”Jika kapitalisme telah gagal untuk menciptakan dunia yang bebas krisis, maka saatnya umat Islam di mana pun berada mulai untuk memikirkan, menginisiasi ide sekaligus bersungguh-sungguh untuk bersatu dalam menegakkan institusi pengemban politik ekonomi Islam yaitu Khilafah Islamiah. Sesungguhnya hanya inilah satu-satunya jalan sebagai jawaban atas krisis dan kebuntuan yang terjadi saat ini.”
Oleh. Dira Fikri
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam Pembukaan Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD di Istana Bogor Jawa Barat bulan Agustus lalu, Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa perekonomian dunia pada tahun 2023 akan mengalami kegelapan atau resesi ekonomi global. Hal ini akibat dampak pandemi Covid-19 dan juga perang antara Rusia-Ukraina. Jokowi juga menyebutkan bahwa saat ini banyak sekali negara-negara antre untuk menjadi pasien IMF.
Pernyataan Jokowi tersebut ternyata tidak hanya sekadar bicara, terbukti negara pesepak bola dunia Lionel Messi telah luluh lantak ekonominya akibat utang. Argentina telah menjadi pasien IMF dan utangnya telah mencapai Rp 515 ribu triliun. Pada tahun 2021 saja, rasio utang Argentina terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) mencapai 80.5 %, dan telah mengantongi bailout sebesar 45 miliar pada tahun ini.
Bahkan dalam rilis WEO terbarunya, IMF telah mempublikasikan bahwa Jerman dan Italia juga akan menjadi dua negara yang tergelincir dalam resesi tahun depan. Konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan krisis energi yang parah di Eropa yang tentu akan berdampak pada biaya hidup meningkat dan sudah pasti akan menghambat kegiatan ekonomi. Di pasar dunia, konflik juga akan mempengaruhi harga pangan. Alhasil, prediksi pertumbuhan ekonomi global yang semula tumbuh di angka 3% hanya akan bertahan di angka 2,2% saja.
IMF juga telah mengingatkan bahwa risiko stagflasi akan menghantam dunia. Stagflasi adalah kondisi suatu negara yang memiliki inflasi tinggi dan pertumbuhan lemah di saat yang bersamaan. Risiko stagflasi lebih mengerikan dampaknya dibandingkan dengan resesi yang diramalkan bakal menghantam dunia tahun depan. Menurut Direktur World Bank’s Prospects Group Ayhan Kose, stagflasi adalah racun yang sulit teratasi bagi para ekonom. Bahkan inflasi saat ini mencapai 8%, tertinggi sejak tahun 2004.
Kegagalan Solusi Kapitalisme
Saat ini semua negara ramai-ramai melakukan intervensi untuk menyelamatkan perekonomiannya. Kebijakan moneter yang diambil sebagai solusi yaitu dengan menaikkan suku bunga sebagai bagian untuk meredam tekanan harga justru akan membawa konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah. Hal ini karena jika suku bunga dinaikkan, maka pasar tenaga kerja akan ’nyungsep’ di titik terendah dan akibatnya akan banyak pengangguran. Inggris misalnya, telah menaikkan suku bunga sebanyak 150 poin. Amerika Serikat bahkan lebih ekstrem dengan menaikkan suku bunga mencapai 220 poin sejak awal 2022. Eropa pun juga tak mau kalah dengan menaikkan suku bunga sebanyak 50 poin, padahal di tahun 2020 saja suku bunga Eropa tercatat berada di level negatif.
Di Indonesia sendiri, pemerintah berupaya untuk menjaga pasokan domestik dengan menggelontorkan insentif. BLT (bantuan langsung tunai) dan serangkaian bantuan sosial (bansos) digelontorkan untuk menekan risiko resesi tahun depan. Tercatat ada tujuh jenis BLT dan bansos yang cair di tahun 2022, antara lain BLT BBM, BLT Subsidi Upah, Bansos PBI JK, BLT Dana desa, BLT UMKM, Prakerja dan bantuan pokok nontunai. Namun, efektivitas pemberian insentif di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal September lalu tidak sejalan dengan kenaikan daya beli masyarakat. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2022 sebesar 117,2 atau menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 124,7. Anjloknya tingkat konsumsi masyarakat kebanyakan terjadi di kelas menengah ke bawah dengan tingkat pengeluaran Rp4,1 juta hingga Rp5 juta per bulan.
Sejak tahun 2020 di mana dunia telah dihantam pandemi, solusi-solusi yang diterapkan telah gagal untuk mencegah gelombang resesi ekonomi global. Karena sesungguhnya hal tersebut hanya meredakan rasa sakitnya saja. Sementara sakitnya sendiri tak tersentuh. Resesi atau krisis ekonomi akan senantiasa terjadi berulang dalam sistem kapitalisme karena beberapa hal berikut. Pertama, adanya persepsi bahwa problem ekonomi adalah kelangkaan relatif barang dan jasa (kekayaan) dan bukannya distribusi yang adil terhadap kekayaan itu. Kedua, bersandarnya sistem ekonomi kapitalis pada riba. Ketiga, tidak digunakannya emas dan perak sebagai mata uang, namun justru menggunakan mata uang kertas. Keempat, rusaknya bursa efek dan pasar uang yang terjadi saat ini. Kelima, batilnya obligasi (surat utang) dan saham dalam berbagai jenisnya. Keenam, tidak adanya pembatasan yang benar terhadap kepemilikan, apakah itu kepemilikan individu, kepemilikan umum ataupun kepemilikan negara.
Ekonomi Islam Adalah Solusi
Seandainya kita mempelajari secara objektif, ada sistem ekonomi solutif yang bisa menjamin kehidupan ekonomi yang adil, aman, dan bebas dari krisis. Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang dirancang oleh Allah Swt. yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Setidaknya ada tiga hal dalam ekonomi Islam yang akan mencegah negara dari krisis.
Pertama, pandangan Islam terhadap uang berbeda dengan kapitalisme. Islam telah menentukan emas dan perak sebagai mata uang dan satu-satunya standar mata uang untuk mengukur barang dan jasa. Segala bentuk muamalah akan disandarkan atas asas emas dan perak. Nilai mata uang dinar (emas) dan dirham (perak) lebih stabil bahkan cenderung naik. Dengan berlakunya dinar dirham, akan menghentikan inflasi di mana salah satu sebab terjadinya inflasi adalah karena beredarnya mata uang kertas.
Kedua, Islam juga mengharamkan riba dan turunannya. Nas terkait keharamannya bahkan bersifat qath’i ats-tsubut (pasti sumbernya) dan qath’i ad-dilalah (pasti pengertiannya), dan tidak menyisakan ruang ijtihad atau penakwilannya. Allah berfirman,
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (TQS. Al-Baqarah: 275)
Lembaga keuangan berbasis ribawi yang masyhur dalam sistem kapitalisme juga tidak dikenal dalam ekonomi Islam. Namun sebaliknya, masyarakat dalam ekonomi Islam akan fokus terhadap sektor ekonomi riil dan ekonomi produktif. Hal ini juga akan menutup celah fenomena kebangkrutan sebagaimana terjadi pada bank-bank kapitalis, kelompok besar yang kehilangan harta atau rekening yang menguap.
Ketiga, Islam mengatur masalah distribusi dan pembagian kepemilikan harta. Ada tiga jenis kepemilikan di dalam Islam, kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Kepemilikan umum mencakup harta yang dari sisi pembentukannya tidak mungkin dimiliki secara individu, seperti sungai, danau, laut, dan sebagainya. Kepemilikan umum juga mencakup apa saja yang menjadi hajat hidup orang banyak seperti jalan, masjid, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah barang tambang yang depositnya banyak dan tidak terputus, baik berbentuk padat, cair maupun gas; baik tambang di permukaan maupun di dalam perut bumi. Rasulullah saw. bersabda,
“Kaum muslim berserikat dalam tiga jenis harta: air, padang gembalaan dan api.”
Adapun kepemilikan negara ada pada harta yang hak pengelolaannya berada di tangan kepala negara (khalifah) sesuai dengan pandangan dan ijtihadnya, seperti harta fai, kharaj serta harta orang yang tidak memiliki ahli waris dan semisalnya. Sementara itu, kepemilikan individu adalah harta yang pengelolaannya diserahkan kepada individu pada selain harta milik umum.
Politik Ekonomi Islam
Menurut Ensiklopedia Ekonomi Islam, secara terminologi politik ekonomi adalah tujuan yang akan dicapai oleh kaidah-kaidah hukum yang dipakai untuk berlakunya suatu mekanisme pengaturan kehidupan masyarakat. Politik ekonomi Islam memberikan jaminan agar masing-masing individu mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka, dan kemudian memberdayakan mereka sebagai seorang anggota masyarakat dengan pandangan hidup yang khas, agar dapat memuaskan kebutuhan pelengkapnya (sekunder dan tersier) sesuai dengan kemampuannya.
Jika ada satu keluarga yang kelaparan, tidak bisa pemerintah hanya mengatakan bahwa stok Bulog sangat cukup untuk keperluan empat bulan. Dalam politik ekonomi Islam, terbentuk mekanisme agar stok Bulog tersebut terdistribusi merata sampai tidak ada seorang pun yang kelaparan. Negara yang secara langsung memberikan jaminan kepada setiap individu rakyat dalam hal keamanan, pendidikan dan kesehatan. Hal ini karena pemenuhan terhadap ketiganya termasuk masalah pelayanan umum (ri’ayah asy-syu’un al ummah) dan kemaslahatan hidup terpenting. Dalam politik ekonomi Islam, negara bertanggung jawab menjamin tiga jenis kebutuhan dasar tersebut sehingga seluruh rakyat; muslim maupun kafir, dapat menikmatinya; baik kaya maupun miskin.
Itulah gambaran mengenai politik ekonomi Islam yang tidak akan pernah bisa diterapkan kecuali sebuah negara mengembannya. Jika kapitalisme telah gagal untuk menciptakan dunia yang bebas krisis, maka saatnya umat Islam di mana pun berada mulai untuk memikirkan, menginisiasi ide sekaligus bersungguh-sungguh untuk bersatu dalam menegakkan institusi pengemban politik ekonomi Islam yaitu Khilafah Islamiah. Sesungguhnya hanya inilah satu-satunya jalan sebagai jawaban atas krisis dan kebuntuan yang terjadi saat ini.
Umat Islam harus memahami, secara faktual kapitalisme dan imperium pembawanya selamanya tidak akan pernah membawa kesejahteraan, dan justru akan menjerumuskan ke dalam lubang kesengsaraan. Terjadinya resesi berulang kali adalah bukti yang tak terbantahkan. Jika kita ingin keluar dari permasalahan yang diakibatkan oleh kapitalisme, maka sudah seyogianya kita membuangnya dan mengambil Islam sebagai solusi. Tentunya bukan hanya akan bisa mewujudkan ekonomi yang sejahtera dan mandiri, namun juga keberkahan yang akan diturunkan oleh Allah Swt. karena menjalankan syariatnya, sebagaimana firman-Nya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf 96).
Resesi ekonomi global ini bisa menjadi momentum untuk menguatkan perjuangan penegakan syariat dan Khilafah sekaligus menguatkan persatuan kaum muslim seluruh dunia. Hal ini karena Amerika sebagai pemimpin negara kapitalis telah membuktikan kegagalan kapitalisme dan justru menciptakan dunia dalam krisis secara terus-menerus.
Wallahu’alam.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayagkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]