Pemuda Agen Perubahan dan Pilar Peradaban

”Untuk itu, para pemuda mesti menyadari akan tugasnya sebagai agen perubahan dan pilar peradaban. Untuk tugas mulia ini, generasi muda harus menyandarkan segala langkahnya berdasarkan kebenaran agama. Karena jika tidak, hanya akan menjadi obyek bagi berbagai kepentingan, juga santapan lezat bagi paham-paham sesat.”


Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Coba kita perhatikan, dari zaman ribuan tahun yang lalu hingga sekarang, ketika ada sebuah perubahan pasti ada derap langkah pemuda. Lalu, bagaimana dengan peran pemuda zaman kini ketika perkembangan teknologi makin tinggi? Perubahan seperti apakah yang akan ditorehkan pemuda saat ini? Apakah perubahan ke arah lebih baik, atau sebaliknya?

Kita semua tentu masih ingat akan fenomena Citayam Fashion Week (CFW) yang berada di daerah Citayam, sebagaimana dilansir dari detik.com, 12/7/2022 di mana para pemuda putus sekolah dengan asyik menghabiskan waktu dengan nongkrong di jalan sembari memamerkan aneka pakaian yang mereka kenakan. Karena asyiknya, ditawari untuk sekolah pun menolak. Mereka memilih untuk menjadi konten kreator atau youtuber, harapannya bisa mendapat banyak uang dengan mudah. Mirisnya, fenomena ini menular ke daerah lain seperti di Surabaya maupun di Bandung.

Kita pun masih merasakan pilunya kematian ratusan pemuda di Kanjuruhan, Malang. Mereka meninggal dunia saat menonton pertandingan sepak bola. Artinya, mereka mati karena sebuah hobi dan kesenangannya pada sepak bola. Mereka mati karena pembelaannya pada sebuah kelompok klub sepak bola juga pembelaannya terhadap daerah asal, kesukuan atau nasionalisme. (Bola.com, 2/10/2022)

Terbaru, compas.com 17/9/2022 melansir bahwa kasus HIV di daerah Yogyakarta meningkat. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Setyarini Hestu Lestari mengatakan bahwa kasus HIV di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun 1993 sampai 2022 mencapai 6.214. Sedangkan dari Januari 2022 hingga Juni terdapat penambahan kasus sebanyak 260. Ia mengatakan bahwa penyebab utama penularan adalah seringnya bergonta-ganti pasangan.

Potensi Pemuda Rusak oleh Sistem

Masa muda adalah masa keemasan, masa yang cemerlang dan sangat potensial. Allah Swt. memberikan kelebihan pada pemuda yang tidak diberikan pada usia lain. Masa kecil tentu belum matang, masa tua pastilah tidak lagi berdaya. Allah Swt. memberikan pada para pemuda kekuatan dan semangat yang dahsyat. Penglihatannya tajam, dan pendengarannya cemerlang.

Dengan kelebihan yang dimiliki, maka para pemuda sangat berpotensi mengubah dunia. Mereka itulah yang mampu menegakkan peradaban. Itu berarti bahwa pemuda adalah poros perubahan di masa mendatang. Jadi, baik dan buruknya peradaban di masa depan bergantung pada kiprah pemudanya sekarang. Artinya, peradaban di masa mendatang ada di pundak para pemuda saat ini.

Namun, kita bisa bayangkan. Peradaban seperti apa yang akan terbangun ketika para pemudanya justru asyik mencari materi, atau menghabiskan waktunya untuk kesenangan dan hobi? Peradaban seperti apa pula yang akan berdiri ketika fisik dan mental pemudanya rusak akibat pergaulan bebas dan terjerat narkoba? Lantas, bagaimana nasib dan keselamatan akidah anak cucu keturunan kita kelak? Sungguh, miris.

Itulah potret pemuda jahiliah. Hidup mereka tanpa aturan. Bahkan lebih jahiliah, karena ada peraturan (Islam) tapi tidak diterapkan dalam seluruh kehidupannya. Mereka mengatur dirinya dengan akal dan perasaannya semata. Inilah dampak diterapkannya sistem demokrasi yang merupakan anak kandung dari ideologi kapitalisme buatan Barat (penjajah). Di mana, sistem ini mengharuskan adanya paham liberalisme atau kebebasan. Juga sekularisme, yaitu menjauhkan agama dalam setiap sendi kehidupan. Islam hanya diterapkan dalam ibadah-ibadah yang pokok saja, tapi tidak dalam berpolitik, berekonomi, bersosial, berbudaya, dan lain-lain.

Mirisnya, ketika ada pemuda yang mendakwahkan Islam beserta sistem politiknya, maka pemerintahan demokrasi akan melabelinya dengan sesuatu yang buruk seperti radikalis, teroris, atau ekstremis, hingga mengincar nyawanya untuk dilenyapkan. Jika sudah begitu, bagaimana peradaban yang mulia akan bangkit?

Naluri Pemuda

Bicara tentang pemuda, tentu bukan masalah umur dan latar belakang, tapi tentang sikap selaku pemuda. Naluri seorang pemuda adalah bergerak. Ia akan melakukan apa pun untuk perubahan. Maka bukan pemuda namanya jika diam dan bergeming ketika melihat sesuatu di sekelilingnya. Bukanlah pemuda jika di usia muda tidak melakukan dan mempersiapkan apa-apa untuk masa depannya.

Oleh karenanya, pemuda harus mempersiapkan apa pun semampunya. Baik untuk harga dirinya di masa mendatang, maupun untuk umat dengan berjuang mewujudkan peradaban penuh kesejahteraan dan keadilan. Memang, bukanlah keberhasilan sebagai tolok ukur, karena hasil adalah urusan Allah Swt. Namun, tugas pemuda adalah berjuang sekuat tenaga penuh semangat, sabar dan terus melibatkan Allah Swt. dalam setiap langkahnya. Itulah sejatinya seorang pemuda. Seorang pemuda tidak akan menyerah pada keadaan, namun dengan potensinya, keadaan itu yang akan ia tundukkan.

Sosok para Pemuda Hebat

Untuk menjadi pemuda hebat, kita bisa belajar dari sejarah, bagaimana pergerakan para pemuda zaman dahulu. Seperti pemuda Ashabul Kahfi. Mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Allah Swt. Dalam kiprahnya, mereka sangat lantang menyuarakan kebenaran di tengah kezaliman penguasa kafir. Nyawa mereka terancam, namun mereka tidak gentar dan takut. Hal ini karena dalam dada mereka tertancap keyakinan yang kuat terhadap Allah Swt. Allah pun mengabadikan kisah mereka dalam Al-Qur’an. Sebagaimana Allah Swt. berfirman:

“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka yang sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. Al-Kahfi :13)

Selain para Ashabul Kahfi, ada juga sosok pemuda bernama Usamah bin Zaid. Ia seorang yang gagah berani. Saat umurnya belum cukup 20 tahun, Rasulullah saw. pernah memercayakannya menjadi pemimpin pasukan perang menghadapi pasukan negara adi daya di zamannya, yaitu Romawi. Kepercayaan dirinya begitu kuat, tak ada rasa takut di dadanya. Keimanan dan ketakwaannya menjadi modal kekuatan dalam melawan musuh yang mengadang Islam. Maka tak keliru, pasukan yang ia pimpin Allah beri kemenangan.

Tak hanya itu. Di masa kejayaan Islam, ada seorang pemuda yang sangat fenomenal bernama Muhammad bin Murad. Ia dikenal dengan sebutan Muhammad Al-Fatih yang artinya sang penakluk. Al-Fatih tak hanya cerdas, namun juga saleh. Semenjak kecil ia sudah hafiz Quran. Ia pun pakar di bidang matematika, ilmu pengetahuan, juga menguasai setidaknya enam bahasa. Bahkan Al-Fatih pun ahli dalam bidang kemiliteran. Wajar, ketika usianya baru menginjak 21 tahun, ia bersama pasukan yang dipimpinnya mampu membuat tekuk lutut kota Konstantinopel. Yaitu kota terbesar dan termasyhur kala itu.

