Ibarat perjalanan di padang pasir, isi buku yang tercerna dengan baik adalah sebuah oase yang menghilangkan dahaga di dalam akal kita. Ditambah lagi bila melalui buku-buku yang kita lahap itu semangat kita untuk terus menggali hamparan ilmu Islam yang begitu luas semakin tinggi. Maka sungguh, bibit keberhasilan revolusi sudah mulai tertanam dan siap untuk dipanen kelak!
Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Berkaca pada masa di mana buku yang ditulis oleh para penulis dihargai dengan emas sesuai timbangan beratnya, maka harga buku hari ini boleh jadi amat sangat jauh dari fakta historis kaum muslimin itu. Faktor harga buku yang mudah untuk diremehkan dan tidak diacuhkan seperti saat ini sedikit tidak memberikan efek pada bagaimana sikap para pembaca terhadap jejeran buku di rak rumahnya. “Toh juga gampang dibeli lagi”; “ah murah kok harganya”, dan sederet pernyataan lain yang intinya mengecilkan nilai buku.
Sadar atau tidak, pandangan kita terhadap buku yang demikian “receh” dan tidak penting itu menjadi salah satu faktor umat Muhammad ini belum menyandang gelarnya yang disebut di dalam Al-Qur’an dengan khayru ummah. Iya, memang sejauh itu dampaknya. Padahal jika melihat bagaimana peran yang dipegang oleh buku dapat membawa perubahan yang besar pada sebuah masyarakat.
Sebut saja buku “Mein Kampf” yang ditulis oleh Adolf Hitler pada tahun 1925. Autobiografinya tersebut memuat ideologi serta manifesto politik Hitler dan rencananya di masa depan untuk Jerman. Benarlah di masa perang dunia, Jerman menjadi salah satu negara yang kuat di bawah kuasa Hitler. Selain itu, ada juga buku “Der Judenstaat” yang ditulis oleh bapak zionisme internasional, Theodore Herzl. Melalui buku ini, Herzl memproyeksikan cita-citanya sebagai seorang Yahudi untuk memiliki sebuah negara yang berlandaskan agamanya itu, yang sesuai makna judul bukunya, “Negara Yahudi”. Lalu di tahun 1948, terwujudlah apa yang sudah dicita-citakan Herzl tersebut dengan diakuinnya Israel sebagai sebuah negara di Timur Tengah.
Dua contoh tersebut menunjukkan satu hal, bahwa buku dapat menjadi subtle weapon atau senjata yang halus untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan buku dan berkat kekuatan narasi sang penulis, ratusan bahkan ribuan orang dapat tergerakkan untuk sama-sama menuju tujuan yang dicitakan. Bagaimana kabar umat Islam? Sudahkah buku menjadi penggerak perubahan di zaman yang penuh kekacauan ini? Ataukah buku masih hanya masuk di dalam daftar belanja, namun akhirnya terlupakan? Wake up!
Tulisan ini juga bukan serta-merta mengajak kita untuk bersegera menelurkan sebuah buku yang akan menjadi best-seller dan dicetak berkali-kali. Tulisan ini hanya berusaha untuk menyadarkan kembali umat yang kelak dibanggakan baginda Rasulullah saw. di akhirat, bahwa buku, khususnya berbagai buku yang telah ditulis oleh para ulama serta intelektual muslim yang mukhlis itu mampu menjadi bekal yang mumpuni untuk sebuah revolusi menuju kehidupan yang Islami.
Menyelami kalimat demi kalimat, dilanjutkan dengan memahami setiap alunan paragraf buah pikir para penulis, akal kita sangat bisa terhujani oleh banyak sekali informasi dan pemahaman berharga. Ibarat perjalanan di padang pasir, isi buku yang tercerna dengan baik adalah sebuah oase yang menghilangkan dahaga di dalam akal kita. Ditambah lagi bila melalui buku-buku yang kita lahap itu semangat kita untuk terus menggali hamparan ilmu Islam yang begitu luas semakin tinggi. Maka sungguh, bibit keberhasilan revolusi sudah mulai tertanam dan siap untuk dipanen kelak!
Sudah bukan saatnya kaum muslimin yang diberikan predikat oleh Allah Swt. sebagai umat terbaik ini anti dengan buku, melihat buku layaknya melihat bantal yang dengannya tidur akan lebih lelap, apalagi sama sekali tak menganggap buku sebagai sebuah karya yang penting. Jika memang kita serius menginginkan perubahan dalam kehidupan yang diliputi banyak kemaksiatan ini menuju kehidupan yang dengannya keluhuran Islam bisa tampak, maka mencandu buku dan memahaminya dengan girah dan perspektif Islam adalah salah satu hal yang dapat kita lakukan, mulai dari sekarang. Allahu akbar! []
Photo : Unsplash