Kalau Dia Bisa, Kenapa harus Aku?

"Motivasi terkuat hanya ada di diri kita sendiri. Sejauh apa pun kita mencari di buku motivasi atau kisah-kisah orang sukses, peran terbesar ya ada di diri kita, kita mau berbenah apa enggak. Jadi, input dari bacaan, tontonan, atau cerita orang lain akan jadi sebatas informasi kalau kita gak sigap bergerak menjadikannya bensin pergerakan."

Oleh. Keni Rahayu
(Kontributor NarasiPost.com dan Penulis Buku Sebab Perasaan bukan Tuhan)

NarasiPost.Com-Lagi zaman nih, minder berlebihan sehingga dorongan bersaing rendah. Kalau dulu, orang gak mau kalah, sekarang malah kebalikannya. Kalimat demotivasi yang jadi judul tulisan ini merebak dan menjangkiti isi hati pemudi hari ini. Apa kamu salah satunya?

Misal, ketika ada teman berhasil meraih mimpi, yang ada di benak kita malah meninggi-ninggikannya. Lebih parah lagi kita mengutuk diri dan berputus asa. Kalau penyakit hati kita bersarang, makin parah menjadi-jadi. Kita julid menyalahkan si teman dan mencari-cari kekurangannya. Hei, itu kasihan banget, sih si Mental. Kok gak bisa lihat orang lain senang? Hehehe.

Bestie, kita dan orang lain punya track masing-masing. Kalau kamu mau berhasil, gak perlu merusak lintasan orang lain. Kamu hanya perlu menentukan garis finish-mu sendiri dan cara mencapainya. Bisa jadi waktu keberhasilan memang berbeda, tapi selama kita masih bernyawa, pertandingan belum berakhir. Kok, pertandingan? Iya, pertandingan meraih kebaikan, fastabiqul khayrat.

Sebenarnya, motivasi terkuat hanya ada di diri kita sendiri. Sejauh apa pun kita mencari di buku motivasi,atau kisah-kisah orang sukses, peran terbesar ya ada di diri kita, kita mau berbenah apa enggak. Jadi, input dari bacaan, tontonan atau cerita orang lain akan jadi sebatas informasi kalau kita gak sigap bergerak menjadikannya bensin pergerakan.

Yang gak kalah penting nih. Kamu harus bisa menjawab "Why" sebelum kamu mencari cara "How to be success-nya. Karena itulah sebenar-benar motivasi. The reason yang pada akhirnya menggerakkan mindset kita meski dalam perjalanannya banyak diliputi rasa ingin menyerah. Tapi kalau ingat reason, insyaallah kita akan bangkit lagi. Sebab, dorongan akal lebih bertahan lama dibandingkan dorongan perasaan. Kalau "Strong Why" sudah kamu temukan, apa pun omongan orang sampai mereka jungkir balik sekali pun tidak akan menggoyahkan langkahmu. Mengapa? Karena ini adalah landasan yang kamu pijak. Apa yang kamu yakini adalah yang akan kamu jalani.

Oh iya, Kawan. Berikut ini ada beberapa poin masukan untuk kamu (dan aku) meraih kesuksesan. Jawaban "Why" ada di poin nomor dua. Selamat membaca!

Pertama, kita harus paham semua terjadi atas izin Allah. Jadi keberhasilan atau kegagalan, semua sudah lewat pintu ACC Allah. Kalau berhasil, kita tidak jemawa. Kalau gagal, kita tidak putus asa. Begitu juga jika itu terjadi pada teman kita. Jika keberhasilan direngkuhnya, kita tidak mengagungkan si teman apalagi sampai merendahkan diri sendiri karena tidak berhasil meraih prestasi yang sama. Jika teman kita gagal, maka kita tidak meremehkan bahkan menghinanya. Cukup memahami ranah Allah adalah jalan terbaik. Itu sangat-sangat cukup untuk healing dari segala negative thinking.

Kedua, pahami jati diri. Ini sangat penting. Banyak pemuda hari ini luntang-lantung menjalani hari, sebab tak paham visi misi kemanusiaan yang diamanahi Sang Ilahi. Temukan jawaban: kita ini apa, siapa, mengapa ada di dunia ini? Ibadah, khalifah, dakwah. Saya rasa tiga kata itu cukup menjawab. Kita awali dengan pemahaman bahwa diri ini adalah hamba. Maka ada Tuhan sebagai pencipta yang mana kita diciptakan untuk beribadah pada-Nya. Satu ayat agung berbunyi: kita ini khalifah di atas muka bumi. Caranya? Menyampaikan risalah nabi, syariat Allah, agar diterapkan sempurna melalui aktivitas dakwah. Jika kita paham betul poin kedua ini, insyaallah insecurity akan insecure pada kita. Sebab kita punya kekuatan yang sangat besar untuk maju. Visi kita hidup besar sekali yang diprogram Ilahi.

Ketiga, pahami potensi diri. Sehebat apa pun manusia, pasti ada kurangnya. Sebaliknya, sekurang apa pun manusia, pasti ada lebihnya. Jika kita merasa diri kita kurang, gali kelebihan apa yang kita punya. Setiap potensi itu berharga, Guys. Bahkan potensi dasar seperti kita bisa melihat, mendengar, berpikir dengan akal, sejatinya kita sudah memenuhi kriteria Allah sebagai sebaik-baik ciptaan. Coba cek QS. At-Tiin ayat 4. Kalau sudah dapat gelar “ciptaan terbaik” dari Maha Pencipta, masih mau minder?

Keempat, perluas pandangan jangan sebatas diri sendiri. Saya mulai menyadari, ketika kita hanya berpikir tentang diri sendiri, perasaan rendah diri, meragukan diri sendiri, kurang percaya diri akan melingkupi hati. Namun, jika kita berpikir tentang orang lain juga, hai mereka juga sebenarnya sibuk dengan diri mereka sendiri. Mereka gak akan sebegitunya peduli sama kita. So, cuek aja hiasi harimu dengan karya dan karya. Selama kamu punya tujuan dan konsep hidup yang jelas, cuek aja kali. Terus ukir prestasi. Lakukan semua karena Allah, karena sebaik-baik hadiah adalah rida-Nya. Cailah.

Kelima, cari circle positif. Sadar gak kalau lingkungan lama kelamaan akan membentuk dirimu? Tentu kalau kamu sudah paham betul hakikat diri dan potensi yang dimiliki, circle positif akan turut menggerakkanmu. Jangan sekadar positif ya, tapi pastikan senada dengan visi hidupmu yang sudah diprogramkan oleh Al-Khalik, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Circle ini yang akan mendorongmu terus berkarya. Berdiam saja membuat diri kita merasa kok aku gini-gini aja padahal mereka terus berkarya?

Keenam, temukan sosok guru dan idola. Tahu gak apa pentingnya guru? Guru akan membantu kita membaca potensi diri yang mungkin kita sendiri belum dapati. Bahkan belakang punggung saja kita minta digarukkan orang lain 'kan? Itu bukti sederhana bahwa kita juga butuh buah pikir dan sudut pandang orang lain untuk menemukan versi terbaik kita. Bisa jadi beliau sekaligus idola kita (bisa juga tidak). Eh, tapi kalau boleh saran, carilah idola yang sudah meninggal dunia. Bukan apa, kata orang bijak, orang yang sudah meninggal sudah aman dari fitnah dunia.

Nah, Bestie, itu beberapa pesan yang bisa kutulis. Yang mana sebenarnya semua itu kutujukan untuk diriku sendiri. Siapa tahu suatu hari nanti futur datang menghambat, akan kubuka tulisan ini sebagai pengingat. Kamu juga bisa mengambilnya sebagai formula untuk motivasi kebangkitan diri. Jangan patah semangat dan berputus asa. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Keni Rahayu Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menyandarkan Akal pada Syariat-Nya
Next
Usir Penyakitnya Pembelajar Al-Qur'an
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram