Satu hal sebagai motivasi buatmu yang belum berhasil meraih juara, jangan ada kata menyerah terlebih dahulu sebelum mencoba.
Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Bianglala Aksara)
NarasiPost.Com-Seorang wanita mampu memikat lawan jenis dengan kecantikan dan akhlaknya. Panasnya takhta juga mampu memikat ribuan politisi untuk berebut kuasa. Pun demikian dengan NarasiPost.Com yang telah memikatku dengan pesona khasnya yang tak biasa. Salah satu daya pikatnya adalah rutin menyelenggarakan berbagai challenge untuk menjajal kreativitas para penulis ideologis di seluruh Indonesia.
Challenge juga memotivasi para penulis untuk meng-upgrade skill menulisnya, hingga piawai memainkan jemari demi menghasilkan karya-karya yang ciamik dan menggugah pembacanya. Pasalnya hanya karya yang baguslah yang mampu menghiptonis para juri. Satu hal yang sangat lekat dengan challengepersembahan NarasiPost.Com adalah reward-nya yang sangat berkilau. Saat tahu reward yang disiapkan, terkadang membuat jantung ikutan berdebar dan hati pun berbisik, "Semoga reward itu jatuh ke tanganku!". Mungkin bisikan hatiku ini mewakili harapan para peserta challenge ya.
Asam Manis Mengikuti Challenge
Aku menjadi satu dari puluhan bahkan ratusan para penulis yang ikut meramaikan challengeNarasiPost.Com. Challenge pertama yang aku ikuti adalah Challenge ke-4 NarasiPost.Com, tepatnya pada bulan Agustus 2021 lalu. Saat itu aku masih menjadi kontributor NP dan belum lama bergabung di rumah para penulis ideologis ini. Suatu hari setelah membaca pengumuman challenge, hatiku tergerak untuk ikut menjajal kemampuan menulisku, meski rasa tidak percaya diri masih membelenggu.
Dengan setengah kepercayaan diri, aku memasukkan satu naskah rubrik traveling yang berjudul, "Menapaki 'Kepingan Surga', Air Terjun Moramo". Ah, tak kusangka ternyata naskah yang menurutku biasa saja, berhasil mendapat peringkat ke-3. Melihat namaku ikutan "nongkrong" di deretan pemenang, rasanya masih tidak percaya. Ingin tahu bagaimana rasanya, jangan ditanya! Pasti senang sekali. Apalagi itu adalah challenge pertama yang aku ikuti dan menjadi pemenang ke-3 untuk pertama kalinya sejak aku "menjejakkan kaki" ke dunia literasi.
Sejak itulah, aku seperti "keranjingan" mengikuti challenge yang menurutku sangat menantang. Namun, tema-tema challenge yang menantang dan persaingan dari para penulis lain terkadang membuatku berpikir, mungkinkah aku mampu menaklukkan challenge NP? Ah, segera kutepis rasa tak percaya diri itu. Dengan bermodal bismillah, aku kembali mengikuti challenge yang tentu saja dipersembahkan oleh media dakwah NarasiPost.Com. Media yang memiliki tagline keren yakni, "Cerdas dalam Literasi Media, Bijak Menangkap Peristiwa Kunci".
Saat itu tepatnya tahun 2022, NP akan memperingati miladnya yang ke-2. Media kesayanganku dan banyak penulis lain ini kembali mengadakan challenge kepenulisan yang dipersembahkan untuk seluruh penulis ideologis. Bahkan, challenge kali ini melibatkan berbagai tim redaksi dari media lain. Sebagai bagian dari Tim Penulis Inti NP, aku diberikan kesempatan untuk mengikuti challenge dari kategori tim media.
Aku berkesempatan bersaing dengan tim redaksi dari berbagai media kepenulisan. Namun, kala aku harus bersaing dengan tim media lain, semua rasa tercampur menjadi satu. Apakah aku harus mencoba atau tidak? Mampukah aku bersaing dengan tim media lain? Atau haruskah aku nekat saja karena siapa pun tidak akan tahu hasilnya jika belum mencoba? Setelah berpikir dan menimbang, akhirnya aku putuskan untuk mengikuti dua kategori challenge, yakni kategori umum dan tim media.
Memetik Hasil
Dalam sebuah tantangan atau challenge, saat pengumuman adalah waktu paling dinanti dan tentu saja sering kali mendebarkan. Meski tak pasti menjadi pemenang, tetapi harapan mampu menghasilkan karya terbaik melalui challenge tentu selalu ada. Harap-harap cemas menempati relung hati siapa saja yang mengikuti challenge, termasuk aku. Aku pun berharap bisa memenangkan challenge. Namun, jika ternyata tak sesuai harapan maka aku tetaplah bersyukur. Setidaknya aku sudah mampu keluar dari zona nyaman untuk mengalahkan kamalasan, katakutan, dan ketidakpercayaan diri.
Malam pengumuman pun tiba. Aku perhatikan dengan teliti satu per satu nama-nama yang keluar sebagai pemenang. Mataku nyaris tak berkedip, khawatir ada yang terlewat dari pandangan. Rasanya itu seperti sedang mengedit naskah dan harus fokus pada satu titik, yakni tulisan. Alhamdulillah, tak pernah kusangka jika naskahku ada di deretan para pemenang.
Sebuah naskah berjudul "Risalah Cinta Untukmu sang Penegak Peradaban", berhasil menyabet juara ke-2 dari kategori umum. Satu naskah lainnya dari kategori tim media dengan judul, "Bertarung dengan Demokrasi", ternyata berhasil meraih juara pertama. Bahkan, di challenge ini, aku membuat satu naskah dari rubrik cerpen dengan judul, "Elegi Primbon". Bisa dibilang, aku bermodal nekat untuk menulis naskah cerpen yang memang berada di luar zona nyamanku. Sungguh tak menyangka sama sekali jika naskah cerpen pertamaku berhasil meraih juara ke-3. Terharu, senang, dan tidak percaya bercampur menjadi satu.
Beberapa challenge lainnya pun aku ikuti, seperti Challenge Valentine tahun 2022. Aku memasukkan satu naskah berjudul, "Infiltrasi Budaya Barat di Hari Maksiat", yang berhasil menjadi terbaik pertama dalam rubrik opini. Ada pula Challenge True Story tahun 2023. Naskahku yang berjudul "Antara Kritik dan Kesempurnaan Naskah" juga berhasil menjadi juara pertama. Meski begitu, ada juga naskah-naskahku di challenge lainnya yang tidak berhasil menang. Misalnya Challenge Rakastan Sinua dan Challenge ke-7 NarasiPost.Com.
It's oke! Bagi seorang pejuang challenge, menang dan kalah soal biasa. Menang tidak harus merasa di atas angin, kalah pun tak perlu membuat patah semangat. Menjadi peserta challenge saja merupakan pencapaian yang luar biasa. Setidaknya challenge menjadi pengingat buatku bahwa suatu kompetisi kadang bisa menang, tetapi juga bisa kalah.
Tak selamanya seseorang selalu berada di atas, sebagaimana tidak selamanya ia berada di bawah. Jika diibaratkan sebuah roda maka ia akan terus berputar. Satu hal sebagai motivasi buatmu yang belum berhasil meraih juara, jangan ada kata menyerah terlebih dahulu sebelum mencoba. Ingatlah, tidak ada orang yang bisa membaca apa yang akan terjadi di masa depan. Hari ini gagal, esok belum tentu.
Pemantik Semangat
Bagiku, challenge adalah pemantik semangat untuk mempersembahkan karya terbaik. Challenge juga bisa menantang diri sendiri untuk menulis di luar zona nyaman. Jika berhasil menjadi pemenang maka bersyukurlah, tetapi jika gagal maka tidak perlu kecewa dan bermuram durja. Masih ada kesempatan lain untuk mencoba lagi sembari memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang sudah dilakukan pada challengesebelumnya. Misalnya kesalahan di KBBI atau EYD yang membuat banyak peserta gugur oleh penilaian dewan juri.
Aku tak bisa memungkiri pula, selain tema-tema yang menantang dan bervariasi, reward yang disediakan juga menjadi salah satu pemantik. Reward-nya bukan kaleng-kaleng, bahkan bisa dibilang sangat istimewa. Kalau aku bilang, challenge dan reward NP itu ibarat satu paket yang diberikan khusus untuk para penulis ideologis. Di sisi lain, mengikuti challenge NP itu rasanya seperti percampuran asam dan manis. Kadang dilanda kebingungan tentang tema yang mau dipilih, kadang maju mundur karena kurang percaya diri, tetapi kadang kegirangan ketika namanya ikut berjajar di deretan pemenang.
Di atas semua rasa itu, beribu syukur dan terima kasih aku ucapkan untuk NarasiPost.Com dan Pemred NP Mom Andrea, yang senantiasa memberi semangat lewat challenge untuk para penulis ideologis. Bisa dibilang, challenge itu ibarat cas untuk meningkatkan daya dan semangat dalam menghasilkan karya terbaik. Jika menulis itu membuat hidupku terasa lebih berarti, mengikuti challenge membuat semangat menulisku terus menggelora.
Meski semangat pantang menyerah dalam mengikuti challenge, semoga aku dan para penulis lainnya tidak melupakan satu hal utama, yakni memikul amanah sebagai penulis ideologis. Penulis yang tak pernah bosan mengukir aksara demi terwujudnya peradaban Islam yang mulia. So, semangat dan seriuslah mengikuti challenge dan mengejar reward, sebagaimana semangat dalam mendakwahkan Islam lewat tulisan.
Bukanlah jiwa pejuang jika sudah menyerah sebelum berperang. Bukan jiwa pejuang pula jika baru gagal sekali langsung menyerah. Jika kita bersabar dan terus berbenah, yakinlah akan ada akhir yang indah. Bersabarlah dan terus berusaha, sebagaimana upaya dan kesabaran kaum muslim dalam menaklukkan Konstantinopel. Bukankah mereka terus mencoba dan berjuang sampai delapan kali dan menghabiskan sekitar 800 tahun lamanya? Lantas mengapa kita tidak mengikuti dan meniru semangat juang mereka?
Wallahu a'lam bishawab. []
Baraakallah Mbak, keren ❤️
Aamiin, wa fiik barakallah mb Wiwiek
Memang benar, kalau tidak mencoba, tidak tahu hasilnya. Kisahnya bagus dan menginspirasi. Barakallah mba.
Betul mbak Neni, intinya mencoba dulu.
Aamiin, wa fiik barakallah mbak.
Barakallah, kereen ❤️
Aamiin, wa fiik barakallah mbak Sherly
Masya Allah. Kapan ya bisa mengikuti jejak mba Tina.
Minimal, satu kali ajaa, menang Challenge. Mimpi dulu, boleh kan?
Barakallah mba @ Tina.
Naskahmu jadi inspirasiku
Hehe ... yang penting jangan menyerah dan terus belajar mbak. Kalaupun belum sampai juara, ya gak apa-apa. Juara bukan segala-galanya kok walau semua orang pasti ingin menang.
Semoga mb Atien bisa menang ya
Barakallah Mbak Tina yang super keren.. the real pejuang challenge ini mah.. and the winner too..
Aamiin wa fiik barakallah mb Dina.
Yang satu ini tak.perlu diragukan kebolehannya menaklukkan challenge bergengsi NP. Sementara aku yang penting ikut berlaga agar bisa ketularan keren seperti mereka.
Sukses selalu mba Sartinah
Betul bu, yang penting semangat dulu ya, pantang menyerah.
Syukran ya bu.
MasyaAllah, tulisan yg bagus, keren Mba Sartinah.
Syukran mbak. Ayo ikutan
Barakallah Mba Sar...
Aamiin, wa fiik barakallah mb Mila
MasyaAllah tabarakallah mb Sartinah
Aamiin, wa fiik barakallah mb Aya
Barakallah. Mbak Sartinah menang luar biasa. Sering sekali menyabet juara. Ingin sekali mengikuti jejak Mbak. Tapi terasa terengah-engah ini, maklum energi orang tua. He he
Tumben Mbak naskahnya tidak diselipi dalil?
Aamiin, wa fiik barakallah. Hehe ... soalnya di flyer gak ada ketentuan harus pake dalil untuk TS
Kalau motivasi memang ada ketentuan harus pake dalil.
Barokallahu fiik, Mbak
Dah jadi aja. Keren
Aamiin, wa fiik barakallah mb Afi. Ayo ditunggu TS-nya
Maayaallah tabarakallah semoga kelihaian tulisannya dan semangatnya menulari diriku ya mb Sartina. Aamiin . Suka baca naskah ini
Aamiin. Semoga besok mb Mimi ikutan menang ya.
Barakallah mba Sartinah.... Selalu semangaaat menaklukan challenge ...
Hehe ... semangat aku mah. Kalah dan menang sudah biasa. Wa fiik barakallah mb Rere.
Baarakallah pejuang challenge. Hehe. Aq juga pejuang challenge nih
Aamiin, wa fiik barakallah mb Dia. Udah ... duduk aja anteng di meja redaksi, gak usah ikutan chellenge, kasian pesertanya
Masya Allah, luar biasa ya, mbak Sartinah ini. Langganan menjadi pemenang. Baarakallaah, mbak.
Aamiin, wa fiik barakallah bu. Semoga ibu besok ikutan menang ya