Perlu diketahui, jauh sebelum kelahiran Al-Fatih, Rasulullah saw. pernah menyampaikan kabar penaklukan kota termasyhur ini. Hal itu menunjukkan bahwa apa pun yang disampaikan oleh Rasulullah saw., adalah sesuatu yang dijamin kebenarannya, baik yang sudah terjadi, maupun yang belum terjadi. Rasulullah saw. bersabda dalam hadisnya :

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad bin Hanval Al Musnad)

Syarat Menjadi Pemuda Hebat

Dari kisah para pemuda itu, kita bisa mengambil pelajaran. Untuk menjadi pribadi yang hebat, maka harus memiliki keimanan dan ketakwaan yang besar, keberanian yang terukur, kerendahan hati serta ketawaduan. Itulah syarat menjadi pemuda hebat, yang mampu mengantarkan pada masa depan yang cerah, juga peradaban yang agung penuh kegemilangan. Karena, Allah Swt. meridai dan membimbing serta memberi petunjuk hanya pada pejuang yang dalam hatinya tertancap keimanan dan ketakwaan kepada-Nya saja.

Oleh karenanya, ketika ingin menaklukkan sesuatu, maka harus mampu menundukkan diri sendiri dulu. Jangan sampai mengaku hebat menjadi orang sukses, tapi menjalankan kewajiban sebagai bukti ketakwaan pada Rabbnya tak bisa. Jangan pula merasa tangguh bisa menaiki puncak Everest, namun sekadar melangkah ke masjid, seolah lumpuh tak berdaya. Maka, sehebat apa pun pemuda, ia adalah seorang hamba yang harus menundukkan diri pada Rabb semesta alam, Allah azza wa jalla. Yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya, dan menghindari segala yang dilarang.

Setelah menundukkan diri pada Allah Swt., segeralah susun rencana, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Keberhasilan dalam menjalankan tugas agung menyongsong tegaknya peradaban yang mulia penuh kegemilangan, akan menjadi kenyataan. Karena, Allah Swt. akan senantiasa membantu agar perjuangan terus melaju. Allah pun akan membimbing dan memberi petunjuk pada orang-orang yang penuh ketakwaan.

Mawas Diri dan Hati-hati

Dengan besarnya potensi pemuda, tentunya banyak pihak-pihak yang ingin memanfaatkan. Mulanya, para pemuda akan direbut hatinya, dikuasai pikirannya, kemudian dimanfaatkan kekuatan dan semangatnya. Mereka memanfaatkan generasi muda agar mendukung tujuan mereka dalam meraih ambisinya. Parahnya, mereka tak memedulikan dampak buruk dari rusak dan hilangnya potensi generasi muda.

Untuk itu, para pemuda mesti menyadari akan tugasnya sebagai agen perubahan dan pilar peradaban. Untuk tugas mulia ini, generasi muda harus menyandarkan segala langkahnya berdasarkan kebenaran agama. Karena jika tidak, hanya akan menjadi obyek bagi berbagai kepentingan, juga santapan lezat bagi paham-paham sesat. Jika sudah begitu, maka generasi muda akan semakin jauh dari kebenaran Islam. Akibatnya akan merugikan diri sendiri dan masa depannya. Akhirnya, peradaban yang mulia penuh kegemilangan menjadi ilusi semata.

Oleh karenanya, generasi muda harus berhati-hati dan mawas diri. Jangan sampai kesempatan emas untuk berkarya di masa muda, justru habis dengan kegiatan yang sejatinya tiada guna. Karena faktanya, banyak pemuda yang asyik pada dunianya sendiri. Mereka terhanyut dalam kesenangan dan hiburan, selalu khusyuk bersama gadgetnya. Akibatnya mereka lupa, bahkan tidak paham akan tugas mulianya sebagai pemuda, yaitu penggerak perubahan. Mereka justru terjerumus pada aktivitas yang mengundang dosa, juga membawa pengaruh buruk pada pemuda lainnya.

Menjadi Pemuda Berkualitas Penggerak Perubahan

Pemuda berkualitas akan selalu peduli terhadap apa-apa di sekitarnya. Ia tidak akan diam dalam kenyamanan. Pikiran selalu tergerak untuk melakukan perbaikan, baik untuk pribadi, umat, juga untuk alam semesta. Ia akan menjadi penggerak sebuah kebangkitan. Itulah pemuda-pemuda pilihan Allah. Maka, pemuda haruslah mementaskan diri untuk menjadi orang yang dipilih Allah Swt. Untuk itu, pemuda harus semangat bergerak mengeluarkan ide-ide, dan melakukan perubahan menuju kemuliaan, kapan pun, dan di mana pun.

Zaman selalu berubah, waktu pun terus berganti, dan teknologi terus berkembang pesat. Oleh karenanya, kepintaran dan pemahaman pun harus berubah selaras dengan perubahan itu. Bahkan, keimanan dan ketakwaan harus terus naik lebih tinggi dari pada pesatnya perkembangan teknologi. Demikian itu agar diri tidak dikuasai oleh teknologi dan tergerus oleh zaman. Namun, teknologi yang harus dikuasai dan dikendalikan.

Selain itu, pemuda berkualitas tidak mudah bangga dan besar kepala. Mereka tidak sombong ketika mampu melakukan kewajiban yang harus ditunaikan. Mereka pun tidak angkuh ketika menjadi orang sukses dalam materi. Mereka tahu, orang kafir dan munafik pun banyak yang sukses dalam materi, bahkan mereka sangat baik hati. Namun, pemuda berkualitas sadar bahwa semua itu adalah hal receh dan remah belaka. Sebab, sesuatu itu berkualitas dan tinggi nilainya ketika tidak bisa dimiliki oleh kebanyakan orang. Yaitu, ketakwaan pada Allah Swt. Dan bergerak melakukan perubahan yang sesuai dengan kehendak Allah azza wa jalla.

Saatnya Pemuda Beraksi

Kini saatnya pemuda beraksi. Yaitu menunjukkan kepedulian dan melakukan perubahan. Perjuangan bisa mulai dari belajar mengkaji tentang Islam dan peradabannya. Seperti, mengapa Islam dari negara kecil seperti Madinah dan Makkah tapi bisa menguasai 2/3 dunia? Atau, mengapa dulu Islam bisa berjaya selama 13 abad lamanya tanpa jeda? Para pemuda pun bisa menggali, mengapa di masa kejayaan Islam banyak bermunculan pemuda-pemuda hebat sebagaimana Muhammad Al-Fatih? Pemuda muslim juga harus tahu, mengapa peradaban Islam yang gemilang bisa runtuh?

Di samping itu, pemuda harus paham bahwa sekarang adalah zamannya internet. Semua dikendalikan dan diekspresikan melalui internet. Dalam peradaban kapitalisme-demokrasi, tak dimungkiri betapa banyaknya konten-konten sampah yang tak berfaedah. Bahkan banyak konten yang justru berbahaya bagi generasi. Inilah kesempatan para pemuda untuk andil melakukan perubahan. Pemuda bisa mulai dengan membuat dan membagikan konten yang berguna. Jika dilakukan terus menerus, perlahan tapi pasti akan mengubah budaya serta mindset orang yang melihat menjadi lebih baik.

Selain itu, pemuda bisa mengamati keadaan masyarakat sekelilingnya. Apakah rakyat sudah mendapat keadilan? Atau sudahkah rakyat bisa mengakses kesehatan maupun pendidikan dengan mudah? Sudahkah pemerintah mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk setiap kepala keluarga? Jika belum, maka akan ada gelombang besar perubahan. Maka persiapkan diri untuk mengambil bagian dalam perubahan itu. Karena jika bukan kita sendiri yang mengisi, maka akan diisi oleh orang-orang yang tak punya hati.

Para pemuda wajib tahu, bahwa apa yang kita lakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan. Setelah menjadi kebiasaan, jika dilakukan terus menerus, maka akan menjadi watak atau karakter. Maka cobalah introspeksi, bagaimana kebiasaan dan karakter kita, maka itulah yang akan menentukan takdir dan masa depan nantinya. Baik masa depan pribadi, maupun bagi peradaban yang akan datang. Maka pemuda harus memaksakan diri untuk terbiasa melakukan segala kebaikan, agar terbentuk pribadi yang berkarakter dan bernasib baik.

Kini pilihan ada pada para pemuda. Mau menjemput kemenangan, atau diam menjadi pecundang? Mau terus dalam keraguan atau mengaktualisasikan harapan? Masa muda tentu tak akan lama. Perlahan dan pasti akan menjadi tua. Maka segeralah menyelesaikan tugas-tugas hidup, agar tak menyesal di kemudian hari. Hidup hanya sekali, maka hidup harus berarti. Jangan menjadi pengecut dalam hidup, tapi bergeraklah mengukir masa depan yang gemilang. Bukan nanti tapi kini.

Wallahua’lam Bisshowab.[]


Photo: Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayagkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Salah Pandangan Hidup, Terjebak Gaya Hidup
Next
Pemuda Harapan Wujudkan Peradaban Idaman
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram