"Menjadi orang baik yang berpegang teguh kepada syariat Allah memang berat. Namun jangan sampai tergelincir dan akhirnya terlepas hanya karena mengikuti para pembenci."
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-"Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing." (HR. Muslim)
Sahabat, merasa tidak kalau kehidupan saat ini sangat jauh dari nilai-nilai Islam? Korupsi, tawuran pelajar, para muslimah tidak menutup aurat, dan perilaku maksiat terjadi di mana-mana. Seakan-akan ajaran Islam adalah sesuatu yang asing dan tak layak untuk diterapkan. Walaupun masih ada yang menjalankan, tak lebih hanya sekadar ibadah ritual semata. Itu pun ada juga yang melanggar dan tak merasa berdosa.
Berabad-abad silam, Rasul saw. telah menggambarkan kondisi ini. Ketika Islam pertama kali didakwahkan oleh Nabi saw., ia dianggap sebagai sesuatu yang baru, asing dan berbeda dengan kebiasaan orang-orang Arab saat itu. Dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan tradisi jahiliah, ajaran Islam dianggap berbahaya. Misalnya, mencela penyembahan berhala, memuliakan perempuan, mencela praktik curang dalam timbangan, dll. Bahkan Rasulullah sendiri dijuluki orang gila, pembohong dan tukang sihir.
Sekarang bisa kita rasakan apa yang digambarkan oleh Rasul saw. dalam hadis di atas. Syariat Islam menjadi asing di tengah gempuran sekularisme. Bahkan ada upaya menyelaraskan ajaran Islam yang suci dengan ide-ide kufur atas nama moderasi agama. Meskipun begitu, masih ada orang-orang yang tetap berpegang teguh dan beraktivitas sesuai tuntunan syariat Islam. Rasul saw. menyebut mereka dengan nama Al-Ghuraba (orang-orang yang asing).
Siapa Al-Ghuraba yang dimaksud oleh Rasulullah saw. itu? Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sahal bin Sa'ad as Saidi disebutkan, Rasulullah saw. ditanya,
“Wahai Rasulullah siapakah Al-Ghuraba ini?” Rasulullah saw. bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan ketika manusia sudah rusak.”
Dalam riwayat lain menyebutkan,
"Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki sunahku yang telah dirusak oleh manusia setelahku."
Sahabat, secara umum Al-Ghuraba digambarkan sebagai orang yang baik dan menyampaikan kebaikan. Jumlahnya sangat sedikit di antara orang-orang yang berbuat maksiat. Maka tak heran, jika kehadiran mereka di tengah masyarakat bagaikan orang asing in the middle of no where. Di saat masyarakat masih bergelut dengan riba, ia justru menjauh. Di saat para pemuda memilih untuk pacaran, TTM, FWB atau One Night Stand, ia memilih say no to pacaran and keep jomlo until halal. Bagi muslimah, ia tetap istikamah berhijab syar'i meskipun gencar disuarakan penolakan hijab.
Akhirnya orang-orang baik ini pun tak disukai. Dibully, disebut cupu, sok alim, radikal, dll. Buat yang punya jiwa kuat, bully-an semacam ini tak jadi masalah dan dianggap sebagai ujian, tapi tak sedikit juga yang akhirnya putus asa dan menyerah kemudian berkata, "Bosan jadi orang baik."
Menjadi orang baik di tengah-tengah kehidupan yang tak mendukung kebaikan memang berat. Caci maki, sindiran pedas bahkan ancaman mungkin akan kita terima. Sedih? Pastinya. Putus asa? Sebagai manusia biasa kita akan merasakannya. Rasulullah saw. pernah merasa putus asa saat beliau gagal berdakwah dan meminta perlindungan kepada penduduk Thaif, bahkan mendapat perlakuan yang keji. Di tengah kesedihannya, Rasul saw. mengadu kepada Allah Swt.
Sahabat, percaya tidak kalau di antara para haters masih ada para lovers? Maksudnya, di antara orang-orang yang tidak suka, masih ada mereka yang mendukung kebaikan kita. Kehadiran mereka ibarat tenaga tambahan saat kita mulai lemah dan bagai cahaya saat kita meredup. Mereka ibarat para sahabat yang senantiasa membenarkan dan mendukung kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Tapi, istikamah dalam kebaikan tak boleh dilakukan karena ingin mendapatkan pujian dan dukungan manusia semata. Namun lebih dari itu, harus disadari bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kewajiban dari Allah dan hanya berharap pahala serta rida dari-Nya.
Sahabat, bagaimana agar kita tak bosan jadi orang baik?
- Keep going and be strong. Tetaplah menjadi orang baik walaupun orang lain membenci. Cacian dan kebencian yang kita dapatkan anggap saja ujian untuk menaikkan derajat kita di hadapan Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Ankabut ayat 2-3,
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sementara mereka tidak diuji lagi?"
"Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka, Allah pun betul-betul mengetahui orang-orang yang benar dan Dia betul-betul mengetahui orang-orang yang berdusta."
- Senantiasa berdoa. Doa adalah senjatanya orang beriman. Di saat mulai lemah, berserah diri lah kepada Allah. Kita hanya seorang hamba yang berupaya melaksanakan perintah-Nya. Hanya Allah Swt. Yang Maha Kuat yang akan menolong hamba-Nya.
- Istikamah. Menjadi orang baik yang berpegang teguh kepada syariat Allah memang berat. Namun jangan sampai tergelincir dan akhirnya terlepas hanya karena mengikuti para pembenci. Allah Swt. berfirman dalam surah As-Syura ayat 15,
"Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan istikamahlah (tetaplah dalam agama dan lanjutkanlah berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka…"
- Yakin dengan janji Allah. Allah Swt. memberikan pujian dan kabar gembira kepada Al-Ghuraba bahwa mereka adalah orang-orang yang beruntung. Mengapa? Karena mereka diberikan kedudukan yang baik di sisi Allah sebagaimana kedudukan para syuhada juga ditempatkan ke dalam surga. Firman Allah Swt.,
"Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal dari sisi Allah. Dan apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi orang-orang yang berbuat baik." (TQS. Ali-Imran: 198)
Sahabat, jangan bosan ya menjadi orang baik dan menyampaikan kebaikan meski ada di antara kita para pembenci. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung. Wallahu a'lam bishawab.[]