Ikigai dan Muruah Sebuah Misi

”Oleh karenanya, bagi pemuda muslim sudah seharusnya ikigai dalam hidup mereka adalah menghamba kepada Allah dengan sami’na wa ‘atha’na (kami mendengar dan taat). Hidup pemuda muslim menjadi bernilai dan bermakna manakala dihabiskan dalam ketaatan kepada Allah Swt.”

Oleh. Aniyatul Ain
(Kontributor NarasiPost.Com serta Pemerhati Keluarga dan Generasi)

NarasiPost.Com-Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi. Periode puncaknya diperkirakan antara tahun 2020-2030. Hal ini didasarkan pada rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah melakukan survei penduduk 2020. Dari survei tersebut diketahui, bahwa jumlah penduduk Indonesia per September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa atau bertambah 32,56 juta jiwa dari survei penduduk 2010. Dari hasil survei juga terungkap bahwa penduduk Indonesia didominasi usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah mencapai 191,08 juta jiwa (70,72%). Melimpahnya jumlah usia produktif, melampaui jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) sebanyak 63,03 juta jiwa (23,33%) dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) sebanyak 16,07 juta jiwa (5,95%). [1]

Potensi usia produktif di negeri kita tercinta ini jangan sampai disia-siakan. Jika dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, sangat mungkin Indonesia menjadi negara yang melesat ke depan memimpin peradaban.

Pemuda Muslim dalam Dekapan Sekularisme

Siapa pun yang mengikuti perkembangan berita, akan menyadari kondisi generasi muslim saat ini sangat memprihatinkan. Pemuda muslim yang terkategori usia produktif dengan jumlah sangat melimpah, justru sekarang hidup dalam atmosfer yang kering dari nilai-nilai agama. Ia ’dipaksa’ hidup dalam naungan sekularisme yang membuatnya jauh dari aturan Allah. Ya, pemuda muslim saat ini digempur dengan arus sekularisme-kapitalisme yang sangat dahsyat. Dampak dari penerapan sekularisme-kapitalisme itu sendiri yakni banyak di kalangan pemuda hilang jati dirinya.

Pemuda saat ini banyak yang terperosok pada narkoba. Baik itu sebagai pemakai, pengedar atau kurir. Mereka tertarik menjadi kurir misalnya, karena tergiur bayaran yang sangat besar untuk mengantar barang haram tersebut. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada Agustiawan dan Afrizal Firdaus, yang dibekuk Satresnarkoba Polres Muba, Sumatera Selatan, pada Rabu (3/08/2022) karena dari tangan mereka berdua didapati membawa narkotika jenis sabu seberat 1 kilogram. Keduanya diberi imbalan Rp30 juta sekali mengantar barang haram tersebut. [2]

Pemuda muslim juga dijejali konsep pergaulan bebas yang berkiblat pada kehidupan Barat. Tidak sedikit dari kalangan pemuda terjebak nafsu sesaat dengan melampiaskan syahwatnya kepada pasangan yang belum halal. Dampaknya, mereka harus menanggung kehamilan di luar nikah, padahal mereka masih anak sekolah. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada siswi SMA di Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah yang mengalami kontraksi dan melahirkan seorang bayi, saat berlangsungnya jam pelajaran di sekolah. [3]

Pemuda muslim juga diadang oleh virus penyimpangan seksual yang tidak kalah berbahaya, yaitu LGBT. Di iklim serba bebas seperti saat ini, kaum terlaknat yang pernah hidup di zaman Nabi Luth a.s. pun tumbuh sumbur dan diberi ruang. Sebaliknya, pemuda yang gemar ke masjid dan cinta mengkaji Islam akan dicitraburukkan sebagai pemuda radikal dan ekstrem. Sehingga, patut dicurigai dan diwaspadai.

Belum lagi generasi saat ini juga dibayang-bayangi kasus kekerasan. Baik terlibat dalam geng kekerasan seperti klitih di Yogyakarta [4], maupun terlibat pengeroyokan seperti yang dialami santri di Tangerang [5] dan juga kasus kekerasan serupa yang dialami santri di Ponpes Gontor [6] serta berbagai macam problematik pemuda lain yang membuat miris dan ironis.

Kapitalisme Membajak Potensi Pemuda

Siapa pun tahu, pemuda adalah harapan sebuah bangsa. Di pundak pemuda, perubahan besar itu menjadi nyata. Sebagaimana ungkapan Bung Karno “Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia!” Potensi pemuda tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahu yang kokoh, semangat juang yang menyala, energik dan berbagai karakter lain yang melekat kuat pada pemuda, itu semua adalah potensi yang apabila dikelola dengan benar, maka perubahan ke arah Islam akan menjadi kenyataan.

Ya, kita butuh perubahan ke arah Islam. Yakni, dengan menerapkan syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiah. Karena hanya di dalam sistem Islamlah, potensi pemuda itu bisa terhimpun dan menjadi kekuatan. Tidak seperti sekarang, pemuda yang hidup dalam sistem sekuler-kapitalis, ’potensi emas’ mereka terbajak pada hal-hal yang justru melanggar hukum syarak. Sistem hidup yang menyingkirkan nilai-nilai agama dalam kehidupan, pada akhirnya membawa para pemuda untuk beramai-ramai dan terang-terangan melawan Tuhan! Banyak di kalangan pemuda justru begitu bangga ketika bermaksiat kepada Allah, tanpa ada rasa bersalah. Miris bukan? Allah Swt. berani dikangkangi, hukum-hukumnya ditinggalkan, malah beralih kepada ‘Tuhan baru' yang bernama kebebasan! Sungguh, manusia-manusia saat ini sangat lancang!

Ide kebebasan adalah invasi pemikiran yang dilancarkan Barat ke negeri-negeri muslim. Akibat invasi ini, pemuda muslim lebih memilih hidup serba bebas menuruti hawa nafsunya, ketimbang hidup yang tunduk taat pada aturan Rabbnya. Invasi pemikiran Barat juga menjadikan pemuda muslim lebih senang dengan gaya hidup permisif, yakni memiliki paham yang membolehkan dan mengizinkan segala-galanya (menghalalkan segala cara) dalam meraih tujuan tertentu. Sikap demikian tentu keliru. Seharusnya, generasi muslim sebelum melakukan aktivitas apa pun, diwajibkan mencari tahu dahulu ilmunya dan pandangan hukum Islam atas suatu perbuatan yang akan dilakukan. Bukan malah menabrak rambu-rambu syarak, mengikuti hawa nafsu bisikan setan.

Pemuda muslim yang hidup di alam sekuler-kapitalis juga dibajak hidupnya agar senantiasa bersenang-senang di dunia (hedonisme), mumpung masih muda katanya. Ketimbang, memanfaatkan waktu di dunia yang singkat ini untuk mengumpulkan bekal di kehidupan setelah mati nanti. Ya, kapitalisme membajak seluruh potensi pemuda, yang seharusnya masa muda mereka gunakan untuk menebar kebaikan dan menjala berbagai macam pahala dari energi mudanya, malah dalam sistem ini potensi pemuda diracuni berbagai kerusakan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Jika pembajakan kapitalisme pada potensi pemuda terus-menerus dibiarkan, maka bonus demografi yang ada di depan mata tidak akan memberi peluang kepada bangsa ini untuk bangkit dan memperbaiki keadaan. Yang dikhawatirkan, usia produktif yang jumlahnya melimpah berdasarkan survei 2020, malah menjadi beban! Usia produktif melimpah tetapi tidak memberi manfaat kepada negeri ini. Naudzubillah. Oleh karenanya, kita semua harus bergegas mengakhiri segala bentuk kerusakan yang ada pada generasi ini dan terlibat dalam upaya perubahan ke arah sistem Islam dengan menyibukkan diri dalam aktivitas dakwah sebagaimana yang Rasul saw. contohkan.

Apabila kita teliti secara mendalam, kerusakan demi kerusakan yang terjadi saat ini tidak lain bermuara pada satu hal, yakni masih diterapkannya sistem hidup kapitalis-sekuler yang menafikan ajaran Tuhan (Allah). Maka dari itu, mari kita campakkan sistem kehidupan yang banyak membidani aneka kerusakan. Termasuk berbagai macam kerusakan yang menjangkiti para pemuda.

Ikigai Pemuda Muslim

Pada tahun 2017, Hector Garcia dan Francesc Miralles memublikasikan sebuah buku, yang tak disangka justru buku tersebut menjadi international bestseller. Buku tersebut berjudul: “IKIGAI: The Japanese Secret to a Long and Happy Life”. Sebuah buku yang mengulas rahasia kebahagiaan orang Jepang. Masyarakat Jepang percaya, semakin mereka menumbuhkan ikigai dalam hidup, mereka semakin menemukan makna dalam kehidupan. Kehidupan yang bermakna inilah yang membuat sebagian besar angka harapan hidup masyarakat Jepang menjadi tinggi. Sebagaimana dilansir dari Kompas, United Nations Population Division melansir sebuah laporan bahwa Jepang memiliki angka harapan hidup yang tinggi kedua (85,03) setelah Hongkong. Hongkonglah yang menduduki peringkat pertama negara yang memiliki angka harapan hidup tinggi (85,29). [7]

Ikigai dipopulerkan oleh Hector Garcia dan Francesc Millares setelah keduanya meneliti perilaku hidup masyarakat Jepang yang berada di Okinawa. Secara harfiah, ikigai berasal dari kata “iki” yang berarti kehidupan dan “gai” yang berarti nilai. Singkatnya, ikigai adalah sebuah mindset agar hidup yang kita jalani menjadi lebih bernilai/bermakna. Seseorang yang menerapkan ikigai akan tahu alasan mereka harus bangun pagi, harus memperjuangkan sesuatu dan mereka memiliki harapan. Jika kita hidup tanpa mengetahui ikigai, maka hidup akan terasa sepi tanpa makna.

Cara menemukan ikigai pada dasarnya merupakan irisan dari empat elemen: passion, mission, vocation dan profession. Passion berarti sesuatu yang kita cintai. Mission berarti what the world needs. Adapun, vocation berarti sesuatu yang dapat kita lakukan dan menghasilkan suatu pendapatan bagi kita. Terakhir, profession berarti sesuatu yang kita merasa ahli di bidangnya. Begitulah, ikigai akan ditemukan manakala empat elemen ini dijalankan secara seimbang. [8]

Kalau di Jepang ada ikigai untuk menjalani hidup agar bermakna atau bernilai, sesungguhnya bagi seorang muslim konsep ikigai sudah Allah Swt. Jelaskan di dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Terkait tafsir surat Adz-Dzariat ayat 56 ini Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. : “Melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Yakni, agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa. Ar-Rabi’ ibnu Anas menjelaskan yakni kecuali untuk beribadah. [9]

Demikianlah, Allah Swt. telah menerangkan kepada kita, hadirnya kita di dunia hanya untuk beribadah saja kepada-Nya. Bukan malah justru bermaksiat, tak mau taat. Dengan kita memberikan ketaatan kepada Allah Swt. Pada saat itulah, hidup kita memiliki makna juga bernilai. Bahkan, bernilai di sini tidak hanya diukur dari melimpahnya materi atau sebatas angka harapan hidup yang tinggi seperti konsep ikigai di Jepang. Tetapi, keridaan Allah Swt. sajalah yang kita cari. Karena hanya dengan rida Allah saja kebahagiaan akan menyelimuti hidup kita. Baik kebahagiaan dunia, maupun akhirat.

Sikap tidak mau taat pada syariat, bahkan menjauhkan syariat Allah dalam menjalani kehidupan sebagaimana yang kapitalisme-sekularisme ajarkan, hal ini tentu berseberangan dengan tujuan penciptaan manusia di muka bumi, yang nyatanya semata untuk beribadah, mengabdi kepada Allah Swt. Oleh karenanya, bagi pemuda muslim sudah seharusnya ikigai dalam hidup mereka adalah menghamba kepada Allah dengan sami’na wa ‘atha’na (kami mendengar dan taat). Hidup pemuda muslim menjadi bernilai dan bermakna manakala dihabiskan dalam ketaatan kepada Allah Swt. Mereka sibuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengejar rida Allah bukan terjebak kesenangan duniawi yang sifatnya sementara.

Bahkan lebih dari itu, pemuda muslim akan lebih bermakna hidupnya manakala ia gunakan bahunya yang kokoh, semangat juangnya yang menyala, energinya yang prima untuk menjadi penolong-penolong agama Allah. Memperjuangkan tegaknya syariat Islam dalam bingkai Khilafah islamiah. Ya, Islam memanggil para pemuda untuk terlibat dalam perubahan, di saat penerapan kapitalisme-sekularisme telah banyak menimbulkan kerusakan baik di darat maupun di lautan. Baik dalam bidang hukum, politik, pendidikan, pergaulan, ekonomi, sosial, budaya dan seluruh sendi-sendi kehidupan.

Jika semua pemuda muslim menyambut seruan ini, sangat mungkin di tahun yang diprediksi akan mengalami bonus demografi (2020-2030), bangsa ini menjadi bangsa yang kuat memimpin peradaban di bawah naungan Khilafah Islamiah.

Pemuda Muslim Pengisi Peradaban Mulia

Khilafah Islamiah bukan istilah asing dalam khazanah Islam. Sistem kepemimpinan Islam di dunia ini wajib kita tegakkan bersama. Karena dengan sistem inilah, Al-Qur’an yang mulia bisa diterapkan secara sempurna. Al-Qur’an dan As-Sunah menjadi sumber hukum umat Islam sedunia. Kurang lebih 13 abad lamanya Islam berdiri memimpin dunia. Ya, hampir dua pertiga dunia masuk dalam wilayah kekuasaan Islam. Dimulai, sejak berdirinya negara Islam pertama di Madinah hingga berakhirnya kekhilafahan terakhir di Turki Usmani pada tanggal 3 Maret tahun 1924. Keadilan, keamanan, juga kesejahteraan menaungi seluruh warga negaranya tanpa ada yang didiskriminasikan. Hal ini yang pernah diprasastikan dalam sejarah umat Islam. Bahwa umat Islam pernah menjadi umat terbaik di dunia. Ketika mereka berpegang teguh pada syariat Allah dalam bingkai institusi Khilafah.

Dalam sistem ini pula terekam para pemuda pengukir sejarah mulia. Nama mereka tercatat sebagai sosok-sosok teladan pengisi peradaban. Siapa yang tidak kenal Usamah bin Zaid? Di usianya yang terbilang muda yakni 18 tahun, sudah menjadi panglima perang untuk sebuah misi besar yakni menaklukkan Romawi Timur.

Zaid bin Tsabit juga begitu berjasa di usia yang terbilang muda, yakni pandai dan piawai dalam menguasai berbagai macam bahasa. Hal demikian yang menjadikannya teramanahi untuk menulis surat Rasul saw. berisi ajakan dakwah kepada Islam, yang ditujukan untuk raja-raja dan penguasa dunia saat itu.

Kita juga kenal sosok Imam Syafi’i yang begitu fakih dalam urusan agama. Bahkan di usia belasan tahun sudah diberi legalitas berfatwa. Kita juga tidak asing dengan jasa Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel di usianya 21 tahun. Dan masih banyak lagi para pemuda yang masa mudanya didedikasikan untuk mengisi peradaban Islam.

Terakhir, marilah para pemuda muslim semuanya, sambutlah seruan mulia ini. Seruan perubahan ke arah Islam. Ambillah peluang kemenangan dengan memanfaatkan bonus demografi di tahun yang sudah diprediksi ini. Jadikanlah hidupmu lebih bermakna dengan mengemban misi Islam yang mulia sebagai bentuk penghambaan terbaik kita. Juga menjadi solusi hidup yang dibutuhkan dunia. Wallahua’lam.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasIPost.Com
Aniyatul Ain Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Seindah Senyum Indah
Next
Membacalah dan Jadilah Pemimpin Masa Depan!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram