Menyusuri Jejak Sejarah Islam Melalui Wisata Religi di Sunan Ampel

"Salah satu naskah Challenge ke-4 NarasiPost.Com rubrik Traveling"

Oleh: Ida Royani

NarasiPost.Com-Jika ingin berwisata religi dengan nuansa berbau Arab, namun belum punya kesempatan pergi ke Arab Saudi, tidak ada salahnya Anda berkunjung dahulu ke kawasan wisata religi Ampel di Surabaya. Kawasan ini sering diasosiakan sebagai kampung Arab karena komunitas keturunan Arab banyak bermukim di sini. Sebagian besar mereka merasa sudah menjadi orang Indonesia tulen, sebab mereka lahir, besar, dan hidup sehari-hari di tempat ini.

Di sepanjang jalan menuju makam Sunan Ampel, dengan mudah kita bisa memesan samosa, kebab, manisan, kurma, dan kacang-kacangan. Pokoknya jajanan khas Timur Tengah banyak kita jumpai di kawasan wisata ini. Saya memang suka dengan makanan khas Timur Tengah. Saat ada ajakan dari ibundaku beserta rombongan ibu-ibu muslimat di tempat tinggalku, yaitu di Malang, pada tahun 2018 mengadakan tour ziarah wali yang ada di Jawa Timur. Saya pun langsung menyetujui ajakan tersebut tanpa pikir panjang, hehehe. Kapan lagi saya bisa berkunjung ke kawasah wisata yang bersejarah ini. Sebuah kawasan yang memiliki nilai sejarah tentang penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Oleh karena itu, dengan senang hati saya memulai perjalanan pertama ini menuju masjid Sunan Ampel sebagai perjalanan wisata sejarah Islam ataupun sunah rasul kali ini.

Masjid Sunan Ampel dibangun pada 1421 oleh Raden Achmad Rachmatullah atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel. Sebagai salah satu dari wali songo (wali sembilan). Beliau adalah figur yang alim, arif, dan bijaksana. Menurut Encyclopedia Van Nedelandesh Indie, beliau datang dari Champa, negeri yang terletak di Kamboja. Tapi, menurut Raffles, Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut silsilah, Sunan Ampel merupakan anak dari Maulana Malik Ibrahim (salah satu wali senior di antara ke sembilan wali). Sementara kakek beliau berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah.

Pada saat Sunan Ampel tiba di Jawa, Raja Majapahit memberinya tempat untuk berdakwah sekaligus menetap di Ampel Dento (Surabaya). Ketika wafat pada 1481, beliau dikebumikan di dekat masjid Sunan Ampel. Sampai saat ini, banyak orang datang untuk berdoa di makam beliau yang terletak di sebelah barat masjid. Masjid ini dibuat dengan kecermatan. Lima pintu gerbang mengelilingi maajid ini sebagai simbol rukun Islam. Pintu gerbang pertama yang diberi nama “Gapura Munggah” merupakan simbol rukun Islam kelima yaitu haji. Wajib berhaji jika mampu. Di dekat pintu gerbang pertama ini terdapat pasar yang mirip dengan pasar Seng di Arab. Setelah melewati lorong pasar, Anda akan menemukan “Gapura Poso” (puasa), yang menggambarkan kewajiban kaum muslim untuk berpuasa. Melewati Gapura Poso, sampailah kita di halaman masjid.

Di akhir perjalanan dari mengunjungi makam, maka Anda akan menemukan Gapuro Ngamal. Gapura ini mengingatkan umat muslim untuk berzakat. Di sini Anda bisa bersedekah untuk biaya perawatan masjid. Tidak jauh dari situ, terlihat Gapura Madep. Di bagian kanan gapura ini terdapat makam Mbah Sanhaji yang dulunya menentukan arah kiblat masjid Sunan Ampel. Makna gapura ini adalah pelaksanaan salat lima waktu. Terakhir, ketika memasuki makam, terdapat “Gapuro Pareksen” yang menggambarkan kalimat syahadat yakni “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Yang merupakan bunyi dati rukun Islam yang pertama. Penuh makna sekali, bukan?

Sebelum meninggalkan kawasan masjid Sunan Ampel ini, saya beserta rombongan ibu-ibu muslimat serta beberapa ustaz yang turut serta dalam ziarah wali ini, tidak lupa kami membeli oleh-oleh. Di sepanjang jalan kawasan wisata ini terdapat berbagai macam oleh-oleh khas dari Timur Tengah dan juga variasi aneka barang. Mulai dari mukena, abaya atau khimar, sajadah serta beberapa pakaian, aksesoris, dan makanan khas Timur Tengah lainnya. Harga makanan, aksesoris, dan pakaian di sini relatif sangat terjangkau sehingga Anda tidak perlu khawatir apabila ingin berbelanja di sini.

Meskipun kami saat tiba di sini sudah malam, dan memasuki waktu salat isya, tapi di kawasan ini masih ramai didatangi pengunjung dan suasana malam hari di sini cukup bagus. Tiidak lupa sebelum meninggalkan kawasan wisata ini saya dan rombongan menyempatkan diri untuk salat isya berjemaah. Betapa bahagianya bisa salat berjemaah di masjid ini. Selain dapat wawasan baru, juga bisa menambah silaturahmi antarsesama muslim lainnya. Seru sekali, bukan? Seusai salat isya berjemaah, saya dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata makam Sunan yang lain.[]


Photo : Koleksi pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ida Royani Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Mengapa Harus Ikhlas dalam Mengemban Dakwah?
Next
Jurus Menata Ulang Barang Agar Tidak Bilang “Sayang”
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram