Pondok (Tetap) Pilihan Utama untuk Mencetak Generasi Rabani

"Salah satu dalil yang harus menjadi pegangan bagi orang tua dalam mendidik anak-anak adalah firman Allah Swt. dalam QS. An-Nisa ayat 9, "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."

Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Kasus kekerasan, perkelahian yang berujung kematian, hingga pelecehan seksual marak terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini. Tidak terkecuali, di pondok pesantren yang notabene tempat belajar ilmu agama juga ditemukan kasus-kasus tersebut. Sebagaimana yang sedang santer diberitakan beberapa kanal media, sejumlah kasus kekerasan dan kriminal dilaporkan terjadi di pondok pesantren. Antara lain, kasus kekerasan yang mengakibatkan kematian santri di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (tvonenews.com, 13/9/22). Kemudian kasus perkelahian yang terjadi di Pondok Dasar El Qolam, Tangerang, Banten yang juga menewaskan salah satu santrinya. (kompas.tv, 20/09/22)

Begitu juga dengan kasus-kasus kekerasan seksual di lingkungan pondok pesantren yang ramai diberitakan sebelumnya. Miris, melihat kenyataan pondok pesantren yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak-anak yang dididik dengan porsi pendidikan agama yang cukup banyak, nyatanya malah menjadi tempat kejahatan yang berakhir pada hilangnya nyawa. Tak dimungkiri, hal ini terjadi karena kehidupan masyarakat baik secara individu, dalam kelompok masyarakat, maupun dalam tatanan negara, tidak menerapkan secara sempurna aturan kehidupan berdasarkan aturan Sang Maha Pengatur, Allah Swt.

Kehidupan masyarakat saat ini, sebagian besar pemikirannya sudah terpengaruh pemikiran Barat. Masyarakat umumnya mempunyai cara pandang yang sekuler. Nilai-nilai dan aturan agama tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika ada sejumlah kecil individu yang paham dan taat menerapkan syariat Islam, mereka tidak dapat menjalankan syariat dengan sempurna. Hal ini tidak terlepas dari peran negara yang juga menerapkan aturan sekuler. Negara tidak mengatur kehidupan masyarakat berdasarkan syariat Islam.

Oleh karena itu, sulit bagi individu yang ingin sempurna menerapkan syariat, ketika dihadapkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan urusan publik. Misalnya, tidak bisa lepas dari urusan perbankan yang ribawi, menghindar dari aktivitas yang bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan di berbagai kegiatan. Begitu juga, sulit untuk tidak terpapar tayangan atau konten-konten tidak mendidik, bahkan mengandung pronografi dan pornoaksi yang sering muncul di beranda media massa.

Semua hal yang membuat sulit penerapan syariat Islam secara sempurna tersebut merupakan ranah negara untuk menyelesaikannya. Tidak bisa individu atau sekelompok masyarakat saja yang menerapkannya. Pun dalam lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun pondok pesantren, sangat sulit untuk menerapkan syariat secara sempurna. Karena kehidupan masyarakat dan negara saat ini menerapkan aturan kehidupan yang sekuler.

Sudah seharusnya, pengelola negara dapat melihat bahwa penerapan kehidupan sekuler yang berasal dari pemikiran Barat, justru merusak tatanan kehidupan. Selain masyarakat secara individu, di level negara juga harus memahami aturan yang berasal dari Penguasa Alam, Allah Swt.. Sudah pasti, jika aturan Allah Swt. diterapkan, akan memberikan kesejahteraan dan rahmat bagi seluruh alam, tidak terkecuali bagi masyarakat muslim maupun nonmuslim.

Akhirnya, berdasarkan berbagai kasus yang terjadi di pondok pesantren, muncul keraguan dan kekhawatiran pada para orang tua terhadap pendidikan di pondok. Walaupun sebenarnya, masih banyak pondok pesantren yang terjaga baik secara akidah maupun penerapan syariat sesuai dengan ajaran Islam. Begitulah, kejadian ini mengingatkan kita pada peribahasa karena nila setitik rusak susu sebelanga. Karena satu dua kasus yang terjadi, semua pondok pesantren sama-sama mendapatkan penilaian yang negatif.

Generasi pejuang peradaban Islam memang tak selalu lahir dari pondok pesantren. Akan tetapi, dalam kondisi kehidupan masyarakat yang sekuler dan liberal saat ini, menitipkan penjagaan dan pendidikan anak-anak di lingkungan pondok pesantren adalah pilihan utama bagi orang tua. Akan sangat berat bagi orang tua untuk mendidik dan menjaga anak-anaknya secara individu tanpa dukungan dari lingkungan dan negara yang taat syariat. Terlebih, ketika anak-anak telah remaja dan sudah mempunyai porsi kehidupan di luar rumah yang lebih banyak daripada di rumah bersama orang tua.

Maka, untuk menjaga mereka harus ada lingkungan yang kondusif serta aturan yang memastikan mereka tetap dalam koridor ajaran agama. Lingkungan kondusif akan tercipta jika masyarakat mempunyai cara pandang yang tidak sekuler. Ajaran agama benar-benar dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah kehidupan masyarakat yang madani.

Selanjutnya, agar masyarakat dapat menerapkan kehidupannya yang madani, harus ada negara yang menerapkan dan mengatur tata kehidupan masyarakat sesuai aturan agama Islam. Maka, sempurnalah penjagaan dan pendidikan anak-anak dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Masyaallah, inilah kehidupan yang seharusnya didambakan bagi setiap muslim.

Jika saat ini ada kasus kekerasan yang ditemukan di pondok pesantren, bukan berarti semua pondok mempunyai kasus yang sama. Jangan sampai, terjadinya kasus-kasus tersebut di atas menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan bagi orang tua untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren, atau memberikan penilaian negatif pada semua pondok pesantren. Tentu, orang tua juga harus jeli melihat pondok-pondok mana saja yang benar-benar menerapkan aturan Islam, atau justru sudah terpapar cara pandang sekuler.

Perlu diperhatikan, pondok mana saja yang mempunyai kurikulum yang jelas, terutama dalam pendidikan agama maupun dalam pendidikan umum. Pastikan pondok mempunyai kurikulum pendidikan yang visi dan misinya berdasarkan pada Al-Qur'an dan sunah. Pondok pesantren yang teguh menerapkan syariat Islam juga dapat dilihat dari keseharian santrinya. Antara lain, aktivitas santri laki-laki dan perempuan terpisah; menutup aurat dengan sempurna mulai dari khimar, gamis, dan kaos kaki bagi muslimah; pembelajaran Al-Qur'an dan hadis, serta kitab-kitab lainnya. Tidak ditekankan pada pencapaian target secara kuantitas saja, akan tetapi mengutamakan pada pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Orang tua tidak perlu takut atau ragu memasukkan anaknya ke pondok pesantren. Justru dengan makin sekuler dan liberal kehidupan masyarakat saat ini, pilihan untuk memberikan pendidikan anak-anak di pondok pesantren adalah pilihan utama bagi orang tua. Sehingga, diharapkan dengan pendidikan di pondok pesantren, anak-anak akan menjadi generasi yang kuat, taat menerapkan syariat, ialah generasi rabani.

Peradaban Islam tidak akan terwujud tanpa ada generasi-generasi rabani yang taat menerapkan syariat. Orang tua wajib mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi tersebut. Salah satu dalil yang harus menjadi pegangan bagi orang tua dalam mendidik anak-anak adalah firman Allah Swt. dalam QS. An-Nisa ayat 9, "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."

Jadi, pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk mendidik anak-anak dan mencetaknya menjadi generasi rabani. Orang tua jangan ragu dan khawatir. Pilih pondok pesantren yang taat menerapkan syariat, agar sepeninggal para orang tua kelak, akan ada generasi yang meneruskan perjuangan untuk mengembalikan peradaban Islam sebagaimana peradaban yang dibangun Rasulullah saw.

Wallahu a'lam bishowwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rery Kurniawati Danu Iswanto Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Waktu Adalah Usia
Next
Jangan Sakiti Hatinya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram