Gita Kesunyian

"Pungutan bertalu-talu di antara kemiskinan menjadi suatu derma
Lolongan panjang kezaliman menyebar dan kian merata
Tak ada bosan pintalan kebijakan dibuat bersama
Memeras gita kesunyian yang tak lelah berkelana

Oleh. Afiyah Rasyad

NarasiPost.Com-Duhai jiwa yang selalu diterpa nestapa
Terayun beratnya bongkahan duka lara
Memenuhi langit-langit rasa dalam hamparan semesta
Tersungkur dan bersemayam di antara puing-puing derita
Di segala penjuru tak ada lagi rasa cinta

Sunyi bersenandung dalam hiruk-pikuk dunia
Sepi nelangsa berdansa di penghujung usia
Tertulis dalam lembaran baru bertajuk gita lama
Gita kesunyian mengalun dalam kekacauan satu irama
Membawa aroma kepedihan yang begitu menyayat jiwa

Tengoklah! Tengok di sana!
Kepedihan terus membara dan melalang buana
Di antara keserakahan yang rapi terpelihara
Saat gelap dan terang tak tampak lagi ada pembeda
Keadilan mengalun merdu hanya sebatas asa dalam dada

Bersimpuh raga pada kemilau dan gemerlap tahta
Lazuardi bertabur mengelilingi indahnya mahkota
Keelokannya merona dan membuat hati terpesona
Hilang rasa peduli meski negeri berselimut bencana
Pedih tak bertepi di ambang harap yang kian sirna

Kehendak berjaga di antara remah-remah kuasa
Gita kesunyian mengalun dahsyat luar biasa
Kepongahan mengalir deras dalam tangkupan sukma
Tetap menuli meski lolongan kepedihan menggema
Keadilan kian tumpul saat senopati beradu dalam lakon drama

Jentaka punggawa di atas gelanggang merongrong para jelata
Pungutan bertalu-talu di antara kemiskinan menjadi suatu derma
Lolongan panjang kezaliman menyebar dan kian merata
Tak ada bosan pintalan kebijakan dibuat bersama
Memeras gita kesunyian yang tak lelah berkelana

Syahdah, hujan kepiluan tak pernah berganti bahagia
Keteguhan memegang sekularisme tampak congkak sepenuh jiwa
Segala kebaikan tersingkir dan terkubur, berakhir sia-sia
Saat murninya agama dijadikan musuh bebuyutan layaknya Kurawa
Dipenuhi motif dendam dalam tiap helaan napas baunya

Gita kesunyian masih setia mengalun dalam fana
Namun, ruas-ruas harapan masih terpancar dalam setitik sisa
Menyumbul di antara sanubari yang terjaga dari rengkuhan noda
Kemilau perjuangan bermekaran dan terus berlipat ganda
Tak gentar keberanian di alam yang penuh durjana

Gita kesunyian telah berganti nada
Semangat membara serukan kebenaran di antara manusia
Luasnya hati menempuh jalan terjal penuh uji dan coba
Sebuah kemuliaan yang terangkum dalam sabda dan bisyaroh Rasul mulia
Berjuang lillah demi melanjutkan kehidupan Islam di jagad raya[]


Photo :Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Bussiness Minded, Pelayanan Rakyat Setengah Hati
Next
Menantu Idaman
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Teti Rostika
Teti Rostika
2 years ago

Masya Allah Cikgu Diksinya luar biasa
Barakallah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram