Selaksa Kisah bersama NP

"Aktivitas apa pun yang dilakukan secara berulang terus-menerus, termasuk menulis biasanya akan menimbulkan rasa bosan. Namun, jika pengulangan tersebut disertai peningkatan kualitas pasti kita akan merasakan sensasi yang berbeda. Bukan bosan yang didapat, justru ada tantangan yang akan memantik semangat. Pemred NP, Mom Andrea Aussie tampaknya sangat paham akan hal ini."

Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Dimuatnya naskah opini di media merupakan salah satu cara agar jangkauan dakwah lewat tulisan bisa sampai ke khalayak yang jauh lebih banyak, dibanding hanya diunggah di lingkaran pertemanan media sosial,” jelas salah satu sahabat saya yang telah lama menjadi penulis.

Makanya tak sedikit para penulis mendambakan naskahnya dimuat media, termasuk diriku yang masih penulis pemula ini. 15 Agustus 2022, aku memberanikan diri menekuni dunia literasi atas dukungan sahabatku dari komunitas Penulis Ideologis Morowali. Naskah-naskah dari para sahabat yang mampu menembus media membuatku termotivasi mengikuti jejak mereka. Ada kebanggaan di benak mereka saat naskahnya mampu menembus NP. Pasalnya, NP sangat selektif dalam meloloskan naskah yang terkumpul di meja redaksinya.

“Alhamdulillah, semua terjadi karena izin Allah,” ucapku dengan perasaan bahagia saat tulisan perdanaku yang berjudul Jadi Duta Karena Viral! Pantaskah Jadi Inspirasi?” berhasil tayang pada 29 Agustus 2022 dan terpilih menjadi TBA of The Week. Tidak heran, karena naskah ini sebelum dikirim memang telah melewati puluhan koreksi dari sahabat-sahabat saya di komunitas “Penulis Ideologis Morowali”. Dengan semangat, aku melakukan swasunting mandiri demi memastikan tidak ada kesalahan setiap paragrafnya.

Baru aku tahu bahwa menulis opini tidak semudah yang dibayangkan. Kita harus mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik agar naskah opini dapat diterima oleh media, baik secara anatomi (mulai dari judul dan paragraf pertama hingga akhir), penggunaan bahasa, PUEBI, dan masih banyak lagi. Membuatku harus banyak belajar dalam menyelesaikan sebuah naskah.

Menjadi Penulis Inti

Bahagia dengan naskah perdanaku yang mendapat apresiasi, membuatku lebih semangat untuk rutin mengirim naskah sesuai TOR yang disediakan NarasiPost.Com. Jujur, aku begitu berhati-hati dalam menulis, bahkan sampai membacanya puluhan kali untuk memastikan tidak ada yang salah. Baru tiga bulan aku menjejakkan diri dalam dunia literasi, rasanya diri ini belum pantas direkrut sebagai penulis inti NarasiPost.Com. Memang, gejolak hati antara insecure dan bersedia membuatku sempat galau. Namun, jika terus di zona nyaman tanpa adanya upgrade dan paksaan yang terikat, maka kemampuan menulisku tidak akan mengalami kemajuan. Tampak suami merestui keputusanku dan menambah keyakinan untuk mengiyakan kesempatan emas ini.

Satu hal yang unik dari NP, yaitu komitmen tim redaksi menghadirkan TOR setiap Senin. Agar tidak telat mengumpulkan naskah, maka tidak ada cara lain selain segera eksekusi. Ingat, awali menulis dengan “Bismillah”, libatkan Allah dalam setiap prosesnya. Nah, adanya TOR menurutku akan melatih penulis untuk menghasilkan karya sesuai kebutuhan umat, bukan hanya sesuai keinginan pribadi.

Memang, terkadang TOR-nya begitu sulit untuk ditaklukkan, bahkan bisa membuat akal berpikir keras, menguras waktu dan energi. Belum lagi jika aku dihadapkan dengan masalah internal yang mendera. Tapi di sinilah letak perjuangannya, dan Allah pasti akan memberi kemudahan. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Insyirah ayat 5-7,

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”

Tak ada gading yang tak retak. Sejeli apa pun aku melakukan swasunting, tetap saja manusia tempatnya salah. Sudah beberapa kali naskahku disuruh revisi, bahkan ditolak oleh editor. Masyaallah, salut sama kejelian dan kerja keras para tim editor NP. Hehe…! Sebenarnya tujuanku melakukan swasunting untuk meringankan tugas para editor. Aku tahu betapa susahnya memeriksa naskah satu per satu. Memang untuk urusan ibadah, terutama dakwah tidak boleh asal-asalan, bahkan Allah menyuruh kita untuk mempersembahkan amalan terbaik.

Iman akan melahirkan cinta, dan berdakwah adalah perpanjangan bukti cinta itu sendiri. Sehingga kesulitan dalam setiap prosesnya akan dibalas sesuai kadar susahnya, insyaallah. Tak bisa dimungkiri, komitmen menaklukkan TOR setiap pekan tidak semudah kelihatannya. Butuh tekad, tsaqofah, daya analisis, dan harus mengumpulkan sumber berita yang valid. Maka kualitas naskah sangat berpengaruh dengan kualitas membaca dan manajemen waktu kita.

