Antara Kesenangan dan Ketenangan

"Salah satu naskah Challenge ke-4 NarasiPost.Com dalam rubrik Motivasi "

Oleh : Nur'Aini

NarasiPost.Com-Air mata dan tawa senantiasa datang dan pergi di dunia yang fana ini. Susah dan senang senantiasa bergilir mewarnai hari demi hari. Ujian pun sudah pasti datang dan pergi baik berupa kesulitan ataupun kenikmatan hidup. Tetapi yang pasti semua yang terjadi dalam kehidupan di alam dunia ini adalah bersifat sementara saja.

Secara fitrah setiap manusia akan terdorong untuk beraktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka, karena akan timbul masalah dalam kehidupannya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi atau terpenuhi tetapi salah dalam pemenuhannya. Manusia senantiasa akan selalu terdorong melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik yang terkait dengan pemenuhan fisik yang memang harus selalu dipenuhi seperti makan, minum, dan sejenisnya, yang tentunya ketika tidak terpenuhi dengan baik bisa mengantarkan seseorang kepada gangguan fisik berupa sakit bahkan kematian. Ataupun kebutuhan terhadap hal-hal yang terkait dengan pemenuhan nalurinya, seperti naluri untuk menyucikan atau mengagungkan sesuatu, naluri berkasih sayang, juga naluri untuk melindungi dan mempertahankan diri. Kebutuhan pemenuhan terkait naluri ini pun tentunya akan menimbulkan masalah pula jika tidak terpenuhi atau salah dalam pemenuhannya.

Saat ini dapat kita saksikan dan rasakan bersama bagaimana orang berlomba-lomba untuk mengejar materi, terlepas apakah ditempuh dengan cara yang baik atau buruk. Haus akan sanjungan dan pujian, sehingga disibukan waktunya untuk meraih pujian dan sanjungan tersebut. Selain itu, tempat-tempat hiburan tidak pernah sepi dari pengunjung meskipun harus mengeluarkan biaya yang melangit. Termasuk beraneka aktivitas yang bersifat dianggap bisa menyenangkan hati pun dikejar selalu dengan penuh semangat. Demi meraih kesenangan atau dengan harapan bisa rileks sejenak atau untuk sekadar melupakan sesaat berbagai problematika yang terjadi dalam hidupnya.

Tentunya semua ingin hidupnya senang dan bahagia, tetapi ketika cara pandang terhadap makna bahagia dan dunia ini keliru, maka otomatis tujuan hidupnya serta aktivitasnya dalam meraih bahagia itu pun akan berbeda pula.

Kenyataannya tidak sedikit orang yang melimpah harta, memiliki pasangan dan keturunan yang menyayanginya, prestasi dunia dan ketenaran yang melejit dan diberikan kemudahan hidup tetapi hatinya hampa, terasa hambar semuanya, kegelisahan dan kekosongan begitu mencekam dalam hatinya. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau mengonsumsi narkoba hingga merusak fisik dan akalnya.

Jadi di mana letaknya kebahagiaan itu? Bukankah berbagai kesenangan hidup yang diimpikan telah diraihnya? Tetapi kenapa harus berakhir tragis? Padahal, mereka menganggap bahwa berbagai kesenangan hidup yang dikejar tersebut akan mengantarkannya pada kebahagiaan. Namun ternyata tidak.

Kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan uang, tidak bisa diukur dengan jumlah atau angka tertentu, tidak pula bisa diraih dengan ketinggian ilmu dalam pandangan manusia atau banyaknya sanjungan dan pujian dari manusia. Akan tetapi harus diraih sesuai petunjuk dari Sang Pemberi kebahagiaan yang hakiki tersebut.

Dialah Allah yang mampu menganugerahkan kebahagiaan pada hati siapa pun yang dikehendaki-Nya. Kita semua diberikan-Nya potensi agar bisa mengupayakan untuk meraih kebahagiaan yang hakiki tersebut. Tentunya kita harus mau berusaha untuk memahami dulu apa itu bahagia yang hakiki serta bagaimana jalan untuk meraihnya.

Definisi bahagia menurut Imam Al-Ghazali, dalam karyanya Ihya Ulumuddin, merupakan sebuah kondisi spiritual saat manusia berada dalam suatu puncak ketakwaan. Bahagia merupakan kenikmatan dari Allah Swt. Kebahagiaan itu adalah manifestasi berharga dari mengingat Allah.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram".
(QS. Ar-Ra'd:28).

"Bahagia dan hidayah ada pada sikap mengikuti Rasulullah saw. Sebaliknya, sengsara dan kesesatan ada pada sikap menyalahi beliau." (Syekh Ibnu Taimiyah, Majmu'al fatwa)

Ketika kita senantiasa mengingat Allah Swt. dalam setiap aktivitas maka ketenangan hati akan hadir, karena itulah janji Allah yang mustahil Allah ingkar. Ketika kita melakukan segala upaya untuk memenuhi kebutuhan kita dan senantiasa dalam kondisi taat dan tawakal kepada Allah Swt., maka kondisi apa pun baik itu kritikan, celaan, kekurangan, dicemooh dan lain sebagainya, maka akan bisa dihadapi dengan kelapangan hati. Begitu pula jika dalam kondisi senang maka akan disikapi dengan penuh syukur sehingga bertambahlah ketenangan dalam hatinya.

Itulah kebahagiaan, hanya dengan taat kita dapat meraihnya. Maka hendaklah sepanjang hidup yang kita jalani ini selalu diupayakan dalam ketaatan pada Allah dan Rasulullah. Taat perlu diupayakan dan perlu dijaga sepanjang hidup kita, fokuslah pada upaya ketaatan bukan fokus pada upaya meraih materi semata atau kesenangan sesaat di dunia ini. Mendekat bersama orang-orang yang taat dan saling menyampaikan nasihat ketaatan dan kesabaran. Sebab untuk taat butuh diupayakan dan dijaga selalu, untuk taat butuh perjuangan karena dipenuhi ujian dan rintangan.

Begitu indah dan luar biasa makna bahagia dalam Islam, karena kebahagiaan tersebut dapat ditemukan dalam setiap kondisi baik itu dalam kondisi sulit ataupun lapang. Karena ketaatan pada Allah dan Rasulullah adalah taat dalam segala kondisi di mana pun. Sehingga kebahagiaan bisa hadir kapan pun, di mana pun serta dalam kondisi apa pun. Bahkan dengan ketaatan, kebahagiaan yang sangat luar biasa pun dapat diraih di akhirat kelak, mendapatkan surga Allah yang abadi. Masya Allah, semoga kita dimampukan dan dikuatkan untuk istikamah dalam taat, sehingga kebahagiaan dapat diraih di dunia juga di akhirat kelak.
Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Nur'Aini Ummu Qilas Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menjadi Remaja Islam Sadar Perubahan
Next
Islam, Mengembalikan Pemberdayaan Hakiki Pemuda Muslim
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram