Antara Kritik dan Kesempurnaan Naskah

”Bagi sebagian orang, kritikan mungkin terasa pahit hingga lebih memilih menghindar. Namun, andai setiap orang tahu bahwa kritik konstruktif menjadi pengaruh terkuat bagi seseorang untuk lebih kreatif, berkembang, dan berkualitas, niscaya setiap orang akan legawa menerima kritik.”

Oleh. Tina el Haq
(Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tak sengaja aku membaca sebuah quote menyentuh yang menyebutkan bahwa "Penulis tidak pernah dilahirkan, tetapi diciptakan. Demikian juga dengan bakat menulis yang tidak selalu dibawa sejak lahir, tetapi tumbuh oleh suatu motivasi atau gagasan." Ya, quote tersebut sedikit menggambarkan tentang diriku. Aku yang dahulu tak menyukai dunia literasi, tak sekali pun memiliki asa menjadi seorang penulis ideologis. Bahkan, aku sama sekali tak memiliki bakat menulis sejak kecil.

Rasa cinta pada dunia literasi baru tumbuh dan bersemi saat aku bergabung dalam sebuah grup kepenulisan. Di sana, aku datang membawa "gelas kosong" kemudian secara perlahan mulai mengisinya dengan berbagai motivasi menggugah. Motivasi-motivasi itulah yang menyadarkanku akan arti pentingnya menulis. Apalagi menulis untuk dakwah. Hari dan bulan pun tak terasa berganti, hingga suatu hari aku mampu menyebarkan jejak-jejak literasiku ke berbagai media di jagat maya.

Telah sekian lama tulisan-tulisanku melanglang buana di jagat maya, sampai takdir membawaku padanya. Ya, takdirlah yang membawaku pada media dakwah yang memiliki tagline, "Cerdas dalam Literasi Media, Bijak Menangkap Peristiwa Kunci". Namanya mungkin sudah tak asing lagi di telinga para penulis ideologis, yakni NarasiPost.Com.

Awalnya kukira tak ada yang istimewa dari media dakwah yang satu ini. Namun, semakin mengenalnya membuatku yakin ada yang berbeda dari media yang dimotori oleh Mom Andrea ini. Ya, NarasiPost.Com menjadi salah satu media yang konsisten menjembatani tersebarnya pemikiran Islam di tengah masifnya narasi sesat para penjegal Islam.

Kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Jika sudah kenal pasti tahu bahwa salah satu keistimewaan NP adalah ketelitiannya dalam menyeleksi naskah. Ya, tak semua naskah bisa lolos di "dapur" NP. Perlu kerja keras, keseriusan, dan ketelitian saat menulisnya agar naskah yang dikirim memenuhi kriteria dan layak publish. Kesempurnaan naskah bisa dibilang menjadi "harga mati" bagi media dakwah yang satu ini.

Sebagai bagian dari Tim Penulis Inti NP, aku pun dituntut menjadi "sempurna" dalam urusan naskah, ketimbang kontributor lainnya. Jika mengetahui kesalahan naskah kontributornya, respons Mom Andrea masih lembut, tetapi akan berbeda jika kesalahan itu ada pada kami. Terhadap kami, Mom Andrea semakin "keras". Begitu juga dengan Tim Redaksi NP yang semakin "garang" ketika memeriksa naskah kami.

Jika kontributor lainnya memiliki beberapa tipo yang masih bisa ditoleransi, maka naskahnya tetap melenggang untuk publish. Namun tidak dengan Tim Penulis Inti NP. Tak harus menunggu kesalahan hingga 5, 4, atau 3 kata. Cukup satu kata saja kesalahan yang dilakukan, baik terkait tipo, EYD, maupun KBBI, maka sudah cukup membuat naskah itu dikembalikan pada penulisnya. Jika kontributor lainnya diberi toleransi plagiat hingga 15 persen, maka terhadap Tim Penulis Inti NP toleransi di bawah lagi dari jumlah tersebut. Bahkan, jika memungkinkan harus zero tipo dan plagiat.

Kerasnya sikap Mom Andrea dan "garangnya" Tim Redaksi NP terhadap Tim Penulis Inti NP, bukan tanpa alasan. Mom Andrea menginginkan "gerbong" yang dibawanya benar-benar berkualitas dari semua sisi. Mom tak menginginkan "gerbongnya" kosong tanpa isi. Apalagi, NarasiPost.Com menjadi salah satu media rujukan bagi para pembaca yang haus akan ide-ide Islam.

Karena itu, Mom Andrea berusaha mewujudkan kerja sama yang baik antara Tim Redaksi dan Tim Penulis Inti NP. Jika digambarkan, keduanya ibarat proses kerja tubuh manusia. Tim Redaksi NP ibarat jantung yang membuat media NarasiPost.Com terus hidup dan bertahan, sedangkan Tim Penulis Inti NP ibarat tangan yang menjadi rujukan para kontributor lainnya. Aku pun yang menjadi bagian dari "gerbong" NP, telah berulang kali ditegur, dikritik, dan dimarahi jika ada kesalahan dalam naskah.

Namun, setiap orang hendaknya percaya bahwa di balik ketegasan pasti terselip kebaikan di dalamnya. Meski di satu sisi Pemred NP "keras" terhadapku dan anggota Tim Penulis Inti NP lainnya, tetapi di sisi lain kami juga diapresiasi. Mom Andrea rutin memberikan kami fee dalam setiap bulannya sebagai bentuk apresiasi terhadap naskah-naskah kami. Tak hanya itu, demi meningkatkan kualitas tulisan Tim Penulis Inti NP, Mom Andrea terus me- ri'ayah kami tanpa lelah. Beliau bahkan rela mendatangkan mentor untuk mengasah kualitas tulisan kami.

Sebagai penulis yang baik, satu sikap yang harus ditunjukkan ketika ingin maju dan berkembang adalah rela dikritik. Bagi sebagian orang, kritikan mungkin terasa pahit hingga lebih memilih menghindar. Namun, andai setiap orang tahu bahwa kritik konstruktif menjadi pengaruh terkuat bagi seseorang untuk lebih kreatif, berkembang, dan berkualitas, niscaya setiap orang akan legawa menerima kritik. Demikian juga denganku. Kritik dari mom, lebih tepatnya masukan dan saran, semata-mata demi kebaikanku dan para penulis lainnya. Ibaratnya, Mom Andrea sedang menempa besi tumpul agar menjadi pisau yang tajam.

Karenanya tak perlu baper, marah, apalagi mendendam. Sebagai umat Rasulullah saw., contohlah beliau saat kritik datang menghampirinya. Rasulullah saw. adalah sebaik-baik teladan dalam segala hal termasuk saat menerima kritik. Sebagaimana kritik yang pernah dilayangkan oleh sahabat yang ahli membuat strategi perang bernama Khabab ibn Mundzir. Khabab pernah mengkritik keputusan Rasulullah saw. untuk membuat pertahanan dan menguasai sumber air di Badar. Namun, menurut Khabab, posisi tersebut tidak strategis. Khabab justru menunjukkan tempat yang lain sebagai basis pertahanan.

Mendengar kritikan tersebut, Rasulullah saw. tak marah, hanya karena kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Beliau justru menyetujui saran Khabab yang dianggapnya lebih ahli. Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Al-Bukhari, "Nabi tidak pernah membalas dendam untuk dirinya sendiri, kecuali kehormatan Allah dilanggar …. "

Demikianlah, sebuah kesempurnaan terkadang muskil diraih kecuali dengan bantuan orang lain, meskipun bantuannya hanya dalam bentuk kritikan. Pun demikian denganku. Asaku yang ingin mengepakkan sayap lebih tinggi sebagai penulis berkualitas, menganggap saran dan kritik ibarat gizi yang akan aku lahap dengan segala kerendahan hati. Sampai saatnya aku pantas menjadi "mutiara" yang berada di "gerbong" NP.
Wallahu a'lam bishawab.

Moramo, 23 Maret 2023[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Jejak Literasi dalam Antologi
Next
Rumah Idaman Pejuang Pena, NarasiPost.Com
1 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram