“Seorang muslim sejati tidak mau punya visi yang bersifat terbatas, juga tidak mau memperjuangkan visi yang kenikmatannya sesaat dan terus berkurang. Seorang muslim harus punya visi yang tak bertepi, visi abadi, dan semakin diperjuangkan semakin nikmat. Itulah visi surga. Maka, susun visi akhiratmu lalu buktikan dengan amal yang nyata. Visi akhirat inilah yang akan membuat hidup semakin nikmat.”
Oleh. Wa Ode Mila Amartiar
(Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Hidup tanpa visi bagaikan hidup dalam kepalsuan, sungguh sangat tidak nyaman. Terlihat kuat dari luar, namun di dalam begitu rapuh. Terlihat begitu bahagia, namun ternyata galau nelangsa sedang melanda. Senantiasa memperlihatkan diri sebagai seorang yang tegar, masa depan cerah, ternyata semua palsu. Begitulah hidup seseorang yang tanpa tujuan hidup. Apalagi saat ini, zamannya kepalsuan difasilitasi oleh media sosial. Terkadang, terlihat bahagia dengan senyuman lewat berbagai foto yang diunggah, namun jauh di lubuk hati ada kesedihan yang mendalam. Hidup dalam kepalsuan dan kepura-puraan menandakan rapuhnya jiwa. Hidup tanpa visi? Cukup sudah, akhiri sampai di sini saja!
Bagaimana kita bisa keluar dari semua kepalsuan ini? Jika Anda seorang muslim maka jadilah seorang muslim sejati yang mempunyai visi. Caranya mudah, segera punya visi hidup, lalu perjuangkan itu, meskipun berderai keringat bahkan sampai bersimbah darah. Apakah harus sesadis itu? Jawabannya, tergantung dari besar atau kecilnya visi yang kita tetapkan. Mengapa? Visi yang besar memiliki tantangan yang besar dan imbalannya juga besar. Sebaliknya, visi yang kecil meminta pengorbanan yang kecil, namun harus siap menerima hasil yang kecil juga. Jadi, jangan khawatir punya visi besar, karena pasti akan diganjar dengan upah yang besar pula.
Apa Itu Visi?
Menurut KBBI, visi adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan, atau wawasan ke depan. Nah, intinya visi itu berhubungan dengan masa depan. Sederhananya, kita bisa terjemahkan dengan pertanyaan ini, “Kelak jika kita telah tiada, ingin dikenang sebagai apa?”. Jawaban atas pertanyaan tersebut, maka itulah yang menjadi visi kita. Maka sebelum kita mati, orang harus mengenal kita seperti visi yang telah dibuat.
Kenal Sultan Muhammad Al-Fatih? Seorang pemuda yang memiliki visi besar, ingin menaklukkan Konstantinopel demi mewujudkan janji Rasulullah Muhammad saw. Bagaimana akhir kisahnya? Dikenang sebagai apa ia? Muhammad Al-Fatih sampai sekarang dikenal sebagai “Sang Penakluk Konstantinopel”. Lalu bagaimana dengan Anda? Ingin dikenang sebagai apa nanti? Maka itulah jawaban yang akan menjadi visimu.
Ada yang bilang tak bervisi berarti telah mati. Namun, jangan menyusun visi hanya sampai mati. Bagi seorang muslim yang beriman, hidupnya tak sekadar sampai mati. Dia yakin setelah mati, perjalanannya masih berlanjut, karena ada kehidupan abadi setelah itu.
Visi Akhirat
Pertama mulailah dengan menyusun visi akhirat, karena visi dunia akan menyesuaikan. Visi dunia adalah visi yang mendukung terwujudnya visi akhirat. Semua muslim pasti sepakat, satu-satunya visi akhirat adalah surga. Adakah harapan lain di akhirat selain surga? Jelas tidak ada.
Biar lebih menantang, kita harus menggambarkan visi surganya dengan kalimat yang indah. Misalnya, ada yang memiliki visi ingin masuk surga yang tertinggi. Ingin surga kualitas terbaik, yakni surga Firdaus. Ini merupakan visi yang betul dan menantang. Sehingga kalau nanti meleset, kemungkinan bisa tersangkut pada surga di bawahnya. Andai visinya sekadar surga paling rendah, lalu meleset, kira-kira ke mana? Lantas, ia beramal dengan tidak sungguh-sungguh. Maka, kalau meleset dari surga paling rendah, bersiap terpental ke neraka.
Bagi orang beriman, dunia itu terlalu kecil dibandingkan surga. Sehingga, kalau visinya hanya dunia, ketahuilah dunia itu hanya sementara. Nikmat dunia, semakin dinikmati, maka nikmatnya semakin berkurang. Tidak percaya? Coba ingat-ingat makanan kesukaan kalian! Pasti, pada tegukan dan suapan pertama terasa nikmat sekali. Namun, tatkala perut semakin kenyang, maka kenikmatan pelan-pelan memudar. Kenikmatan terasa menurun sedikit demi sedikit. Ini bukti bahwa nikmat dunia, semakin dinikmati semakin menurun kualitas kenikmatannya.
Ayo…! Seorang muslim sejati pasti tidak mau punya visi yang bersifat terbatas, juga tidak mau memperjuangkan visi yang kenikmatannya sesaat dan terus berkurang. Seorang muslim harus punya visi yang tak bertepi, visi abadi, dan semakin diperjuangkan semakin nikmat. Maka, sudah jelas harus mempunyai visi surga. Maka mulai saat ini, susun visi akhiratmu dan buat sekreatif mungkin. Buat semenantang mungkin, lalu buktikan dengan amal yang nyata. Misalnya, ingin masuk surga dan berjumpa dengan Rasulullah Muhammad saw. Lalu berjuang dengan sungguh-sungguh untuk meraihnya. Visi akhirat inilah yang akan membuat hidup semakin nikmat.
Visi Dunia
Pastikan sekarang visi akhiratmu sudah ada. Pasti semua sama, yakni surga. Itu harga mati dan tidak bisa ditawar lagi. Visi akhirat ini harus didukung dengan visi dunia. Nah, untuk visi dunia ini, setiap orang punya visi berbeda dan pasti punya cara berbeda untuk mewujudkannya. Meskipun dunia hanya sementara, kita jangan sepelekan dunia. Ibarat seorang petani, akhirat adalah masa panen dan dunia adalah masa bercocok tanam. Bila ingin hasil panen yang bagus, maka bercocoktanamlah dengan sungguh-sungguh.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) dunia.” (TQS, Al-Qashash: 7)
Mengenai ayat ini, ahli tafsir menjelaskan bahwa untuk urusan akhirat, Allah Swt. memerintahkan manusia untuk bekerja keras. Sebab, tabiat manusia sering lalai dalam urusan akhirat. Sebaliknya, untuk urusan dunia, hanya sekadar jangan dilupakan alias santai saja. Sebab, untuk urusan dunia tanpa diperintah pun manusia pasti akan mencarinya. Bahkan, jarang ada manusia yang lupa untuk mengejar dunia. Jadi, kejarlah akhirat, maka dunia akan mengikuti. Kalau yang dikejar dunia, biasanya akhirat terlupa.
Menyusun Visi Dunia sesuai Passion
Susunlah visi duniamu sesuai panggilan hati. Ingin menjadi apa nanti demi mencapai visi surga di akhirat kelak. Visi dunia berhubungan dengan potensi diri. Maka, kita harus mengenali diri. Melacak di mana kelebihan diri. Pasti Allah Swt. menciptakan kita dengan kelebihan dan keunikan masing-masing. Kelebihan dan keunikan ini biasa disebut passion. Setelah berhasil menemukannya, lalu mengembangkannya, maka yakinlah kesuksesan ada di depan mata kita.
Passion bukanlah suatu cita-cita yang kaku. Misalnya, ada seseorang yang bercita-cita sebagai dokter. Lantas, ia berjuang habis-habisan untuk menggapai cita-citanya. Lantaran selalu gagal, ia mencoba berkompromi dengan diri sendiri. Akhirnya, ia terpaksa memilih untuk berbisnis. Namun, ternyata seiring berjalannya waktu, ia mulai merasa nyaman karena mendapatkan untung yang lumayan. Barulah dia berani menyatakan, ternyata passion-nya adalah di bidang bisnis.
Menggapai Visi Dunia Demi Kemuliaan Akhirat
Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional.” (HR. Imam Thabrani dan Imam Ahmad)
Visi dunia itu harus fokus agar ahli pada satu bidang. Tekuni sebaik-baiknya dan wajib dilakukan dengan serius. Dalam sejarah peradaban Islam, memang ada ilmuwan yang tergolong polymath alias punya banyak keahlian. Tapi jumlahnya tidak banyak. Tidak salah jadi polymath, justru bagus. Hanya saja akan sulit untuk beberapa orang. Jika memang sanggup, tidak masalah. Terpenting adalah kita bisa profesional dalam melakukannya.
Mari melihat kehidupan para sahabat Nabi! Menjadi generasi terbaik karena dididik langsung oleh Rasulullah Muhammad saw. Ternyata, mereka memiliki spesialisasi dalam meraih visi dunia.
Misal, sahabat Abdurrahman bin Auf, passion-nya adalah berdagang. Visi dunianya adalah menjadi pedagang sukses. Maka Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai ahli sedekah. Keahliannya dalam berdagang menjadikan sedekah sebagai amalan andalannya. Visi akhirat pun diraih. Ia pernah dengan ikhlas berani berinfak sebesar 2.000 dinar (Rp4,93 miliar). Sepertinya Rasulullah saw. tahu apa yang menjadi passion dan visi dunia Abdurrahman bin Auf. Maka, Rasulullah berdoa,
“Semoga Allah melimpahkan keberkahan-Nya kepadamu, terhadap harta yang kamu berikan…”
Alhasil, Abdurrahman bin Auf menjadi orang kaya yang berkah. Kekayaannya mampu membuatnya menggapai surga dengan jalan sedekah.
Contoh lain, sahabat Ali bin Abi Thalib, tidak terlalu kaya. Passion-nya bukan berdagang. Tapi punya keunggulan pada kecerdasan pikirannya. Maka, Ali bin Abi Thalib memiliki visi dunia sebagai seorang pengajar. Kalau di zaman sekarang, serupa guru atau dosen. Beliau sukses untuk mengenali passion-nya dan fokus mengembangkan potensi diri. Hingga Rasulullah saw. menjulukinya sebagai “pintu ilmu”.
Menyusun visi dunia sesuai dengan passion memang tidak mudah. Namun, jika kita telah menemukan passion maka langkah selanjutnya adalah fokus dan mengembangkannya. Passion memang penting. Namun, passion bukan segala-galanya. Intinya, passion meskipun disenangi harus berani ditinggalkan jika menjauhkanmu dari visi akhirat. Untuk apa bahagia di dunia, kalau tidak bisa bahagia di akhirat kelak. Maka, kembangkan passion-mu selama itu mulia dan bisa mengantarkan terwujudnya visi akhirat.
Orang Bervisi Mengalahkan Orang Tak Bervisi
Pernah belajar sejarah? Coba ingat saat Belanda datang menjajah negeri Indonesia! Apakah jumlah mereka banyak? Tentu saja tidak. Hanya beberapa kapal saja. Namun anehnya, mengapa mereka bisa menguasai negeri Indonesia yang jumlahnya lebih banyak? Terbukti, jumlah sedikit namun memiliki visi mampu menguasai banyak orang yang tak bervisi.
Para penjajah akhirnya bisa tampil menjadi penguasa, karena visi mereka begitu besar. Mereka punya visi 3G (Gold, Glory, Gospel). Selain ingin menguasai kekayaan alam dan menyebarkan agama, mereka juga ingin memperluas kekuasaan. Itu yang menjadi visi para penjajah negeri ini. Tidak masalah kalau mereka memiliki visi bagus. Membawa maslahat kepada banyak orang, namun kenyataannya visi ini justru menyengsarakan dan berbahaya.
Begitulah kehidupan ini, umat Islam juga harus punya visi. Allah Swt. berfirman,
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (TQS. Al-Anbiya': 107)
Visi umat Islam adalah menebar rahmat ke seluruh alam. Sejarah indah pernah membuktikan bahwa sistem pemerintahan Islam pernah mencapai kejayaannya. Kejayaan Khilafah Islamiah terjadi bukan dalam waktu singkat, namun selama 1400 tahun. Visi menyebarkan Islam hingga ke seluruh penjuru dunia inilah yang harus tertanam di hati umat muslim. Sehingga potensi senantiasa dicurahkan untuk mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, di bawah naungan Khilafah yang menerapkan syariat Islam kaffah.
Khatimah
Orang yang tidak memiliki visi besar, maka hidup dan waktunya akan dihabiskan pada perkara yang remeh-temeh. Hidupnya jadi membosankan dan waktunya habis hanya untuk menyenangkan dirinya saja. Sering kali, tak mampu menghempas masalah-masalah kecil yang menghampiri hidup. Visi besarlah yang akan menggerakkan hidupmu dan memaksamu untuk fokus mengembangkan potensi. Di atas visi besar ada visi mulia. Visi besar dan mulia adalah visi akhirat bertemu dengan-Nya dengan visi dunia ingin menegakkan syariat Islam kaffah di bumi-Nya. Maka selama hidupnya, waktu, tenaga, harta, keringat, ilmu, dan semua potensi akan terhitung sebagai langkah mewujudkan visi akhirat. Wallahu a’lam bishawab.[]