"Di tengah era digitalisasi sekarang, sudah pas banget kalau NP juga merambah kepada dakwah yang mampu dijangkau secara luas, yakni podcast. Aktivitas amar makruf harus disampaikan secara baik dan mengandung hujah atau bukti yang kuat. Inilah yang selalu ditekankan oleh Mom Andrea."
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Menjadi kontributor NarasiPost.Com (NP) dari tahun 2020 hingga kini, banyak hal yang aku pelajari dan rasakan perkembangannya. NarasiPost.Com sebagai salah satu media dakwah dalam dunia literasi selalu berupaya meluaskan jangkauan dakwah Islam. Tak hanya media visual, NP juga merambah dakwah audio. Selain kanal YouTube NarasiPost Media, ternyata NP juga punya Podcast, lho. Namanya NarasiPost Media.
Jujur, pada awalnya aku tidak terlalu tertarik dengan podcast. Sebagai seorang tipe visual, membaca naskah secara langsung lebih aku sukai daripada mendengar. Apalagi rasanya kok ribet, ya, harus mengunduh dulu aplikasi Spotify supaya bisa mendengarkan suara merdu para Voice Over Talent (tim VOT). Meski begitu, sempat ada rasa iri kepada teman-teman kontributor yang naskahnya terpilih untuk dibacakan. Pasti naskahnya bagus, pikirku.
Dalam sebuah kesempatan aku pernah bertanya kepada tim NP, mengapa NP menggunakan sarana Podcast sebagai media dakwah, mengapa tidak memaksimalkan YouTube saja? Mom Andrea selaku Pemred menjawab, selain ingin meluaskan dakwah literasi, juga ingin membantu pembaca yang tidak sempat membaca naskah-naskah NP. Jika menggunakan Podcast, saat ada di kendaraan, kereta api atau kondisi sibuk tetap bisa menikmati naskah-naskah keren para kontributor NP. Wah, apa benar, ya?
Suatu hari aku coba buka Podcast NP. Rasa penasaranku lebih kuat mengalahkan keengganan. Sebagai mak "jelita" yang agak gaptek, aku coba pelajari pelan-pelan. Ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan dan asyik juga. Aku jadi teringat sandiwara radio waktu aku kecil. Mindset-ku tentang membaca yang harus melihat teksnya perlahan berubah. Aku masih bisa dan menikmati "membaca" naskah teman-teman lewat Podcast di saat waktu santai, bahkan bisa sambil rebahan. Apalagi saat tubuh dan mata mulai lelah setelah beraktivitas. Duh, maklumlah, faktor "U" memang tidak bisa berbohong. Masyaallah, Podcast NP sangat membantu sekali. Sambil istirahat, aktivitas "membaca" tetap berjalan.
Ketika naskahku yang berjudul Ali Agrem Si Kue Keabadian dibacakan, rasanya bungah alias senang sekali. Suara crunchy milik Mbak Dewi Fitriana bisa membawa pendengar seolah-olah ikut merasakan lezatnya kue tersebut. Wah, seperti di acara kuliner TV itu, lho. Terlebih lagi ketika naskah berjudul Rindu untuk Ayah dibacakan. Intonasi dan kelembutan suara Mbak Anita Yulianti sanggup menyayat-nyayat hatiku dan membuatku teringat kembali kepada mendiang ayah. Benar-benar berbeda jika kita hanya membaca naskahnya langsung dibandingkan mendengar lewat Podcast. Kalau kata remaja sekarang, feel-nya dapat.
Alhamdulillah, beberapa naskahku pun sudah dibacakan oleh tim VOT, terutama naskah teenager yang menjadi spesialisasiku di NP. Ada kebanggaan dan kebahagiaan dalam hati, aku masih bisa berkontribusi lewat dakwah aksara baik untuk NP maupun untuk umat. Tim VOT juga keren-keren. Mereka memiliki karakter suara khasnya masing-masing. Tapi, satu hal yang pasti, melalui NP-lah aku belajar mengenal dunia Voice Over dan sedikit melek teknologi.
Masyaallah, harus diakui NP adalah media dakwah yang luar biasa. Sentuhan tangan dingin dan intuisi Mom Andrea yang tajam dalam memilih siapa VOT yang tepat untuk membacakan sebuah naskah patut diacungi jempol. Naskah serasa hidup saat disuarakan. Aku pribadi salut dengan tim VOT NP. Berkembangnya teknologi sejatinya hadir untuk memudahkan aktivitas manusia. Tak terkecuali dakwah literasi. Bahkan, fakta minimnya tingkat literasi masyarakat kita, mungkin bisa juga diatasi lewat Podcast. Apalagi untuk anak remaja yang sehari-harinya bergelut dengan handphone. Pastinya tidak akan asing dengan sarana ini.
Nah, tahu tidak? Kalau ternyata proses mengisi suara saat membacakan naskah untuk Podcast tidak mudah, lho. Tim VOT pernah mengungkap rahasia dapur dan segudang kesulitan yang dihadapi saat take vokal. Mulai dari masuknya suara asing yang tak diundang, seperti suara tukang makanan yang lewat, batuk bahkan "terpeleset" lidah saat melafalkan bahasa latin atau menyebut nama seseorang. Wah, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi mereka juga para ibu dan istri yang pastinya harus membagi waktu antara keluarga, bekerja, dan dakwah. Masyaallah, salut untuk tim VOT.
Kehidupan dalam lingkaran sistem kapitalisme saat ini telah merusak segala lini. Media pun dikuasai oleh pihak yang memiliki kontrol kuat terhadap sistem kehidupan saat ini. Namun, media sejatinya hanyalah sarana, manusialah yang memegang kendali apakah mau dijadikan untuk kebaikan atau keburukan.
Di tengah era digitalisasi sekarang, sudah pas banget kalau NP juga merambah kepada dakwah yang mampu dijangkau secara luas, yakni Podcast. Aktivitas amar makruf harus disampaikan secara baik dan mengandung hujah atau bukti yang kuat. Inilah yang selalu ditekankan oleh Mom Andrea.
Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nahl ayat 125 yang artinya:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Semoga apa yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh NP selanjutnya bisa menjadi wasilah tersampaikannya dakwah Islam, baik untuk kalangan remaja maupun dewasa. Tetap semangat untuk tim VOT, semoga lelah teman-teman bisa menambah pahala jariah. Amin.[]