”Tak sebatas kemampuan literasi dasar, namun lebih dari itu, menjadikan standar baik buruk dan terpuji tercelanya bersandar kepada Islam, sekaligus tergerak untuk mengupayakan produktivitas dalam karya, adalah ciri muslim literat. “(Challenge True Story )
Oleh. Cut Putri Cory
(Ibu Pembelajar)
NarasiPost.Com-Jika adagium lama mengatakan bahwa apa pun yang ingin dibangun seseorang bertalian erat dengan sejarah hidupnya, maka sungguh NarasiPost.Com menjadi satu jejak literasi dakwah ideologis yang penulis tapaki. Apa yang menjadi latar belakang munculnya media ini adalah semata-mata untuk melayani kepentingan dakwah, di tengah asa untuk mampu menjadi ruang ramah bagi para pengemban dakwah agar menjadi literat dalam dunia digital dan media.
Masih terang dalam ingatan, saat jargon NarasiPost.Com yaitu “Cerdas dalam Literasi Media, Bijak Menangkap Peristiwa Kunci” terbenak dalam pikiran. Jargon itu lahir saat penulis sedang membaca sebuah buku beraroma kuat dunia intelijen. Pemahaman itu tercampur di dalam kepala, berbaur dengan ma’lumat tsabiqah (informasi terdahulu) yang menjadi main course dari background pendidikan penulis yaitu dunia jurnalistik.
Ide itu pun terlisan dalam diskusi bersama “Ibu Angin”, begitu dia biasa disebut oleh anak-anakku. Para penulis yang menjejak di NarasiPost.Com mengenalnya dengan nama Mom Andrea Aussie. Bukan tanpa alasan, memang dia menetap di Negeri Kanguru. Berjuang sendiri di negeri orang, sambil menapak pula jejaknya dalam dunia literasi dakwah di tanah air.
Saat itu, website NarasiPost.Com masih hanya dalam angan. Kami bergerak bersama menghidupkan AndreaNews.com yang merupakan jembatan lahirnya NarasiPost.Com (NP). Singkat cerita, duo perempuan yang tergabung dalam tim NP membangun website ini “berdarah-darah” sejak awal. Tak lama berselang, satu orang perempuan lagi tergabung memperkuat formasi. Ya, masih pekat dalam ingatan, bagaimana antusiasme dan semangat yang mengalahkan penatnya lelah setelah aktivitas yang padat, saat malam-malamnya pun kami “paksa” untuk bisa tetap saling bertemu di ruang Zoom. “Ini semua demi dakwah,” Ibu Angin sering bilang begitu. Meskipun seiring waktu berjalannya NP, penulis sempat kemudian menepi sejenak menjejak di kanal yang lain, NP tetap sukses mempertahankan eksistensi meski berkali-kali diterpa ujian. Alhamdulillah.
Itulah kenapa siapa pun yang menoreh jejak literasinya di NP layak memahami betul misi dibangunnya media ini, yaitu untuk menjadi rujukan media digital ideologis di tengah “jebakan” informasi yang begitu menyemesta saat ini. Bijak berliterasi digital itu penting, karena ancaman disinformasi dan hoaks itu nyata di tengah era konvergensi media. Harapannya, selain menjadi tempat tuang asa, wadah meleburnya ide, fungsi edukasi media massa bisa berjalan efektif dan progresif dalam membentuk para penulis pengemban dakwah literat yang cakap berseluncur di samudra informasi, juga suguhan ideologis yang nikmat bagi para pembaca setianya.
Memang dalam perjalanan literasi penulis, NP memiliki ruang rekam tersendiri. Membuat media online di era ini agaknya tak sulit, tapi mempertahankan eksistensinya tak akan dilakukan kecuali dengan pengorbanan dan komitmen yang kuat. Itulah yang tampak dalam progresivitas NP sekarang, bravo untuk seluruh tim yang terlibat saat ini.
NarasiPost.Com, Saksi Pengkhianatan dalam Abraham Accords
Satu hal yang tak akan pernah lepas dari ingatan, pun hal yang patut disyukuri, bahwa jejak itu dimuat dalam karya salah satu buku yang ditelurkan NP. Saat itu (13/8/2020), para pemimpin Uni Emirat Arab, Oman dan Bahrain sedang duduk semeja dengan Amerika dan Israel yang tangannya meneteskan darah para syuhada umat Islam Baitulmaqdis. Mereka merumuskan Abraham Accords dan berjabat tangan di depan awak media sambil saling melempar senyum.
Fakta itu tak pelak menjadi pemicu dari lahirnya satu tulisan tentangnya. Bertajuk “Abraham Accords, Pengkhianatan terhadap Baitulmaqdis”, jejak literasi itu mengisi halaman pertama buku terbitan NarasiPost.Com. Tulisan itu dikutipnya dari naskah lama penulis yang dimuat oleh media online ini. Siapa sangka, tulisan yang bahkan sudah dilupakan oleh penulisnya, justru kemudian menjadi satu hal yang paling diingat penulis, karena terekam dalam buku bersama tulisan-tulisan para penulis lain yang berkontribusi dalam dakwah pena NarasiPost.Com
Di sana, penulis mengatakan bahwa apa yang dipertontonkan para pemimpin negeri muslim adalah dagelan basi pengkhianatan berulang. Selayaknya mereka malu dengan tanah kuburan Shalahuddin Al-Ayyubi yang diratapi sejak ratusan tahun lalu, apalagi kurun aneksasi Israel di Palestina.
Naskah itu adalah bukti pembelaan terhadap Baitulmaqdis, semoga kelak dia menjadi hujah di sisi Allah atas kewajiban setiap muslim untuk membuktikan kecintaannya terhadap Masjid Al-Aqsa. Dan apa yang lebih dari ‘kerja individu’ dalam menuliskan naskah itu, adalah siapa yang menjadi medium penyampai tulisan itu kepada umat, yaitu kontribusi media NarasiPost.Com
Be a Literate Moslem with NarasiPost.Com
Tak ada kata terlambat untuk menjadi pengemban dakwah penulis yang literat, ini bahkan keharusan yang wajib diupayakan. Tak sebatas kemampuan literasi dasar, namun lebih dari itu, menjadikan standar baik buruk dan terpuji tercelanya bersandar kepada Islam, sekaligus tergerak untuk mengupayakan produktivitas dalam karya, adalah ciri muslim literat.
Para pengemban dakwah selayaknya menyadari bahwa segala sesuatu yang dikonsumsinya di media akan menjadi cetak biru (blue print) yang akan menentukan produktivitasnya dalam berkarya. Di antaranya memiliki kemampuan dalam literasi digital adalah mutlak saat ini. Dan inilah yang menjadi salah satu poin penting keberadaan media massa, yaitu mengoptimasi peran dan fungsinya dalam pembentukan karakter literat.
Bersama NP, inilah jejak literasi para pengemban dakwah yang literat. Mereka menulis untuk melayani Islam dan NP menjadi jembatan sampainya opini Islam itu ke dalam benak umat ini. NP merekamnya dan menyuguhkannya sepanjang peradaban. Panjang umur NarasiPost.Com, panjang umur dakwah Islam. Insyaallah.[]