”Pemuda muslim harus mampu dan terus berusaha mewujudkan sebuah perubahan yang nyata. Sebuah perubahan yang bisa mewujudkan kembalinya peradaban Islam. Karena dengan kembalinya peradaban Islam, niscaya Allah akan membukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi.”
Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sejarah telah membuktikan, peradaban Islam diusung oleh para pemuda. Mulai dari zaman Rasulullah saw. hingga zaman kemerdekaan, peran pemuda selalu berada di garda terdepan untuk menjadi penggerak perubahan. Hal ini tidak bisa diingkari, karena di pundak pemuda harapan itu diletakkan. Demikian juga dengan potensi pemuda muslim, diharapkan bisa melakukan perubahan untuk mengubah kondisi umat saat ini. Umat yang sudah lama kehilangan jati dirinya sebagai khoiru ummah.
Untuk menghasilkan pemuda negarawan, penggerak perubahan untuk peradaban Islam, maka butuh pemuda yang visioner. Pemuda sekelas Mush’ab bin Umair, Sa’ad bin Mu’adz, Zaid bin Harist, dan yang lainnya. Dibutuhkan terobosan dan strategi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan yang semakin berat. Karena desain pembangunan kapitalis sekuler telah membuat pemuda muslim jauh dari potensinya.
Untuk melakukan perubahan, pemuda harus tahu apa yang menjadi akar masalah umat ini. Mengadakan pengamatan yang mendalam terhadap masalah yang terjadi di negeri ini. Mengapa kerusakan dan bencana timbul tanpa ada solusi yang pasti. Krisis ekonomi global, krisis energi, krisis pangan bahkan resesi global. Masalah kemiskinan yang semakin meningkat, dan terjadinya kesenjangan antara si kaya dan si miskin, menambah daftar panjang problem kesejahteraan umat.
Fakta Aktivitas Politik Pemuda Saat Ini
Terbukti, hanya mengganti rezim nyatanya tidak pernah menyelesaikan masalah. Pemimpin datang dan pergi silih berganti, namun sejahtera tidak kunjung terjadi. Karena sejatinya kerusakan bukan hanya terjadi pada pemimpinnya tetapi pada sistemnya.
Terlepas dari serakahnya industri kapitalisme yang menyasar para pemuda, untuk dijadikan sasaran eksploitasi sumber daya ekonomi kapital, sebenarnya masih ada sosok-sosok pemuda yang peduli dengan keadaan bangsanya. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak pemuda yang sudah terkena jeratan industrialisasi kapitalisasi Barat, yang lebih sibuk memenuhi gaya hidupnya yang materialistis. Sosok pemuda inilah aset yang semestinya didekati, diarahkan, dibenarkan cara pandangnya dalam berpolitik ke arah politik yang membangkitkan.
Kapitalis sekularisme telah membuat para pemuda muslim jauh dari politik yang sesuai dengan Islam. Cara pandang politik dikaburkan. Politik hanya dipandang sebagai cara untuk meraih kekuasaan. Peran pemuda hanya difungsikan sebagai pemberi suara belaka.
Dilansir dari Republika.co.id, beberapa waktu lalu, di Surabaya sejumlah anak muda melakukan diskusi yang merupakan bagian dari partisipasi dan aspirasi politik generasi muda. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan pentingnya regulasi untuk memfasilitasi pemuda untuk berdialektika tentang ambang batas presidensial. Mereka membahas tentang bagaimana ambang batas pemilihan presiden dan politik negeri lainnya (1/8).
Disebutkan para pemuda tersebut mengambil tema diskusi yang berjudul “Pemuda di antara Pemilu dan Politik Identitas”. Para pemuda menyadari bahwa secara historis politik sudah ada bersama perjuangan kemerdekaan. Namun, saat ini politik justru digunakan untuk melanggengkan kekuasaan. Sehingga, generasi menjadi korban objek kepentingan politik pragmatis (Republika.co.id, 01/8/22).
Sementara itu, program kampanye masuk kampus juga digagas oleh anggota Komisi II DPR Aminurokhman, yang mendukung wacana Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memberi edukasi politik ke mahasiswa, melalui program kampanye masuk kampus. Para politikus tersebut menyadari potensi suara para pemuda yang diperlukan ketika pemilu dan pilkada (Republika.co.id, 24/7/22).
Akibat sistem politik demokrasi saat ini, peran pemuda yang seharusnya diarahkan untuk membuat perubahan besar, dipaksa takluk kepada politik pragmatis yang tidak jelas ke mana arah perjuangannya. Pemuda yang merupakan aset bangsa untuk melakukan perubahan menuju sebuah peradaban, kini dipaksa takluk pada keserakahan industri kapitalisme. Melalui politik demokrasi pemuda sekadar dijadikan alat oleh para kapital untuk memperkuat cengkeramannya.
Kapitalisme Menjadikan Pemuda sebagai Mesin Ekonominya
Ketika sebuah negeri dalam cengkeraman ideologi kapitalis sekuler, maka pemudanya juga diarahkan untuk mempunyai cara pandang yang sama dengan kepentingan para kapitalis. Mengukur segala sesuatu dari pencapaian materi yang dihasilkan. Pemuda dijadikan mesin industri kapitalis.
Sekularisasi pendidikan telah berhasil membawa pengaruh bagi generasi muslim untuk berkiblat pada peradaban Barat. Mereka mengikuti pemikiran, standar, dan arah peradaban Barat. Tidak terkecuali dalam membangun negara, dan politik yang mengiringinya.
Nilai-nilai Barat yang berbasis kapitalis, sekuler, konsumerisme, individualisme membuat pemuda muslim kehilangan jati dirinya. Pemuda diserang dari berbagai sisi, sehingga melupakan jati dirinya sebagai agen perubahan.
Masifnya globalisasi industri, membuat generasi muda masuk dalam jeratan mereka. Melalui industri fashion, food, film, entertainment, dan digital, generasi muda terbawa arus gaya hidup yang jauh dari agama. Kapitalis menjerat pemuda muslim agar lupa dengan identitasnya dengan berbagai cara, di antaranya:
Pertama, gaya hidup (life style) dengan mengeksploitasi sumber daya ekonomi. Gaya hidup yang konsumtif menjadikan generasi muda gila belanja, gila pamer harta. Karena konsumerisme dijadikan tolak ukur kesuksesan seseorang. Hal ini sangat disenangi oleh korporasi karena akan menambah kekayaan mereka. Produksi barang akan terus terjadi, tiada henti.
Kedua, pemuda dijadikan aset industri yakni tenaga kerja. Untuk memuaskan gaya hidupnya, pemuda perlu pekerjaan. Kapitalisme memandang tenaga kerja adalah input produksi, maka berlaku hukum biaya kecil, hasil yang diperoleh besar. Sehingga gaji yang diterima pekerja hanyalah standar saja, sekadar bisa mencukupi nafsu konsumerisme belaka. Pemuda dipaksa menjadi mesin, demi bisa bertahan dalam sistem kapitalis ini.
Ketiga, pemuda sebagai sabuk penguat industrialisasi. Barang yang sudah diproduksi harus laku dijual. Maka korporasi mendesain pemasaran yang bisa menarik masyarakat untuk membeli. Segala terobosan baru dilakukan, pemuda dilibatkan untuk memasarkan hasil industri dengan berbagai teknologi dan ide-idenya, dengan tujuan untuk menyenangkan konsumen, sehingga berpengaruh pada tingkat konsumerisme. Pada tingkatan ini, ilmu yang dimiliki pemuda muslim justru akan membawa pengaruh yang merugikan bagi kehidupan manusia.
Tuntutan gaya hidup kapitalisme sekuler telah memunculkan banyak bencana. Mulai dari bencana kemanusiaan, dan bencana alam. Bencana kemanusiaan di antaranya meningkatnya angka kriminalitas. Kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang ugal-ugalan, banyaknya polusi dan sampah akibat sifat konsumtif yang melampaui batas, dan masih banyak kerusakan lainnya.
Pemuda Muslim Wajib Berpolitik Sesuai Syariat
Ketika ideologi kapitalis liberal telah membuat umat di ambang kehancuran, maka di pundak pemuda harapan perubahan itu di letakkan. Butuh perubahan hakiki, ke arah peradaban Islam yang mulia. Diperlukan aktivitas politik yang dilakukan oleh pemuda.
Menghempaskan penerapan sistem sekuler demokrasi yang rusak dan merusak. Karena inilah akar masalah yang sesungguhnya. Sebuah sistem yang menafikan peran Allah Swt. dalam kehidupan, dan memberikan hak kepada akal manusia yang lemah dan terbatas untuk membuat hukum.
Sehingga diperlukan usaha untuk menyadarkan pemuda Islam agar segera bangkit, meninggalkan peradaban yang rusak menuju perubahan yang hakiki yakni peradaban Islam. Inilah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. sebagai teladan yang terbaik dalam mengubah peradaban jahiliah menjadi peradaban Islam yang mulia, yakni dengan aktivitas politik.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah yang membina para sahabat menjadi kader-kader dakwah Islam, dan kemudian menyebarkan kader-kader dakwah ini, untuk mengajarkan Islam kepada seluruh masyarakat yang ada saat itu. Maka saat ini, umat juga harus segera melakukan hal yang sama, agar kerusakan tidak menjadi lebih parah. Melakukan aktivitas politik kepada umat, agar umat paham dan menerima Islam secara kaffah.
Rasulullah telah mencontohkan dakwah melalui perjuangan politik. Karena dalam syariat Islam, politik adalah segala aktivitas yang terkait dengan pengurusan umat. Yang meliputi keterkaitannya dengan kekuasaan sebagai pengaturan urusan umat secara langsung, maupun yang terkait dengan umat sebagai pelaku yang melakukan pengawasan aktivitas kekuasaan dalam mengatur urusan umat.
Aktivitas dakwah harus dilakukan dengan mengedukasi umat agar memiliki pandangan dan pemahaman Islam yang benar. Setelahnya, pemikiran Islam akan dijadikan sebuah solusi untuk menyelesaikan segala persoalan dalam seluruh kehidupan, sehingga terbentuk sikap yang kokoh dalam diri pemuda untuk membela dan memperjuangkan Islam. Aktivitas inilah yang juga seharusnya dilakukan oleh pemuda sebagai agen perubahan.
Dengan segala potensi yang melekat pada diri pemuda, maka seorang pemuda dituntut untuk memiliki keimanan yang kuat, ketaatan yang sempurna, dan ketakwaan kepada Allah Swt. Pemuda yang ambisi kepada akhirat jauh berlipat dari pada ambisi terhadap dunia. Menjadi pemuda bertakwa yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia. Karena segala kenikmatan dunia akan sirna, tergantikan dengan kenikmatan di sisi Allah Ta’ala.
Sehingga, hal inilah yang akan mendorong seorang pemuda muslim mempunyai kesadaran politik yang tinggi, bisa mendorong mereka untuk melakukan aktivitas politik, dan berusaha menyadarkan umat untuk melakukan perubahan. Selanjutnya mereka juga harus berusaha mewujudkan kesadaran politik kepada umat, sehingga bersama-sama umat, mampu melakukan perubahan yang nyata. Mewujudkan sebuah kepemimpinan yang akan menyatukan umat Islam, dan melanjutkan kehidupan Islam di seluruh alam.
Pemuda muslim harus memahami konsep politik dalam sistem Islam bukan semata urusan kekuasaan semata. Namun, meliputi pemeliharaan seluruh urusan umat, baik di dalam atau di luar negeri. Dalam hal ini, penguasa (pemimpin) dan umat/rakyat, keduanya memiliki kewajiban yang sama dalam mengemban dakwah Islam untuk memajukan Islam dan umatnya.
Sosok pemuda muslim yang paham politik, akan peduli dan bertanggung jawab akan nasib negaranya. Ia akan mencintai dan membela negaranya, dalam koridor syariat, yakni sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah Swt.
Pemuda muslim akan menjaga negaranya dari ancaman bahaya yang mengancam. Sebagaimana ancaman bahaya yang terjadi saat ini, yakni sekularisme dan liberalisme. Karena inilah sejatinya yang menjauhkan syariat Islam dari pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang menghalangi kebangkitan umat muslim di dunia.
Sehingga potensi pemuda saat ini haruslah digunakan untuk menyelamatkan umat dengan Islam kaffah. Pemuda harus peduli terhadap nasib negeri akibat tidak adanya penerapan hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Karena hanya ini yang bisa menyelamatkan umat dan negeri ini dari kerusakan yang lebih parah.
Pemuda muslim wajib membuktikan kecintaannya kepada umat dalam bentuk ketaatannya kepada Allah Ta’ala. Menjadikan potensi mudanya hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt., taat pada syariat-Nya, dan berjuang menegakkan seluruh syariatnya.
Pemuda muslim harus mampu dan terus berusaha mewujudkan sebuah perubahan yang nyata. Sebuah perubahan yang bisa mewujudkan kembalinya peradaban Islam. Karena dengan kembalinya peradaban Islam, niscaya Allah akan membukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 7 yang artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan oleh perbuatannya.”
Wallahu’alam bi shawab.[]
Generasi muda yg seharusnya jadi motor perubahan, justru lemah krn sistem kapitalisme. Sangat disayangkan.
Smoga dg pembinaan Islam, pemuda bisa kembali pada potensi hakikinya
Barakallah