Jangan terlalu terlena pada kenikmatan dunia, karena tempat pulang kita akan memanggil kapan saja.
Oleh. Isma Kim
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Inilah kumpulan quote keren karya Isma Kim dalam rangka Challenge Quote Dawai Literasi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com.
Setetes Dunia
Jangan terlalu terlena pada kenikmatan dunia, karena tempat pulang kita akan memanggil kapan saja. Jangan terlalu jauh mengejar dunia, karena yang didapat hanya kepayahan dan penyesalan. Sebab, nikmat dunia tak ubahnya hanya setetes air di lautan.
Rasulullah Saw. bersabda,
وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟
“Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR. Muslim no 2868).
Permata Ujian
Allah Swt. menjadikan setiap ujian kehidupan beragam pelajaran. Dengan ujian, Allah Swt. tiupkan kekuatan. Dengan ujian, Allah Swt. tangguhkan kesabaran. Dengan ujian, Allah Swt. ciptakan keikhlasan. Dengan ujian, Allah Swt. lepaskan kita dari belenggu kekufuran. Namun, satu yang pasti, Allah Swt. tidak membebani manusia di luar kesanggupannya.
Allah Swt. berfirman,
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.... " (TQS. Al-Baqarah: 287).
Muara Ujian
Allah Swt. berfirman, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, 'Kami telah beriman,' sedangkan mereka tidak diuji?" (QS. Al-Ankabut: 2).
Kehidupan adalah muaranya ujian. Ujian itu cara Rabb semesta alam dalam menyemai cinta. Saat ujian kesenangan menghampiri, Allah Swt. menjadikan kita tidak boleh kufur atas nikmat yang diberi. Sedangkan jika ujian kesedihan, Allah Swt. menjadikan kita untuk terus mengingat-Nya. Meminta pertolongan dengan sebaik-baiknya penghambaan kepada-Nya.
Berlomba Mengejar Surga
Kalau direnungi, orang-orang yang berlomba mengejar dunia itu effort-nya tidak main-main. Meski terjatuh pun masih semangat untuk bangkit lagi. Tak pernah menyerah untuk menggapai apa yang diinginkan.
Ini seharusnya jadi sebuah pengingat, buat dunia saja begitu semangat, apalagi buat akhirat. Berlomba-lomba melakukan kebaikan karena balasannya lebih dari dunia dan seisinya. Berlomba-lomba meraih ampunan-Nya, karena kita tak tahu kapan nikmat kehidupan akan berakhir pada kita.
Allah Swt. berfirman, "Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (TQS. Al Hadid: 21).
Mengingat Allah
Refleksi diri kita satu tahun terakhir, seberapa sering kita mengeluh karena ketetapan Allah, seberapa sering kita kufur akan nikmat dari-Nya. Karena hati yang lalai adalah sebuah pertanda, mungkin saja hati kita yang sering lupa mengingat Allah.
Allah Swt. berfirman,
وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ
"Dan ingatlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut (kepada Allah), dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf: 205).
Tentang Harta
Memiliki titipan harta yang berlimpah bukan berarti dimuliakan, titipan harta yang secercah bukan berarti juga dihinakan. Harta banyak atau sedikit itu adalah ujian. Tinggal bagaimana cara manusia memaksimalkan harta yang Allah Swt. beri itu di dunia ini. Apakah menjadi kemuliaan atau justru kehinaan pada yaumulakhir nanti.
Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya bagi setiap umat ada cobaan dan cobaan bagi umatku adalah harta." (HR. At-Tirmidzi dari Ka'ab bin 'Iyadh radhiallahuanhu, Ash-Shahihah :592).
Marah yang Terarah
Sepanjang tahun 2023 ini, telah banyak kasus penistaan agama di permukaan. Baik itu dilakukan dengan lisan maupun tulisan. Dengan banyaknya kasus penistaan agama, kita wajib merespons dengan marah. Yakni marah yang terarah, marah yang dicontohkan oleh Nabi saw. yang bermuara pada sebab yang berhubungan dengan agama. Seperti itulah orang beriman, menjaga marah dan benci sesuai standar Allah semata.
Aisyah ra. berkata, "... Tidaklah Rasulullah saw. marah untuk dirinya sendiri dalam masalah apa pun kecuali apabila syariat Allah Swt. dilanggar. Maka beliau akan marah karena Allah Swt." (Mutafaqun 'alaih).
Benih Kebaikan
Kebaikan itu seperti tanaman, berawal dari benih yang kecil, lalu tumbuh dan mampu memberi manfaat. Setiap benih kebaikan yang kita tabur, akan banyak kebahagiaan yang kita tuai. Jangan remehkan sekecil apa pun kebaikan, karena kita tidak akan pernah tahu pohon kebaikan mana yang bisa membawa kita menuju rahmat-Nya.
Rasulullah saw. bersabda,
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722.)
Menyepelekan Dosa Kecil
Sering kali, sesuatu yang kecil kita anggap sepele. Padahal, kecil belum tentu tidak membawa pengaruh. Kerikil kecil saja bisa menyakiti kaki seseorang, apalagi dosa. Lambat laun akan menjadi besar jika dilakukan terus-menerus. Termasuk dalam dosa kecil itu adalah menyalahi akad waktu yang sudah dijanjikan. Sepele, tetapi banyak yang melalaikan. "Ah, nanti juga banyak yang datang terlambat."
Ingatlah Sabda Nabi saw., Abdulah bin Mas'ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil yang biasa diremehkan, sebab itu semua dapat terkumpul sehingga dapat membinasakan orangnya.” (HR. Ahmad).
Jiwa yang Futur
Futur adalah salah satu penyakit yang kerap dijumpai pada aktivis dakwah. Futur bisa terjadi sebab kita jauh dari Allah Swt., jauh dari jemaah dakwah. Terlena dengan kesendirian, tenang karena kealpaan kita dalam aktivitas dakwah. Bangunlah! Kembali meraih rida-Nya. Beratnya amanah dakwah setara dengan ganjarannya berupa surga. Rasulullah saw. menyebut orang yang futur akan binasa jika tak segera bangun dan bergegas menggenggamnya.
Rasulullah saw. bersabda,
"Ingatlah setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun, siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa.” (HR. Ahmad 2: 188).
Tentang Bersegera
Bersegera itu hakikatnya tanpa "tetapi", tanpa "nanti". Terlebih dalam kebaikan, tak sepatutnya kita menunda. Bayangkan, betapa bahagianya kita ketika Allah memprioritaskan kita dalam kehidupan. Seperti itulah seharusnya kita bersegera dalam kebaikan, bersegera taat syariat, bersegera meraih ampunan Allah, meski dalam keadaan tertatih.
Allah Swt. berfirman,
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ ١٣٣
Artinya: “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran [3] ayat 133).
Sibuk
Sering kali manusia terjebak dengan kata 'sibuk' untuk mengalpakan diri mencari bekal untuk tujuan akhir kehidupan. Padahal, hakikat sebenarnya bukan pada sibuknya, tetapi pada prioritas. Seberapa penting engkau menempatkan sesuatu itu dalam hatimu. Sibuk boleh, tetapi jangan sampai melalaikan dari kebaikan.
Rasulullah saw. bersabda,
"Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat." (HR. Tirmidzi).
Esensi Tawakal
Sekuat tenaga kita berusaha, memperkuatnya pula dengan doa, tetapi hasilnya tak sesuai yang diharapkan. Di situ kita bersabar, kuat atas pilihan terbaik dari-Nya. Itulah esensi tawakal. Orang yang tawakal akan senantiasa dicukupkan segala kebutuhannya, tidak pernah risau atas ujian hidupnya, karena ia menyadari hakikat kehidupan yang terbaik itu berasal dari Allah semata.
Allah Swt. berfirman,
"Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya." (TQS. Ath-Thalaq : 6).
Khianat Waktu
Sebenarnya, waktu bagi manusia itu sama, 24 jam lamanya. Sering kali kita merasa kurang dalam jumlah waktu sehingga saat tawaran mengkaji Islam menghampiri, alasan kita adalah 'tidak ada waktu'. Padahal, bukan perkara kekurangan waktu, tetapi karena kita yang kurang dalam memanfaatkannya.
Allah Swt. berfirman,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran.” (QS. Al-'Ashr [103]: 1—3).
Perkara Ikhlas
Ikhlas itu perkara penting bagi seorang muslim. Bagaimana ia berusaha menyelaraskan niat dalam beramal harus sesuai kehendak-Nya, dan bagaimana ia berharap balasan hanya kepada-Nya. Padahal, setitik noda ingin dipuji, diakui, dan diberi terpenjara dalam hatinya.
Allah Swt. berfirman,
”Ya Tuhanku, oleh karena Engkau telah menetapkanku sesat, sungguh akan kuusahakan agar anak manusia memandang indah segala yang tampak di bumi dan aku akan sesatkan mereka semua. Kecuali hamba-hamba-Mu dari mereka yang ikhlas." (TQS. Al-Hijr: 39-40).
Kurang Bersyukur
Makananmu yang terasa hambar itu adalah impian orang yang kelaparan. Kendaraanmu yang terasa jadul itu adalah dambaan orang yang kepayahan.
Rumahmu yang terasa sempit itu adalah keinginan orang yang kesusahan. Sebenarnya bukan nikmatmu yang sedikit, tetapi rasa syukurmu yang kurang banyak. Janji Allah pada orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya.
Allah Swt. berfirman,
"Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb-mu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (TQS. Ibrahim: 7).
Perkara Prasangka
Coba kilas balik ke belakang, seberapa baik kualitas prasangka kita pada-Nya. Jangan-jangan, kita justru mudah berburuk sangka karena kenyataan tak sesuai harapan kita. Mulai hari ini, berbaik sangkalah terhadap apa yang sudah ditetapkan oleh-Nya. Karena Allah tidak pernah mengecewakan seorang hamba yang senantiasa berbaik sangka pada-Nya.
Rasulullah Saw. bersabda yang artinya:
“Allah berfirman sebagai berikut, 'Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku, maka dia akan mendapatkan keburukan.” (HR. Tabrani dan Ibnu Hibban).
Allah Maha Tahu
Kadang kala, harapan kita tak sesuai kenyataan. Apa yang kita inginkan tak semua bisa tertunaikan. Pun apa yang kita punya, kadang tak sesuai dengan apa yang kita minta.
Allah Swt. menjawab, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah 216).
Bayangkan, jika semua keinginan kita terpenuhi, entah akan berapa lara yang kita temui.
Allah Sebaik-baik Saksi
Terkadang, kita merasa apa yang sudah kita lakukan adalah baik. Namun, tidak di mata orang lain, selalu saja ada celah bagi manusia menyalahkan diri kita. Pandangan manusia adalah pandangan yang bersifat terbatas, maka cukuplah Allah sebagai sebaik-baik saksi dalam hidup kita.
Allah Swt. berfirman,
وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا
Artinya, ".... Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. Al Fath: 28).
Sabar Pahala Tanpa Batas
Untukmu yang di 2023 masih bilang, "Kesabaran itu ada batasnya," coba renungkan firman Allah Swt.,
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).
Kesabaran adalah obat dari segala kesulitan. Dalam bersabar ada banyak bait-bait pertolongan Allah. Kadang sesuatu itu tak sejalan dengan apa yang kita harapkan, karena itulah Allah menyiapkan pahala tanpa batas bagi orang yang bersabar dan ikhlas.
Tertawan Dunia
Jika kita jauh dari syariat, pasti akan ada banyak maksiat yang kita dapat. Hanya saja, saat hukum Allah sampai padamu, selalu ada alasan untuk menunda, mengambinghitamkan hati yang belum siap. Padahal sebenarnya bukan hatimu yang belum siap, tetapi ragamu yang masih tertawan dunia. Ingatlah firman Allah bahwa dunia adalah kesenangan yang menipu.
Allah Swt. berfirman,
"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut : 64).[]
Barakallah.. Mbak Isma.. quote2 yg menjadi pengingat diri..
Barakallahu fiik mbak Isma. Tulisan yang bagus sebagai pengingat diri
Keren-keren bangeeet..
Barakallah
Masyaallah, jiwaku tercubit. Keren Mbak. Barokallahu fiik
Masyaallah, keren mb Isma Kim, quote-nya panen ini.
MasyaAllah tabarakallah quotenya banyak sebagai bahan muhasabah diri.. jazakumullahu khairan refleksinya mb Isma..
MasyaaAllah.. quote.nya banyak dan keren2..