“Jika modal menulis itu ada empat; iradat (kemauan), tsaqafah, daya analisis, dan teknis kepenulisan. Maka selama ini saya benar-benar telah mengabaikan modal yang keempat.”
Oleh. Ghumaisha Gaza
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Mengakhiri tahun 2020, gelora menulis saya terasa bangkit kembali. Dalam fase repot rumah tangga, saat di rumah terdapat dua batita, saya ternyata diamanahi menjadi koordinator tulisan opini memimpin teman-teman yang berkumpul dalam Komunitas Penulis Bawa Perubahan. Saya yang katanya seorang penulis tidak hanya dituntut untuk bisa menulis sebuah karya, tetapi juga membantu menghimpun tulisan teman-teman dakwah lainnya. Kemudian membantu mencarikan media yang bisa memuat tulisan saya dan teman-teman semua.
Dalam perjalanan inilah kemudian saya bertemu dengan NarasiPost.Com. Sebuah media dakwah yang ternyata mampu membangunkan tidur panjang saya sebagai seseorang yang bermimpi menjadi seorang penulis. Media yang juga turut mewarnai perjalanan belajar saya. Mencambuk semangat dan melatih percaya diri dalam mewujudkan mimpi!
Kala Insecure Datang Menghampiri
Meski bercita-cita) menjadi seorang penulis sejak SMP (2014), ternyata pada faktanya aktivitas saya cukup jauh dari upaya menulis atau menghasilkan karya. Dengan dalih memiliki anak yang berdekatan usianya, membuat saya merasa tidak ada waktu untuk menghasilkan sebuah tulisan. Ditambah sifat perfeksionis yang justru sering menjadikan saya terperosok pada penundaan. Akhirnya banyak sekali tulisan yang tidak pernah selesai. Atau bahkan ide tulisan hanya menjadi angan-angan saja.
Tulisan opini bertajuk "Derita Rohingya, Derita Kita" yang dimuat NarasiPost.Com pada 15 Desember 2020 akhirnya menjadi pemutus masa hibernasi menulis saya. Pada saat itu sebagai koordinator, mau tidak mau harus memberikan contoh kepada yang lain, bagaimana menghasilkan sebuah tulisan. Jujur saja, tulisan pertama yang baru lahir lagi seperti cahaya dalam perjalanan gelap menulis saya. Akhirnya, saya sadar kalau saya memang bisa menulis.
Namun setelah mengalahkan rasa malas dan penundaan, ternyata saya masih terjebak pada rasa tidak percaya diri. Balasan dari Mbak Andrea -orang-orang memanggilnya Mom Andrea, tapi lidah saya terlalu kelu dan malu untuk menyebut Mom- kala itu atas tulisan yang saya kirimkan membuat saya berpikir ulang jika mau mengirimkan tulisan ke NarasiPost.Com.
"Mbak mohon maaf, naskah ini belum bisa publish setelah dicek admin opini dan ini alasannya: ini sebetulnya bagus, tetapi tidak imbang, hanya memaparkan fakta, tetapi analisisnya hanya di permukaan saja. Tidak disebutkan secara jelas, apa penyebab segala problematik yang terjadi kalau bukan karena pandemi."
"Yang ini juga belum bisa publish di NP setelah dicek admin, ini belum layak tayang, Mbak. Tulisannya masih menggantung. Analisisnya kurang komprehensif."
"Mohon maaf naskah mbak tidak bisa NP publish karena sudah sangat overload. NP mencari naskah yang sesuai TOR mingguan NP dan ter-up to date. Tema sejenis sudah banyak tayang. Tulisan ini serupa dari sisi penulisan dan sudut pandangnya."
Saya menyimpulkan bahwa NarasiPost.Com sangat selektif dalam memilih tulisan, harus ter- up to date lagi. Akhirnya untuk mendistribusikan tulisan teman-teman di komunitas, saya harus mencari media yang lain. Sambil terus berlatih bagaimana membuat tulisan yang diinginkan NarasiPost.Com. Ternyata tidak mudah, makin dibaca tulisan-tulisan opini yang dimuatnya saya malah insecure. Tulisan-tulisan di sana terasa sulit untuk diikuti.
Tetapi akhirnya saya fokus terhadap perubahan dan perbaikan karya sendiri. Setelah tujuh bulan saya pun mulai berani mengirimkan tulisan lagi ke NarasiPost.Com. Opini berjudul "Pilu, Rakyat Berseteru di Tengah Wabah yang Tak Kunjung Berlalu" menjadi tulisan kedua saya yang dikirimkan dan dimuat NarasiPost.Com pada tanggal 31 Juli 2021.
Kekalahan dan Perubahan
Sepanjang tahun 2021 saya lebih banyak mengirimkan tulisan ke media lain. Akhirnya tidak begitu mengikuti apa yang terjadi di grup WhatsApp Konapost (grup yang menghimpun para kontributor NarasiPost.Com). Ada ujian KBBI kerap tak saya hiraukan. Ada acara di Zoom sering tidak saya ikuti. Hanya sekali saja saya mengikuti challenge yang diadakan NarasiPost.Com. Saya hanya mengirimkan tulisan story setelah tidak mampu menyelesaikan tulisan opini. Tulisan story yang saya kirimkan tanggal 31 Agustus 2021, berjudul "Berjumpa di Jannah-Nya", baru tayang tanggal 10 Oktober 2021. Padahal pengumuman challenge-nya pertengahan September 2021.
"Masyaallah, saya nyaris lupa (sudah mengikhlaskan), saya hanya bertekad menulis lebih baik lagi. Ternyata layak tayang juga. Jazakillah, Mbak. Mudah-mudahan saya bisa menulis lebih baik lagi. Bisa berkontribusi terus untuk NP."
Itulah jawaban saya atas apresiasi NarasiPost.Com yang masih mau memuat tulisan saya meski memang sudah kalah challenge. Dari peristiwa itu saya mulai tertarik mengikuti acara-acara yang diselenggarakan NarasiPost.Com. Meski untuk mengirimkan tulisan pada tahun 2022 masih sangat jarang. Hanya ada 1 tulisan opini di bulan Maret, 1 tulisan syiar di bulan April, dan 1 tulisan motivasi hingga akhir bulan Agustus.
Puncak semangat perubahan menjadi lebih baik yang saya rasa telah ditularkan NarasiPost.Com adalah saat challenge milad ke-2 NP pada akhir bulan September hingga Oktober 2022. Saat itu saya berhasil mengirimkan tulisan cerpen dan motivasi. Alhamdulillah, berhasil masuk kategori 15 naskah terbaik. Dari kedua naskah itulah saya kemudian makin sadar apa kesalahan yang telah saya lakukan dalam menulis selama ini.
Jika modal menulis itu ada empat; iradat (kemauan), tsaqafah, daya analisis, dan teknis kepenulisan. Maka selama ini saya benar-benar telah mengabaikan modal yang keempat. Dulu betapa entengnya tidak mengindahkan hal ini. Akhirnya setelah challenge tersebut, selain membuat karya yang terbaik tidak lupa diteliti kembali setiap kata yang mungkin masih perlu diperbaiki.
Girah (Spirit) Dakwah yang Selalu Membara
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَب
"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)."
Ayat di ataslah yang saya rasakan menjadi spirit selama menjadi kontributor NarasiPost.Com. Khususnya Mbak Andrea sebagai Pemred NarasiPost.Com, selalu mendorong para kontributor untuk terus mengirimkan karya terbaiknya. Begitulah akhirnya saya setiap kali berhasil menuntaskan tulisan lalu dikirimkan, sudah memikirkan tulisan mana lagi yang akan segera dituntaskan. Karena saya merasa NarasiPost.Com selalu setia menanti sebuah karya. Saya selalu berusaha mempersembahkan karya untuk dikirimkan meski belum sebaik dan sebanyak kontributor yang lain.
Begitu pun dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis para kontributor juga tak pernah berhenti. Selalu ada sharing ilmu hingga ujian yang selalu menarik setiap penyelenggaraannya. Ruh kekeluargaan yang turut dihidupkan para admin di grup WhatsApp Konapost juga menambah spirit perjuangan menyebarkan ajaran Islam melalui tulisan ini. Dan kesungguhan menyebarkan syiar Islam ini makin tampak tatkala NarasiPost.Com tidak hanya memuat tulisan di website, tetapi kemudian menyebarkannya di Facebook, Instagram, hingga dibuat siaran audio di Spotify atau siaran video di YouTube.
Dengan berinteraksi sekilas, saya juga mendapatkan informasi meski tidak banyak terkait latar belakang para admin atau kontributor lainnya. Dengan beragam kesibukannya masing-masing ternyata tidak menghentikan langkah untuk terus menulis. Untuk terus mendakwahkan Islam melalui tulisan. Rasanya tidak pantas jika saya berhenti menulis hanya karena fase repot mengurusi rumah tangga. Faktanya ada yang lebih repot dalam aktivitasnya dibandingkan saya.
Khatimah
Demikianlah NarasiPost.Com turut mewarnai perjalanan menulis saya. Perjalanan yang kelak saya harapkan mampu melahirkan karya terbaik untuk umat. Perjalanan yang berharap terus saya lakukan hingga Allah Swt. menghentikan langkah hidup ini. Semoga aktivitas yang saya lakukan bersama NarasiPost.Com turut menjadi amalan kebaikan pemberat timbangan di hari penghisaban.
Spirit terakhir yang ingin saya kutip, semoga menjadikan kita tetap semangat dan istikamah dalam menulis adalah tagline NarasiPost.Com, "Cerdas dalam Literasi Media, Bijak Menangkap Peristiwa Kunci."
Semangat!!![]
Kisah perjalanan menulisnya menarik.. engga sadar, udah selesai aja bacanya..