❤❤. Kalau mba Deena udah nulis story tuh suka ikut terhanyut di dalamnya. Barakallah mbak
Aamiin..
Jujurly awalnya memang panjang.. takut kepanjangan, akhirnya dirombak.. jadi gitu deh..