"Sebab, jika tidak menuliskannya sekarang, aku takut suatu hari memoriku semakin melemah dan lambat laun akan melupakan kebaikannya. Jika tak menuliskannya sekarang, aku takut jemariku tak lagi mampu melukis aksara untuk menceritakan kisahnya." (Challenge True Story)
Oleh. Tina el Haq
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (QS. At-Taubah [9] : 111)
Ya, ayat di atas menggambarkan bagaimana balasan bagi orang-orang yang melakukan jual beli dengan Allah. Sebab, Allah akan menganugerahkan surga untuknya sebagai balasan atas apa yang telah dikorbankannya. Sungguh, orang-orang yang mendedikasikan seluruh potensi yang dimiliki demi tegaknya Islam di bumi Allah, sangat membuatku iri.
Jiwa Berkorban
Aku tidak sedang menceritakan kisah pengorbanan para sahabat yang dedikasinya di jalan dakwah tak perlu lagi diragukan. Namun, aku sedang menceritakan tentang sosok yang secara pribadi biasa saja. Dia bukan bangsawan, ratu, apalagi teknokrat. Dia hanya seorang ibu yang sangat menyayangi putra dan putrinya. Namun, pengorbanannya menjadi fasilitator dakwah bagi saudara muslimnya yang lain, membuat beliau menempati ruang tersendiri di hatiku.
Ini bukanlah kata pujian atau sanjungan, tetapi sebuah penghargaan terhadap dedikasinya dalam dakwah literasi. Aku biasa menyebutnya, Mom Andrea. Beliau merupakan Founder sekaligus Pemimpin Redaksi (Pemred) media NarasiPost.Com, yakni sebuah media dakwah yang secara konsisten menyebarkan ide-ide Islam dalam setiap rubriknya. Pengorbanannya yang sangat besar terhadap dakwah literasi di tengah banyaknya ujian hidup beliau, sungguh membuatku kagum.
Pertama kali mengenal beliau, yakni ketika aku mengirimkan naskah opini pada sekitar 2021 silam. Sebagai kontributor baru di media yang dikelolanya saat itu, sikapnya terbilang hangat hingga membuatku tak memiliki jarak. Semakin mengenalnya, kekagumanku terus membuncah.
Terutama soal pengorbanannya membangun media NarasiPost.Com, serta apresiasinya terhadap para penulis ideologis. Tentu saja materi yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Lebih dari itu, media yang dibangunnya tersebut sama sekali tidak menghasilkan keuntungan materi secara langsung. Meski demikian, jiwa berkorbannya tak lantas luntur.
Ya, di kehidupan serba sulit yang segala sesuatunya diukur dengan materi, mengorbankan harta demi dakwah bukanlah perkara mudah. Setidaknya seseorang harus memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap dakwah untuk bisa mengikhlaskan harta miliknya didermakan. Namun, aku melihat sifat itu ada pada dirinya. Kecintaan beliau pada Islam yang begitu tinggi membuatnya tak berhitung untung rugi saat melepaskan hartanya. Ah, jujur saja aku belum mampu seperti beliau.
Namun, aku tahu betul bahwa seseorang yang mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan hartanya di jalan dakwah, sejatinya sedang menabung untuk dirinya sendiri. Hal itulah yang sedang dilakukan Mom Andrea. Beliau tak pernah khawatir apabila hartanya berkurang, sebab Allah akan memberinya tambahan yang lebih besar di akhirat kelak.
Hal ini sudah Allah janjikan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah [2] ayat 261, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki …. "
Perfeksionis
Di luar sikap kedermawanannya yang membuatku terkagum-kagum, jiwa perfeksionisnya sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) NarasiPost.Com, patut diacungi jempol. Menurutku, beliau adalah sosok yang menginginkan segala sesuatunya (khususnya terkait naskah), harus dipikirkan dan dibuat dengan matang agar tidak ada kekeliruan. Sebab, NP bukanlah media ala kadarnya yang asal-asalan menerima naskah, mem-publish, lalu melupakannya dalam sekejap.
Namun, NP adalah media dakwah yang sangat selektif dalam menerima dan mem-publish naskah. Di belakangnya berdiri sosok-sosok tangguh yang tak kenal lelah menjaga keberlangsungan media ini. Selain itu, NarasiPost.Com secara konsisten menyebarkan naskah para penulis ideologis hingga mampu menjangkau ratusan bahkan ribuan kepala.
Hal ini mengingatkanku pada quote terkenal Sayyid Quthb, "Satu peluru hanya dapat menembus satu kepala, tetapi satu kata/tulisan dapat menembus ratusan bahkan ribuan kepala." Ya, inilah yang terus dilakukan NP agar dakwah literasi yang ditulis para Konapost tersebar di jagat maya. Karena itu, Mom Andrea dibantu Tim Redaksi NP tak lelah meng-upgrade para penulisnya melalui kritik, saran, maupun sharing ilmu.
Sebagai bagian dari Penulis Inti NP, aku pun tak lepas dari kritikan beliau jika ada kesalahan dalam naskah yang aku buat. Tentu saja, aku dapat memakluminya. Tak hanya kritik dan saran, pujian pun terkadang keluar dari lisannya untukku dan para penulis lainnya. Beliau selalu berharap kepadaku dan penulis lainnya agar terus meng-upgrade kualitas diri hingga memenuhi standar sebagai Penulis Inti NP.
Karena itu, sejak menjadi bagian dari media dakwah ini, aku memutuskan untuk membuang jauh segala ego diri kemudian menggantinya dengan "legowo" untuk menerima segala kritik, saran, dan "surat cinta" dari Mom Andrea maupun Tim Redaksi NP.
Sejumput Rasaku
"Tak kenal maka tak sayang, kalau belum kenal jangan bilang sayang."
Demikianlah, tidak ada seorang pun yang akan mengatakan menyayangi dan mencintai orang lain, kecuali telah mengenalnya. Begitu juga denganku yang telah mengenalnya dan mencintai beliau karena Allah. Walaupun tak mengenal secara pribadi di dunia nyata, tetapi aku sangat mengenal kebaikannya.
Aku tahu betul, Mom Andrea tak butuh pujian, sanjungan, atau balasan apa pun dari kami para penulisnya. Sebaliknya, aku pun tak mampu membalas setiap kebaikannya untukku. Biarlah Allah Swt. yang akan mengganti semua yang telah dikeluarkannya di jalan dakwah, termasuk yang rutin dibagikannya kepada para penulis. Jujur saja, aku adalah salah satu penulis yang mendapat begitu banyak taburan hadiah dari beliau.
Aku tak berniat menyanjungnya setinggi langit atau memujinya sebanyak buih di lautan. Aku hanya menuliskan apa yang tersimpan dalam benakku. Sebab, jika tidak menuliskannya sekarang, aku takut suatu hari memoriku semakin melemah dan lambat laun akan melupakan kebaikannya. Jika tak menuliskannya sekarang, aku takut jemariku tak lagi mampu melukis aksara untuk menceritakan kisahnya. Dan jika tak menuliskannya sekarang, aku takut kesempatan seperti ini tak lagi datang menyapaku.
Mom, tetaplah menjadi seperti pelita yang menerangi warga Konapost. Tetaplah menjadi perfek dalam urusan naskah. Tetaplah mengkritik dan memberi masukan jika naskahku tak layak, banyak revisi, dan sering telat. Kritik Mom Andrea itu seperti sayur peria, meski sedikit pahit tetapi menyehatkan.
I love you because Allah, Mom.
Moramo, 20 Maret 2023
Wallahu a'lam bishawab.[]
Photo : Pinterest