Pentingnya Challenge

Sejak awal, menulis bagiku adalah wasilah untuk mengukir jejak aksara di bumi Allah, sebagai hujah dan peluang untuk menggapai amal jariah dan rida-Nya. Berharap agar naskahku mampu menembus hati dan memberi pencerahan agar pembaca mau bangkit melakukan perubahan ideologis.

Jadi, ketika penyakit malas mendera, akan aku ingat selalu tujuan awal ini agar raga dan ruh kembali bergerak dan bersatu untuk berkarya. Memang harus ada yang bisa membuat action terasa nikmat agar candu menulis senantiasa terangsang. Selalu memotivasi diri bahwa menulis bisa menjadi amal pasif di saat raga ini tak berdaya lagi.

Nah, adanya challenge mampu memotivasi aku untuk bersaing memberi karya terbaik. Kemenangan hakiki adalah di saat aku bisa menaklukkan rasa malas ini. Sebagai pemula, adanya challenge membuatku tahu tingkat kualitas naskahku jika disandingkan dengan para penulis lain. Jika kalah, itu membuatku tahu di mana letak kekurangan dan salahnya agar termotivasi lagi melakukan perbaikan kualitas. Jika menang, itu membuatku harus bekerja keras mempertahankan prestasi yang telah dicapai. So, adanya challenge sangat penting, terutama bagi penulis pemula sepertiku.

Istimewanya NP

Jujur, aktivitas apa pun yang dilakukan secara berulang terus-menerus, termasuk menulis biasanya akan menimbulkan rasa bosan. Namun, jika pengulangan tersebut disertai peningkatan kualitas pasti kita akan merasakan sensasi yang berbeda. Bukan bosan yang didapat, justru ada tantangan yang akan memantik semangat. Pemred NP, Mom Andrea Aussie tampaknya sangat paham akan hal ini.

Penurunan semangat yang biasa menimpa penulis tak terkecuali aku, perlu adanya daya tekan untuk membangkitkan semangat lagi. Mom Andrea Aussie tak pernah kehabisan ide dalam menggagas program-program bergengsi yang mampu memberi warna di setiap aktivitas menulis kita. Mulai dari menghadirkan narasumber kece yang berkompeten untuk memberi nutrisi akal, hingga menghadirkan ujian-ujian menantang lainnya. Hal ini membuat NP tidak hanya menjadi media yang merangkum tulisan-tulisan para penulis ideologis, lebih dari itu, media ini menjadi rumah lahirnya bibit-bibit penulis profesional. NP bahkan mampu membangkitkan kemampuan terpendam dari para sahabat Konapost.

Keberhasilan NP tentu saja tak lepas dari peran Pemrednya yang tangguh dan tegas dalam me-riayah media ini. Terkadang aku membayangkan, bagaimana jika negara ini dipimpin oleh sosok yang tangguh, berkompeten dan amanah juga. Ditambah lagi, pemimpinnya mau menerapkan sistem pemerintahan terbaik yang bersumber dari wahyu Allah. Pasti negara tersebut menjadi negeri yang “Baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur”, insyaallah. Melihat dari jiwa kepemimpinan Mom saya banyak belajar, bagaimana kesuksesan itu lahir dari mereka yang bersungguh-sungguh profesional dalam segala hal.

Hikmah Bergabung bersama NP

Aktivitas menulis jika dilakukan sendiri akan banyak toleransinya untuk aku berleha-leha. Meski tujuan awalnya membara-bara, namun jika terkena percikan guncangan maka hati ini mudah dibelokkan nafsu. Memang kekuatan berjemaah itu luar biasa. Selain bisa mempererat ukhuwah sesama muslim, juga mampu memotivasi aku untuk fastabiqul khairat. Melihat antusias para sahabat akan merangsangku untuk menulis lagi dan lagi. Bergabung bersama sahabat Konapost menurutku bisa menjadi suplemen mujarab untuk istikamah menulis.

Meskipun suku, potensi, dan profesi kami berbeda-beda, tetapi akidah dan visi kami sama. Visi yang satu, yakni mewujudkan bisharah Rasulullah saw. bahwa Islam akan kembali memimpin dunia dan kembali berjaya. Untuk itu, aku melihat bahwa Pemred NP berkomitmen menggagas program-program dalam rangka melebarkan sayap dakwah dengan membangkitkan potensi terpendam sahabat Konapost. Aku berharap NP istikamah menjadi wasilah atas kebangkitan pemikiran umat untuk bersedia menjadikan Islam sebagai way of live. Oleh karena itu, jangan ragu memberikan kontribusi terbaik kita dengan mengerahkan potensi untuk dakwah Islam bersama media NarasiPost.Com!

Wallahu a'lam bishawab.[]


Photo :Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Muthiah Al Fath Salah satu Penulis Tim Inti NarasiPost.Com. Pemenang Challenge NP dengan reward Laptop 256 GB, penulis solo Meraki Literasi dan puluhan buku antologi NarasiPost.Com
Previous
Rumah Idaman Pejuang Pena, NarasiPost.Com
Next
Susahnya Mau Jadi Dokter Spesialis!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram