"Masyaallah, kehangatan bahasanya menjalar dalam benakku. Membuyarkan persepsi jauhnya jarak yang telah kubentangkan antara NarasiPost.Com dengan tulisanku."(Challenge True Story )
Oleh. Zerina Ilma
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Awalnya takut, tapi mau ikut, akhirnya jadi kepincut." Satu kalimat lugas cukup berarti, mengawali perkenalanku dengan NarasiPost.Com.
Memang tidak dimungkiri, pengalamanku menjadi penulis ideologis berawal dari "tercebur." Di tahun 2021, sebuah berita yang cukup mengejutkan datang menghampiriku. Penunjukan sebagai koordinator tim penulis, sempat membuat detak jantungku berhenti sesaat. Bermimpi saja tidak pernah, pengalaman menulis? Nol besar. Bahkan nilai ulangan EYD-ku pernah mendapat limit angka terendah saat SMA dulu. Campur aduk pikiranku berkecamuk saat itu.
"Tugas koordinator cuma mengumpulkan tulisan teman-teman kok, gak harus mahir menulis." Kata beliau yang menunjukku, bagai mantra sakti penghibur kegalauanku. "Oke deh, bismillah, bantu aku ya." Ujarku. "Siap!" Balas beliau.
Penguat Kebimbangan
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7)
Sebuah janji Allah bagi mereka yang menolong agama-Nya, adalah penguat keputusanku menerima amanah dan tanggung jawab yang menurutku sangat besar ini. Tanpa keterampilan menulis, tapi bersedia menjadi koordinator penulis. Nekat!
Benar saja, apa yang aku khawatirkan pun terjadi. Berada di antara teman-teman penulis berpengalaman, membuatku seperti titik kecil tanpa arti. Di satu sisi, mereka tak percaya kalau aku tidak bisa menulis. Tapi di sisi lain, "Kok bisa ya jadi koordinator penulis?" Mungkin seperti itu pikir mereka.
Makjleb, pastinya speechless, 'kan? Hanya senyuman yang bisa aku berikan sebagai penghibur kebimbangan.
Belajar untuk Maju
Tekad kuat mengawali tugasku saat itu. Mulailah aku dekati seorang teman, penulis senior di tim kami. Kita sebut saja beliau sebagai mentorku. Melalui mentorku ini, aku banyak belajar. Berharap penyatuan massa ilmunya dikali kecepatan belajarku akan menghasilkan momentum yang tepat untuk membantuku mengemban amanah ini. Alhamdulillah, mentorku sangat murah ilmu dan mau berbagi denganku.
Tulisan opini pertamaku pun jadi. Melalui pertolongan mentorku juga, tulisan itu siap dikirim ke sebuah media yang dipilihnya. Masyaallah, sungguh, janji Allah adalah benar. Dengan izin-Nya, tulisanku pun tayang untuk pertama kalinya dalam kehidupanku. Terbayang 'kan rasanya saat itu? Seperti berdiri di sebuah taman dengan banyak bunga bermekaran. Aku bahagia.
Belajar pun berlanjut. Beberapa tulisan berhasil aku buat. Banyak media yang direkomendasikan mentorku untuk mengirim tulisanku. Aku pun memberanikan diri mengirimnya sendiri. Apa hasilnya? Ya, tidak semua tulisanku lolos media. Mulai dari tema yang sudah basi, solusi yang tidak bisa dimengerti, jumlah kata yang kurang dari kriteria, analisis yang kurang mendalam, sampai keterkaitan antarparagrafnya yang dinilai "gak nyambung" adalah alasan penolakannya. Evaluasi dan menilik kriteria setiap media pun aku lakukan. Sampai akhirnya…
Awal Perkenalan
Tanpa sengaja mataku terpaku pada sebuah media dari sekian deret nama media di depanku. NarasiPost.Com, beserta nomor kontaknya atas nama Mom Andrea, "Sebuah nama yang cukup unik," pikirku kala itu.
Mulailah jemariku berselancar mencari NarasiPost.Com melalui telepon genggamku. Mengulik media yang berharap dapat menerima tulisanku nanti. Berawal dari membaca tulisan yang bertajuk "Reportase Milad Pertama Media NarasiPost.Com" karya Miladiah al-Qibthiyah, aku mulai mengenal media ini.
Rasa Takut dan Harapan
Dengan tagline, “Cerdas dalam Literasi Media, Bijak Menangkap Peristiwa Kunci," dan ulasan acara milad- nya yang kental bersahabat membuatku tertarik. Aku pun menyiapkan sebuah tulisan opini yang akan dikirim ke NarasiPost.Com. Sementara itu, aku juga mencari info tentang NarasiPost dengan banyak bertanya kepada teman-teman. Mereka berkata, "Susah, Mbak, kirim tulisan ke NarasiPost.Com, kriterianya banyak, kaidah EYD-nya wajib konsisten."
Walhasil, aku mengurungkan niatku mengirimkan tulisan ke NarasiPost.Com. Rasa takut dan tidak percaya diri menyelimutiku. Penulis remahan, apalagi baru pemula sepertiku akhirnya menggoyahkan semangatku. Aku tak berani berangan-angan tulisanku akan diterima. Tapi di hati kecilku, dengan berjalannya waktu dan bertambahnya ilmuku nanti, tersimpan harapan untuk bergabung dengan NarasiPost.Com.
Kehangatan Menepis Keraguan
Waktu pun berlalu. Sampai di penghujung tahun 2022, di daerahku ada agenda opini tulisan, terkait fakta yang terjadi di sekitar kita. Mulailah aku memberanikan diri mengirim tulisanku ke NarasiPost.Com dengan tema Moderasi di Bekasi, melalui nomor kontak Mom Andrea yang pernah kusimpan.
Pesanku sudah dibaca, tapi belum ada balasan. Beberapa hari berlalu, deadline tulisan tinggal dua hari lagi. Tapi kabar tayang yang ditunggu, tidak juga mendapat jawaban. Timbul keraguan dalam hatiku, dan pesimis mulai menghampiriku. Dengan perasaan segan, aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Mom Andrea terkait perkembangan tulisanku, seraya memberikan info "deadline- nya."
Tanpa diduga, penantianku dibalas dengan cepat. Mom Andrea bilang, "Lain kali jika ada tugas dari daerah, bilang ke saya, agar diusahakan publish lebih awal setelah lolos editor." Masyaallah, kehangatan bahasanya menjalar dalam benakku. Membuyarkan persepsi jauhnya jarak yang telah kubentangkan antara NarasiPost.Com dengan tulisanku.
Alhamdulillah, tulisanku tayang tepat waktu. Di bulan Februari 2023, menyusul tulisan keduaku dan merupakan momen awal bergabungnya di grup KONAPost juga, kumpulan dari kontributor (penulis) dan tim dapur NarasiPost.
Perjalanan Sarat Pelajaran
Sebagai anggota baru di grup, walaupun masih dalam tahap menyimak saja dan sebagai pembaca dalam diam, sudah merasakan kehangatannya. Menebar pesona tersendiri dalam pikiranku. Keramahan interaksi antaranggota, challenge ilmu menulis, dan tulisan beragam tema, hingga ajang sharing yang juga sarat dengan kemanfaatan.
Perkenalan itu memberikan pelajaran dan banyak kesan bagi perjalanan literasiku. Jangan takut untuk memulai, karena langkahmu adalah awal untuk maju. Insyaallah.[]
Photo : Pinterest