”Maka, pemuda masa kini harus melakukan hal yang sama dengan tuntunan road map perjuangan yang sahih, serta bergerak terdepan berjibaku melawan segala bentuk penjajahan, seraya berdoa memohon petunjuk dari Allah Swt.”
Oleh. Witta Saptarini, S.E.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tatkala kita berbicara tentang perubahan, maka ada korelasi yang kuat dengan peran orang-orang muda. Sebab, sepanjang zaman para pemuda senantiasa menginisiasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi. Seperti halnya bila kita mengingat kembali hari yang penuh sejarah bagi Indonesia, yakni sejarah 19 Mei 1998. Tepatnya 24 tahun silam, mulai dari halaman hingga kubah gedung DPR/MPR dipenuhi puluhan ribu mahasiswa, di mana rangkaian unjuk rasa ini tercatat sebagai aksi demonstrasi terbesar yang dilakukan mahasiswa dalam 30 tahun terakhir, dengan tuntutan reformasi, yakni meminta Presiden Soeharto secara arif mundur dari kursi kekuasaan, serta dilaksanakannya sidang istimewa MPR. Derasnya tuntutan saat itu berhasil membuat penguasa nomor satu dan orde baru semakin terdesak. Alhasil, agenda pertama reformasi pun terpenuhi. (kompas.tv, 19/5/2021)
Namun, apakah perjuangan para reformis ini membawa dampak signifikan pada masa setelahnya? Dikutip dari laman instagram media.cerdas_Indonesia (9/5/2022), belum lama ini beredar foto lawas para tokoh mahasiswa alias pegiat reformasi tahun 1998. Di mana para tokoh ini menjadi garda terdepan dan lantang menuntut perubahan saat itu, yang notabene menduduki kursi pemerintahan hari ini. Ironinya, kini mereka yang mendapat tuntutan balik dari aktivis mahasiswa. Mengapa hal ini terjadi? Apakah mereka lupa akan orasi-orasinya saat itu ?
Perjuangan Pragmatis Pemuda Islam Masa Kini
Rangkaian aksi demonstrasi yang melibatkan pemuda tanah air dari masa ke masa tuntut perubahan demi Indonesia bangkit, serta pergantian figur penguasa, menjadi fakta yang tak terbantahkan. Bahwa, sampai hari ini perjuangan yang dilakukan tak mengantarkan pada perubahan yang signifikan apalagi revolusioner. Sudah sepatutnya hal ini dijadikan sebuah renungan yang tidak sederhana. Sebab, sebuah bangsa ditentukan oleh karakter generasi mudanya.
Ya, salah satu penyebab terjadinya fenomena global pada generasi saat ini adalah, ketika dunia hari ini khususnya sebuah pemerintahan, hanya memandang generasi yang berfokus pada infrastruktur alias fisik, namun tidak pada akhlak serta mental manusianya. Alhasil, tidak akan mampu menyelamatkan generasi ke depan dari kehancuran disebabkan ketiadaan motivasi ukhrawi. Oleh karena itu, perjuangan yang bersifat pragmatis hanya mengantarkan pada kebangkitan peradaban-peradaban artifisial, alias instan dan bersifat temporal.
Bila kita cermati fenomena global dalam konteks ini, hampir sebagian besar khususnya kaum muda yang ada di dunia, terlebih di negeri-negeri yang sudah maju. Bahwasanya, perkembangan teknologi telah membawa mereka pada dunia yang baru. Di satu sisi memberi kemudahan yang menguntungkan, di sisi lain mudah terpapar keburukan sehingga membawa efek negatif yang merugikan. Sebagai bukti konkret, hari ini pemuda-pemuda di berbagai negeri dihadapkan dengan berbagai masalah, dampak terpapar racun sekularisme. Seperti halnya tingginya kasus bunuh diri di Jepang, degradasi moral di Amerika Serikat, narkoba, seks bebas, cara berpikir feminisme, individualis, dan lainnya.
Bila kita telisik lebih jauh lagi, fenomena ini menyebabkan kemandulan dalam melahirkan kepemimpinan pemuda Islam, disebabkan hasil pembinaan-pembinaan di masa lalu. Artinya, ketika negara ini mulai dibentuk, telah ada penggerusan-penggerusan perang pemikiran yang ditanamkan kepada kaum muda. Ya, pandangan bahwa agama dan politik harus dipisahkan. Maka, jangan biarkan generasi muda kita berada dalam genggaman tangan orang-orang yang memperjuangkan kebatilan.
Sebab, pemuda sebagai detak jantung umat Islam menjadi target kafir penjajah untuk didesain sebagai agen-agen penguasa, politisi, dan media mereka. Walhasil, menyeret para pemuda pada konflik yang sia-sia, membela sesuatu yang tidak memiliki nilai, lalu menggiring pada kehancuran moral, wibawa, serta kehormatannya. Padahal, potensi ada di pundaknya sebagai tumpuan dan harapan umat. Bila dianalogikan bak syair yang masyhur ini, “Jangan seperti unta mati di padang pasir karena kehausan, sementara ia membawa air di punuknya.”
Kebangkitan Ada di Pundak para Pemuda
Sejatinya, bangsa ini tak sekadar mengharapkan pemuda idealis dan mandiri secara finansial. Namun, membutuhkan militansi pemuda yang memiliki visi terhadap perubahan secara revolusioner. Pemuda sebagai agent of change sudah selayaknya mengambil peran sebagai calon pemimpin masa depan. Mulai memantaskan diri menjadi bagian dari solusi, bukan menjadi bagian dari masalah. Tak sedikit pemuda terjebak dalam perjuangan pragmatis, namun yang wajib kita syukuri saat ini, telah ada sinyal-sinyal militansi pemuda Islam, artinya mereka mulai gerah ketika melihat ketidakadilan, dan membawa mereka pada muruah Islamnya, serta memiliki girah untuk berpolitik. Kenapa pemuda harus berpolitik?
Indonesia dimerdekakan oleh para pemuda, mereka yang bergerak dan rela mengorbankan apa pun untuk mencapai yang mereka inginkan dengan idealisme mereka, apalagi dengan Islam. Perlu diketahui, bahwa politik dalam Islam hakikatnya yakni mengurus urusan umat, maka sangat jauh berbeda dengan esensi politik sekuler yang saat ini diterapkan. Ketika Islam datang dan Rasulullah saw., mengubah masyarakat, keduanya mendapat support dari pemuda. Karena itu, pemuda sumber perubahan, dan Islam telah memberikan langkah serta tujuan perubahan yang jelas pada mereka, yaitu agar mereka taat kepada Allah Swt.
Sebab sesuai fitrahnya, manusia tercipta sebagai makhluk yang lemah, maka Allah menyertainya dengan aturan untuk hidup di dunia, begitu pula dengan road map perjuangan Rasulullah saw., untuk mewujudkan perubahan wajib dijadikan panduan para pemuda saat ini. Ketika Rasulullah saw., menginstal pemuda pada masanya dengan Islam, maka ucapan yang selalu diulang-ulang oleh mereka ialah, “Kami datang untuk membebaskan segala bentuk penghambaan manusia kepada selain Allah menuju pada Allah semata.” Inilah perwujudan perubahan hakiki yang dipelopori oleh para pemuda Islam. Maka, umat muslim wajib meyakini bahwa di hadapannya ada kebesaran Islam, dan kebesaran itu ada di pundak para pemuda militan.
Profil Pemuda dalam Pandangan Islam
Dunia hari ini sedang menyaksikan perlawanan dan perubahan, yang senantiasa dirintis para pemuda dalam setiap masa untuk melawan kediktatoran, ketidakadilan, dan tirani. Termasuk perlawanan di dunia Islam. Kurang lebih 80% populasi bumi ini adalah para pemuda. Dalam pandangan Islam, usia muda kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Bila kita peduli dan mendidik generasi muda dengan memerhatikan pembangunan mentalnya, dengan tujuan meningkatkan taraf berpikirnya untuk menjadi solusi bagi umat. Maka, pada hakikatnya kita sedang menanam benih-benih yang akan melahirkan sebuah kebangkitan peradaban Islam.
Sehingga, wajib memfokuskan pada pembangunan mentalnya. Sebab, segala sesuatu yang dilakukan bukan untuk fisik semata, namun terletak pada pembangunan manusianya itu sendiri. Jadi peradaban itulah yang membangun manusia, bukan membangun fisik. Maka dari itu, Rasulullah saw., membangun manusianya bukan dari fisiknya. Faktanya, dalam waktu singkat mampu mencetak amazing people sebut saja beberapa di antaranya, yakni Ibnu Abbas menjadi ahli tafsir dan memimpin beberapa daerah, Bilal bin Rabah dari seorang budak mampu memimpin beberapa tempat, Mush’ab bin Umair pemuda tampan dan kaya yang menjadi teladan bagi pemuda Islam, rela menjual kemewahan dunia demi akhirat.
