Wabah kolera yang terjadi di Sudan tidak hanya bisa dicegah dengan cara hidup bersih saja, akan tetapi juga membutuhkan kekuatan ekonomi.
Oleh. Siska Juliana
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Wabah penyakit merupakan hal yang membahayakan bagi manusia. Kita tentu masih ingat dengan wabah Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia kurang lebih selama 3 tahun lamanya. Kala itu, jutaan orang meninggal dunia dan terjadi ketidakstabilan di berbagai aspek kehidupan.
Hal serupa saat ini terjadi di negara Sudan. Negara yang terletak di Afrika Utara ini sedang mengalami wabah kolera. Sebanyak 10 provinsi sudah terjangkit wabah mematikan ini. Kementerian Kesehatan mencatat korban kasus kolera sebanyak 15.577 orang, sedangkan 506 orang meninggal. (investor.id, 28-09-2024)
Kolera menyebabkan diare akut dan dapat berakibat fatal hanya dalam beberapa jam saja pada kasus parah yang tidak diobati. Infeksi ini mudah menular dan menyebar lewat berbagai faktor, seperti makanan dan air yang terkontaminasi.
Penderitaan rakyat Sudan tak hanya berhenti di situ. Konflik berupa bentrokan antara angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter sejak April 2023 menambah pilu kehidupan mereka. Beberapa kali gencatan senjata telah dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai, akan tetapi hingga saat ini, konflik masih belum selesai. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) memberi peringatan bahwa konflik yang masih terjadi dapat menyebabkan wabah penyakit, sekaligus melemahkan sistem layanan kesehatan nasional.
Penderitaan Rakyat Sudan
Wabah penyakit yang terjadi di Sudan tidak terlepas dari lemahnya negara dalam melindungi rakyatnya. Sudan merupakan salah satu negara termiskin di dunia, akibat konflik yang berkepanjangan, ekonomi negara tersebut menjadi terbelakang. Kebutuhan rakyat Sudan diperburuk oleh perang yang terjadi. Separuh populasi Sudan berada dalam krisis. Lebih dari 10 juta orang telah mengungsi, dengan 1,5 juta orang mengungsi ke negara-negara tetangga.
Sebenarnya Sudan memiliki potensi pertanian. Hanya saja masih belum berkembang. Berbagai faktor melatarbelakangi hal ini, yaitu praktik pertanian tidak memadai, akses pasar yang terbatas, isu perubahan iklim, serta tantangan dalam kepemilikan tanah.
Kebijakan Kapitalistik
Wabah kolera yang terjadi di Sudan tidak hanya bisa dicegah dengan cara hidup bersih saja, akan tetapi juga membutuhkan kekuatan ekonomi. Bagaimana caranya masyarakat bisa hidup sehat dan layak, menjaga lingkungan dan asupan makanannya jika kondisi ekonominya lemah? Jangankan hidup layak, akses terhadap air bersih pun sulit dilakukan.
Kebijakan kapitalistik menjadi akar persoalan terjadinya wabah kolera. Kebijakan ekonomi kapitalistik menjadikan rakyat sulit untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya, termasuk hunian yang layak. Sebab negara menyerahkan pengurusan sumber daya alam kepada swasta. Jika swasta yang menguasai, maka orientasinya adalah keuntungan, bukan lagi kepentingan rakyat.
Baca juga: Wabah Kolera Menghantui Afrika
Tak heran, masalah kesehatan dan kemiskinan senantiasa terjadi. Dalam kapitalisme, negara tidak hadir sebagai pelindung dan pengurus urusan rakyat. Masyarakat dipaksa berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak peduli apakah rakyatnya sejahtera ataupun menderita.
Wabah Tuntas dengan Islam
Islam sebagai agama sekaligus ideologi telah memiliki sejumlah mekanisme yang komprehensif untuk bisa mengatasi wabah. Islam memosisikan negara sebagai pihak penanggung jawab seluruh kebutuhan rakyatnya. Seluruh kebutuhan pokok, mulai dari pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan dapat diakses oleh rakyatnya.
Misalnya pembangunan rumah wajib dikelola oleh negara. Jika swasta terlibat, hanya sebatas membantu. Alhasil, orientasi pembangunan adalah terpenuhinya hunian yang layak bagi rakyat. Sedangkan dana untuk pembangunan ini berasal dari baitulmal.
Negara pun menjamin kebutuhan asupan bergizi. Laki-laki pencari nafkah pun dijamin mendapatkan pekerjaan. Jika ada kepala rumah tangga yang tidak bisa mencari nafkah akibat sakit atau cacat, sedangkan tidak ada keluarga yang bisa membantunya, maka negara yang akan menjamin pemenuhan kebutuhannya.
Begitu pun dengan sistem kesehatan, negara menjadikan akses kesehatan dirasakan oleh seluruh rakyat. Fasilitas kesehatan terbaik dan tenaga medis profesional disediakan gratis bagi rakyat. Islam memiliki berbagai upaya dalam sistem kesehatan mencakup upaya promotif, preventif, dan kuratif.
Sebelum timbulnya berbagai penyebaran virus di dunia, Islam telah mengajarkan pola hidup sehat, seperti mengatur pola makan, melakukan aktivitas yang sehat, menjaga kebersihan lingkungan, menjauhi seks bebas, serta adanya karantina bagi epidemi. Semua itu merupakan hasil dari penerapan hukum syariat secara kaffah. Peradaban Islam yang gemilang telah terbukti mampu menyelesaikan problematik kehidupan manusia.
Kembali pada Aturan Islam
Dalam upaya promotif preventif, Islam telah berhasil membuktikannya yaitu saat Rasulullah saw. membangun sistem kesehatan, tak terkecuali dalam menangani wabah. Ada dokter kiriman dari Kaisar Romawi di Madinah. Selama setahun praktik, tidak ada orang yang sakit di sana. Upaya kuratif direalisasikan dengan prinsip-prinsip etik kedokteran yang tinggi. Pasien akan mendapatkan pelayanan yang nyaman dan aman.
Prinsip etik kedokteran mencakup larangan menggunakan metode pengobatan yang membahayakan akidah, jiwa, dan fisik pasien. Izin praktik diberikan pada dokter yang memiliki kemampuan serta akhlak mulia. Negara memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan gratis bagi seluruh warga negara tanpa membedakan warna kulit, ras, status sosial, dan agama. Seluruh pembiayaan berasal dari baitulmal.
Pada masa Khalifah Al-Mansyur didirikan rumah sakit di Kairo pada tahun 1248. Rumah sakit tersebut berkapasitas 8 ribu tempat tidur, juga dilengkapi fasilitas ibadah yaitu masjid dan gereja kecil (kapel). Dalam sehari, rumah sakit ini mampu melayani 4 ribu pasien.
Begitu pun pada masa Bani Umayyah di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Walid. Pada tahun 706 beliau mendirikan rumah sakit An-Nur di Damaskus. Rumah sakit ini menjalankan fungsinya selama 8 abad dan sisa kejayaannya masih ada sampai saat ini.
Penanganan wabah pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah akan menuju ke Syam, sedangkan Syam dilanda wabah kolera. Di tengah jalan, beliau mendapat kabar tersebut. Agar tak menimbulkan bahaya, Khalifah Umar kembali ke Madinah.
Rasulullah saw. juga telah memberi contoh cara menghadapi wabah, yaitu saat terjadi wabah kusta atau lepra. Pada saat itu, Rasulullah saw. menerapkan karantina total di daerah yang terkena wabah. Rasulullah saw. bersabda: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasukinya. Akan tetapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, jangan tinggalkan tempat itu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Khatimah
Dengan demikian, penerapan sistem Islam secara kaffah mampu memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dan gratis, sehingga wabah penyakit seperti kolera di Sudan dapat diatasi dengan tuntas. Semoga kaum muslim menyadari bahwa saatnya kita berbenah menuju sistem Islam.
Wallahu'alam bishawab.[]
Kapitalisme biang setiap masalah. Barakallah mbak tulisannya keren
Sudah yang terus merana di tengah melimpahnya SDA
Meski Sudan mempunyai potensi SDA dan pertanian namun apa daya. Penguasa tidak berpihak ke rakyat. Pengolahan SDA kepada pihak asing hanya akan dinikmati oleh para kapitalis.
Mengakibatkan bidang kesehatan pun tak kuasa ditangani oleh negara. So sepakat hanya sistem Islam yang tuntas menangani segala problematika kehidupan
Sudan ini negara yg sebenarnya punya potensi di minyak dan pertanian. Namun, sayang negeri ini dilanda konflik berkepanjangan dan salah pengelolaan hingga merajalelanya korupsi membuat rakyat Sudan jauh dari kesejahteraan. Ditambah lagi kini dilanda kolera, makin sulitlah kondisi rakyat Sudan.
Kasihan warga Sudan. Sudahlah didera konflik, ditambah lagi dengan kolera. Baru kira kira 100 tahun saja sistem kapitalis menguasai, kerusakan sudah terjadi di berbagai negeri.
Barakallah teh Siska, keren naskahnya
Barakallah, untuk tulisan yang sudah dipublish di NP. Semoga bisa memberi pemahaman kepada umat.