"Pemenang kedua naskah Challenge ke-4 NarasiPost.Com rubrik Teenager "
Oleh . Annisa Fauziah, S.Si (Aktivis Muslimah)
NarasiPost.Com-Guys, pernahkah kalian mendengar kata childfree? Beberapa pekan belakangan, isu childfree viral dibicarakan di media sosial. Pasalnya, influencer muda yang sudah menikah mengeluarkan pernyataan untuk tidak memiliki anak (childfree). Isu ini kemudian menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Generasi milenial dan gen Z pun ikut bersuara.
Nah, kalian termasuk orang yang setuju dengan childfree atau menentangnya? Daripada sekadar ikut arus tanpa ada pegangan, yuk, ada baiknya kita cari tahu dahulu, memang apa itu childfree?
Menurut Cambridge Dictionary, childfree adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak, atau tempat dan situasi tanpa anak (parapuan.co, 21/08/2021).
Wah, serius nih, tidak mau punya anak?
Dilansir dari situs Tribunnews.com (18/08/2021), jumlah pasangan yang menganut childfree semakin bertambah setiap tahunnya. Sob, pernah tidak, kalian berpikir bahwa childfree ini bisa mengancam generasi?
Lihat saja Korea Selatan, negara yang menjadi kiblat generasi muda dengan kemajuan sains dan teknologinya, ternyata menyimpan masalah populasi yang mengancam eksistensi negerinya.
Dikutip dari bbc.com (18/10/21), Korea Selatan memiliki populasi yang menua dengan cepat, tingkat kelahiran yang rendah, dan orang-orang muda yang semakin menghindari pernikahan. Wow, ngeri juga ya!
Bahaya di Balik Childfree
Sahabat salihah, sebenarnya itu baru sekelumit fakta statistik yang bikin kita merinding. Namun, daripada pusing soal kalkulasi, ada hal lain yang lebih penting untuk kita ketahui, yaitu ide yang diusung di balik childfree.
Konsep childfree sebenarnya bukan isu baru yang dinarasikan, terutama oleh pengusung ide feminisme. Bagi mereka, penting untuk menghilangkan budaya patriarki yang melekat pada masyarakat saat ini. Alasannya, perempuan bukanlah “mesin” reproduksi yang memiliki tugas untuk melahirkan anak saja.
Para feminis bersuara bahwa seharusnya perempuan diberikan pilihan bebas apakah ia ingin mengandung anak ataupun tidak. Alasannya karena perempuan berdaulat atas alat reproduksi mereka sendiri. Konsep “My body my authority” membuat para feminis berpikir bahwa rahim seorang perempuan adalah milik mereka sendiri. Nah, apa kalian pernah berpikir demikian juga?
Sob, berbicara tentang pilihan, benarkah childfree ini hanya sekadar pilihan pribadi saja? Ataukah childfree ini lahir dari kerusakan sistemik yang diterapkan dalam sistem hidup kita saat ini? Yuk, kita berpikir dengan sudut pandang luas bahwasannya isu ini bukan tentang persoalan satu atau dua orang saja. Akan tetapi, sudah menjadi masalah yang mengancam generasi. Ngeri tidak sih, saat kalian tahu bahwa banyak generasi muda muslim yang ikut latah menyuarakan childfree ini?
Dengan dalih kebebasan, generasi muda muslim digiring untuk menetapkan pilihan hidup atas dasar hawa nafsu belaka. Standar baik dan buruk bukan lagi berdasarkan kepada standar halal-haram dan aturan syariat yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, Allah Swt., tetapi atas dasar “suka-suka”.
Sob, jangan sampai kalian termasuk orang yang ter-brainwash dengan paham sekularisme dan liberalisme ini, ya!
Di bawah payung hukum hak asasi manusia, opini terkait childfree ini semakin masif untuk disebarluaskan terutama melalui media sosial. Terbayang tidak, berapa banyak generasi muda yang terpengaruh dengan kampanye ini? Apalagi jika ide ini disampaikan oleh influencer yang memiliki jutaan follower. Nauzubillah, semoga kita tidak termasuk orang yang ikut ke dalam “dosa jariyah”, ya!
Guys, salah satu alasan para pengusung childfree adalah aspek finansial. Wajar sih, dalam sistem kapitalisme, apa pun dikalkulasi dengan standar materi alias untung rugi, termasuk saat membesarkan anak. Fenomena ini wajar terjadi di tengah kerusakan sistem kapitalisme yang tidak akan pernah memuaskan akal manusia, tidak sesuai fitrah, dan tidak akan pernah menentramkan jiwa.
Sob, setuju tidak, kalau childfree menjadi bukti bahwa solusi yang ditawarkan oleh sistem kapitalisme justru menghasilkan masalah baru?
Sistem Islam yang Akan Menjaga Generasi
Sob, melihat fenomena ini, harusnya kita makin sadar, ya, kalau kehidupan yang diatur dengan aturan dari manusia memang selalu menimbulkan pertentangan. So, saat ini kita butuh aturan yang berasal dari syariat-Nya. Kita juga harus membentengi diri dari racun yang senantiasa dihembuskan oleh para penjajah asing.
Mereka sekarang tidak membawa senjata, lho. Akan tetapi, lewat perang pemikiran, mereka membawa value kehidupan yang bertentangan dengan akidah kita. Nah, sikap kita sebagai generasi muda, tidak mungkin hanya duduk diam saja, kan?
Guys, syariat Islam itu ternyata bukan hanya mengurusi tentang ibadah ritual kita, lho! Akan tetapi, tentang semua aspek kehidupan, termasuk masalah pernikahan dan memiliki anak, keren bukan? Di dalam Islam, memiliki anak tak bisa dipisahkan dari tujuan pernikahan. Manusia dilahirkan dengan seperangkat potensi kehidupan, yaitu akal, naluri (gharizah), kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah).
Salah satu naluri yang merupakan fitrah manusia adalah gharizah nau atau naluri untuk melestarikan jenis. Nah, naluri ini yang melahirkan kasih sayang antara pasangan suami istri, begitu juga antara orang tua dan anak. So, buat para pengusung childfree, yakin, kehidupan mereka benar-benar happy?
Pernikahan bukan sekadar ajang untuk mengikat cinta antara dua orang insan. Akan tetapi, untuk beribadah dan melanggengkan amal saleh. Memang memiliki anak maupun tidak, tidak menjamin kita untuk masuk surga. Namun, setiap pilihan yang kita ambil akan memiliki konsekuensi dengan hari pertanggungjawaban kelak. Apakah kita mengambil keputusan atas dasar hukum syara atau yang penting kita suka?
Guys, anak adalah “investasi” akhirat yang jumlahnya tak bisa dinominalkan. Sejatinya, pahala jariyah itu yang akan menjadi bekal saat kita sudah tiada. Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila manusia itu meninggal dunia, terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh yang berdoa baginya.” (HR Muslim)
Sahabat salehah, fenomena childfree ini selayaknya patut menjadi muhasabah bagi kita bersama. Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 110 yang artinya,
“Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Berkah yang diberikan Allah Swt. bagi kaum muslimin seharusnya disyukuri bukan justru dinafikan. Maka, bagi siapa pun yang berpikir tak mengapa jika mengadopsi konsep childfree, lalu apakah umat terbaik itu kini hanya sekadar angan-angan?[]