Bila kita buka kembali lembar sejarah peradaban Islam, para pemuda selalu menjadi kelompok yang terdepan di dalam hal kebaikan dan perubahan. Sebab, pemuda itu memiliki keteguhan hingga Rasulullah saw., pun memberikan pujian dalam hadis riwayat Ahmad, “Rabbmu yakni Allah Swt. Sangat kagum dengan pemuda (syabab) yang tidak memiliki shabwah.” Para ulama menjelaskan shabwah adalah kecenderungan untuk menyimpang dari kebenaran. Jadi karakter inti pemuda itu adalah teguh serta kokoh, sehingga tidak mudah menyimpang dari kebenaran. Dan, Allah pun telah memberikan profil yang khas terhadap pemuda yang digambarkan dalam hadis Rasulullah saw., lainnya, yakni mendapatkan naungan dari Allah, profil penghuni surga, berdedikasi, pejuang, memiliki potensi, ahli Al-Qur’an, pembelajar, dan pemberani.
Pemuda Militan Pilar Peradaban Mengubah Dunia
Sesungguhnya Rasulullah saw., telah mewarisi jejak perjuangannya kepada para pemuda Islam. Saat Rasulullah saw., memulai dakwahnya di Makkah, maka beliau mengumpulkan kurang lebih 40 orang dari sahabat. Di mana, dari segi usia 85% para sahabat adalah kurang dari 30 tahun, dan kelompok yang banyak menerima dakwah beliau, serta cenderung menerima perubahan adalah pemuda. Sementara, rata-rata dari kalangan tua yang memiliki status quo, dalam arti sudah punya kekuasaan, jabatan, akses terkait harta, cenderung menolak perubahan dan dakwah Rasulullah saw.
Jadi, pemuda cenderung menerima perubahan, serta gagasan baru. Itulah mengapa dakwah Rasulullah saw., dikelilingi oleh para pemuda. Ketika pemuda menyaksikan dan menyikapi kondisi-kondisi yang ada, lalu menghadapi ketidaksesuaian hal-hal dengan apa yang diyakini, di mana hatinya masih dipenuhi idealisme, serta dia masih menginginkan purifikasi dari ide itu sendiri. Maka, dia langsung berupaya untuk mengubah dan memperjuangkannya ke tengah-tengah umat. Oleh karena itu, pemuda identik dengan perubahan.
Betapa Allah telah memberikan sentuhan luar biasa di dalam Al-Qur’an terhadap anak-anak muda yang harum namanya hingga kini, dan Allah teguhkan kedudukannya, sebagaimana firman-Nya di dalam QS. Muhammad ayat 7. Beberapa di antaranya, Mush’ab bin Umair sebagai duta pertama Rasulullah, pemuda Anshar yang membaiat Rasulullah, Usamah bin Zaid komandan perang, Muhammad Al-Fatih penakluk Konstantinopel.
Kaum muslim merindukan masa depan yang gemilang, namun musuh-musuh Islam sedang menanti apa pun yang kita inginkan, bahkan menghalangi jalan kebangkitan, serta mengolok-olok harapan. Sebab, umat Islam memiliki keyakinan bahwa di tangan pilar-pilar ini yakni para pemuda yang memiliki militansi tinggi, peradaban Islam akan kembali tegak yang kekuatannya terhimpun dari timur hingga barat, yang disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawan, menyingkirkan kezaliman, tirani, serta kediktatoran, yakni Khilafah.
Maka, pemuda masa kini harus melakukan hal yang sama dengan tuntunan road map perjuangan yang sahih, serta bergerak terdepan berjibaku melawan segala bentuk penjajahan, seraya berdoa memohon petunjuk dari Allah Swt. Karenanya, tak ada kata terlambat untuk menjadi bagian dari pemuda yang menyertai perjuangan Rasulullah saw., walau di zaman yang berbeda, sebagai wujud cinta dan ketaatan dengan meneladani jejak perjuangannya. Sebab, pemuda militan pilar-pilar peradaban, adalah garda terdepan menyongsong kebangkitan peradaban Islam dan mengubah dunia.
Wallahu a’lam bish-shawwab. []