"Pengalaman saya bersentuhan dengan siniar Narasipostmedia diawali Desember tahun lalu. Artikel saya yang berjudul “Silang Sengkarut Impor Beras, Wujud Salah Kelola Pangan” terpilih untuk dialihwahanakan ke dalam siniar. Masyaallah. Rasanya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Pokoknya, luar biasa! Mengapa? Berikut ini alasannya."(Challenge True Story )
Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Yuk, Berkenalan dengan Siniar
Siniar. Siapa yang membaca kosakata baru ini lalu berlari ke KBBI daring atau membuka aplikasi kamus di ponsel? Setelah didapat jawaban kemudian menggumam, “Oh, ternyata ini padanan kata anu. Oke, catat!”
Siapa yang mengerutkan kening dengan benak memindai cepat mencari kosakata siniar yang mungkin terselip di antara jutaan kata di memori otak? Kakak yang duduk sembari senyum-senyum memegang ponsel, ternyata kita sebelas dua belas. Awalnya saya pun begitu. Tidak paham makna siniar.
Pertanyaan selanjutnya, siapa yang mengira Siniar adalah si Niar, nama salah satu tim editor NP? Lalu otak berusaha mengingat keras nama-nama tim redaksi yang menyapa tiap pagi. Ah, ternyata nama yang berulang kali muncul di kepala hanya satu nama, Mbak Dia Dwi Arista. Bila ada anugerah admin grup paling ramah, saya menominasikan Mbak Dia.
Kembali pada siniar, saya yakin seluruh teman-teman Konapost sudah hafal nama-nama tim redaksi, meskipun tidak menyapa setiap pagi. Artinya, siniar ini bukan nama orang. Lalu apa, dong? Sabar. Teruskan dulu membaca tulisan ini sampai tuntas.
Ah iya, siapa yang santai meneruskan bacaan ini karena sudah mengetahui maknanya? Wah, Anda luar biasa! Khazanah kosakatanya demikian kaya. Sebaliknya, siapa yang santai meneruskan bacaan ini karena tidak tahu maknanya dan berpikir toh nanti bakal dipaparkan juga? Terima kasih telah membaca tulisan sederhana ini.
Saya hanya mencoba mempraktikkan nasihat seorang guru bahwa tidak ada ide yang terlalu remeh untuk diceritakan dalam bentuk tulisan. Dalam setiap peristiwa pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Satu hal bisa saja dianggap remeh oleh orang lain, tetapi bisa jadi sesuatu yang sangat berharga bagi yang lain. Sama seperti tidak ada satu hal sia-sia yang diciptakan Allah sebagaimana yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat ke-191.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ
Yang artinya, “Ya Rabbana, tiada sesuatu yang Engkau ciptakan sia-sia.”
Baiklah. Tanpa berpanjang lebar lagi, saatnya mencari tahu tentang siniar.
“Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Kembali jumpa dengan saya, Dewi Nasjag, dalam rubrik opini. Kali ini dengan judul 'Al-Qur’an Kembali Dihina, Dunia Butuh Junnah' oleh Haifa Eimaan,” suara renyah dan empuk Mbak Dewi Nasjag menyapa pendengar Spotify.
“Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Hai, sahabat Narasipostmedia bagaimana kabarnya? Mudah-mudahan kamu di mana pun kamu berada semoga baik-baik saja, ya? Iya. Sahabat, terinspirasi dari sebuah postingan ….” sapa Mbak Maya Rahmah dengan suara lembutnya.
Bagaimana kalau saya sertakan dua kutipan di atas? Niscaya teman-teman mulai paham makna siniar. Betul. Siniar adalah padanan kata dari podcast. Kata ini sepintas tidak berhubungan dengan unsur-unsur audio, tetapi kalau diperhatikan lagi, siniar justru benar-benar padanan kata podcast. Proses morfologinya adalah siar + sisipan –in— menjadi siniar. Kosakata siniar mulai diperkenalkan pada publik pada Oktober 2020 lalu.
Saya dan Siniar Narasipostmedia
Pengalaman saya bersentuhan dengan siniar Narasipostmedia diawali Desember tahun lalu. Artikel saya yang berjudul “Silang Sengkarut Impor Beras, Wujud Salah Kelola Pangan” terpilih untuk dialihwahanakan ke dalam siniar. Masyaallah. Rasanya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Pokoknya, luar biasa! Mengapa? Berikut ini alasannya.
Pertama, dari banyak tulisan yang dimuat tiap bulan, naskah saya terpilih. Dulu saya mengira, naskah-naskah yang dialihwahanakan ke dalam siniar adalah naskah opini terbaik mingguan. Nyatanya dugaan saya salah. Naskah-naskah saya tidak ada yang satu pun masuk kategori naskah terbaik, tetapi mungkin memenuhi kriteria untuk dijadikan siniar. Mungkin isi tulisan saya lebih komunikatif dan pesan yang ingin disampaikan lebih mudah tersampaikan bila berbentuk audio. Apa pun alasannya, saya sangat bersyukur dan tidak dinilai dengan materi.
Satu lagi, naskah yang diubah menjadi siniar tidak melulu artikel yang merespons isu kekinian. Saya baru menyadari hal ini setelah naskah resensi berjudul "Revive Your Dakwah, Bangkitkan Semangat Dakwahmu" menjadi siniar. Kemudian saya amati satu demi satu siniar dari Narasipostmedia sejak November 2020, ternyata ada dari rubrik resensi buku, motivasi, family, remaja, dan syiar. Ke depan saya berharap setiap rubrik dibuatkan siniarnya.
Kedua, proses pembuatan siniar tidak mudah. Saya pernah berencana mengalihwahanakan tulisan ke dalam siniar. Ada teman yang mengajari langkah-langkah membuat siniar. Dia runtut dan detail menjelaskannya. Alih-alih terpacu membuat siniar, saya justru keder dan mundur. Saya tidak sanggup menjalani tahap demi tahapnya. Saya juga kesulitan melakukan rekaman tanpa ada gangguan dan kebisingan. Maka hasrat tulisan dialihwahanakan ke dalam siniar hanya angan sampai saya berkenalan dengan NP.
Jadi, ketika saya mendengarkan suara Mbak Dewi Nasjag, Mbak Giriyani, Mbak Maya Rohmah, dan tim VOT lainnya, yang terbayang di benak itu proses kreatifnya. Masyaallah. Tim VOT telah menarasikan naskah dengan intonasi yang tepat dan tanpa salah. Suaranya betul-betul bening. Belum lagi memolesnya dengan memberi iringan musik instrumental. Tahap ini pun pasti memiliki tingkat kesulitan tersendiri, terkait pemilihan musik instrumentalnya sampai mengatur volumenya agar tidak menenggelamkan suara VOT. Oleh karena itu, saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada tim VOT. Terima kasih juga saya ucapkan kepada seluruh tim dan Bu Andrea yang telah menginisiasi siniar keren Narasipostmedia.
Ketiga, jangkauan tulisan saya semakin luas. Opini yang awalnya hanya sebuah tulisan, kini bisa disimak di mana saja oleh siapa saja.
Terlebih potensi siniar di Indonesia sangat besar. Saya kutip dari tekno.kompas.com (17-05-2022), sebuah agensi marketing bernama We Are Social bersama platform Hootsuite merilis tentang tren dan lanskap digital dan internet global tahun 2022. Hasilnya, Indonesia dilaporkan sebagai negara kedua dengan jumlah pendengar siniar terbanyak di dunia. Jumlah pengguna internet yang rajin menyimak siniar tiap pekannya sekitar 35,2% dengan rentang usia 16-64 tahun.
Jujur. Saya berharap di antara angka itu ada yang menyimak dan terinspirasi dari tulisan yang saya buat. Mereka bisa paham syariat Islam juga. Pada akhirnya bisa menjadi wasilah hijrah. Kita tidak pernah tahu dari tulisan yang mana dan dari penulis siapa seseorang berhijrah. Kewajiban kita hanya menulis sebaik-baiknya untuk menyampaikan kebenaran Islam.
Begitulah kisah saya dengan siniar Narasipostmedia yang telah mewujudkan mimpi menjadi nyata. Wallahu a'lam.[]