Ngaso

Ngaso

Andai kita meyakini bahwa istirahatnya seorang mukmin adalah ketika kakinya telah menginjak taman surga, tentu kita tak ingin mengaso lama-lama, apalagi sampai mundur dari medan dakwah.

Oleh. Bedoon Essem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dalam laju kereta dakwah, tak bisa dimungkiri bahwa kita akan menemui banyak hal, suka duka, juga terjalnya medan. Seiring banyaknya capaian, pasti banyak pula kita dengar keluhan kegagalan. Tak jarang berbagai tikungan tajam yang mengakibatkan guncangan mengadang, juga naik turunnya lintasan semangat yang kadang sangat melelahkan. Suara gaduh sesama penumpang yang memecah konsentrasi, pun berbagai rintangan pelik yang menegangkan tak bisa dihindarkan sehingga menghambat laju kereta.

Segala daya upaya mungkin telah kita kerahkan. Tak jarang waktu ekstra pun kita curahkan. Jiwa yang bergelora bahkan kadang tak mampu diadang oleh letihnya raga. Atau sebaliknya, raga ini masih kuat, namun jumudnya gairah juang membuat setiap langkah yang diambil pun tak seimbang. Tak hanya itu, ketika faktor eksternal seorang pengemban dakwah seperti masalah ekonomi, keluarga, juga yang lainnya, yang seharusnya bisa kita kelola namun malah menjadi batu sandungan yang mematikan. Jika sudah begini, bisa jadi kita perlu istirahat sebentar. Kita butuh mengaso sejenak, kawan.

Karena seorang pengemban dakwah juga manusia. Alaminya ia akan mengalami masalah pasang surut keimanan. Saat iman di dada sedang naik, maka segala macam ketaatan akan begitu ringan dilakukan, termasuk dakwah. Kita semua sangat mengetahui, bahwa dakwah tak selalu lancar dan mulus. Terkadang atau bahkan sering akan kita temui tantangan juga hambatan. Rintangan-rintangan ini bisa datang dari internal kita maupun faktor eksternal. Namun, halangan itu akan mudah kita tepis dan kita singkirkan. 

Akan tetapi, berbeda dengan kondisi saat iman kita sedang terjebak di palung keterpurukan. Hal-hal kecil pun akan menjadi masalah besar. Hal-hal sepele akan menjadi penyebab utama kejengkelan yang akhirnya mengakibatkan langkah dakwah stagnan. Kebekuan iman ini tak sedikit memakan korban. Betapa banyak kita menemui saudara dalam perjuangan satu demi satu berguguran, tiarap, menyisih dan sembunyi, bahkan berbalik arah melarikan diri.

Jika dirasa girah juang mulai tumpul, maka tak ada salahnya kita berhenti sejenak. Akan tetapi bukan untuk meninggalkan dakwah dan malah nyaman dengan hilangnya tanggung jawab di pundak. Istirahat ini kita butuhkan untuk menyelami lagi lautan iman yang seakan surut. Istirahat ini kita perlukan untuk men-charge kembali baterai yang hampir mengering. Karena bisa jadi, langkah kita yang seakan hanya berjalan di tempat disebabkan karena tidak fokusnya kita terhadap makna perjalanan itu sendiri. 

Karena seiring berjalannya waktu, hal-hal yang istimewa pun akan terasa biasa dan membosankan. Tanpa kita sadari, makanan yang lezat dengan segala rempahnya yang didukung dengan penyajian yang menggoda akan terasa hambar dan memuakkan, jika setiap hari kita temui dan kita kecap. Begitu pula dengan dakwah, terkadang karena telah menjadi rutinitas sehari-hari akan timbul di dalam hati menganggapnya hal biasa atau bahkan timbul kejumudan dalam diri. Sehingga di dalam hati akan cepat merasa lelah tanpa alasan, yang tanpa disadari sedikit demi sedikit menggembosi semangat yang awalnya berapi-api.

Maka mengasolah sebentar, Kawan. Tujuannya pun bukan untuk meninggalkan aktivitas dakwah itu sendiri, tetapi harus ada nilai perenungan, evaluasi, juga resolusi di dalamnya. Karena terkadang kita butuh saat-saat tertentu di mana otot-otot tubuh yang tegang kembali rileks. Kita butuh mengendurkan urat-urat yang kaku, yang menguras stamina rohani dan jasmani, agar kembali bugar dan siap untuk berjuang kembali.

Dalam masa ngaso, kita butuh membuka kembali peta perjalanan dakwah kita. Melihat kembali capaian yang telah kita raih, mengevaluasi apa saja hal-hal yang menunda kesuksesan kita, juga membaca kembali kondisi medan tempur yang ingin kita taklukan. Maka di sinilah kita butuh konsentrasi sejenak. Bukan untuk meninggalkan gerbong kereta dakwah, tetapi untuk menyiapkan formula-formula, dan strategi baru. Karena tak selamanya perjuangan itu mengandalkan kekuatan otot juga kuatnya fisik, namun keahlian mengatur siasat pun turut menentukan setiap kemenangan yang diraih.

Tak hanya fisik yang harus rehat. Bahkan jiwa pun butuh ngaso. Jika istirahat fisik bisa dilakukan dengan tidur, atau rekreasi sejenak, maka istirahatnya jiwa adalah dengan menyegarkan kembali spirit idrak silah billah kita. Idrak silah billah adalah kesadaran kita akan hubungan kita dengan Sang Pencipta. Membangun kembali kesadaran bahwa kita hanyalah hamba-Nya. Karena bisa jadi kelesuan dalam menjalani aktivitas dakwah adalah imbas dari memudarnya hubungan ini. Sehingga aktivitas ketaatan yang kita lakukan menjadi standar dan tak bernilai, karena dilakukan dengan tanpa ruh.

Layaknya pernikahan, jika cinta tak dipupuk maka kehidupan rumah tangga pun akan terasa menyesakkan dada. Maka di sinilah perlunya memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Seorang pengemban dakwah juga wajib memperbaharui keimanannya. Sehingga apa yang ia lakukan semata-mata dilandasi kesadaran diri bahwa ia hanya seorang makhluk, yang wajib taat dan patuh pada Sang Khalik. Rasa cinta kepada Allah harus terus di-charge ulang, Teman. Dengan begitu, segala aktivitas yang kita persembahkan untuk-Nya pun akan terasa nikmat. Dan untuk mencapai kenikmatan itu kembali, kita membutuhkan istirahat sejenak. 

Mengapa istirahat itu harus sebentar? Karena memang dunia ini hanya sebentar, bukan? Jika kita habiskan waktu kita untuk istirahat, maka kita akan kehabisan waktu. Padahal dalam perjalanan ini, kita hanya harus mengumpulkan bekal untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman. Bagaimana bisa kita akan terus-terusan merebahkan diri untuk istirahat? Maka, penting bagi kita untuk kembali memahami hakikat kehidupan ini, sebelum kita salah mengambil langkah berikutnya. Ingatlah sebuah hadis Rasulullah riwayat Imam Ahmad, Al-Hakim, Abu Ya’la dan juga Ibn Abi Syaibah berikut,


مَا لِى وَلِلدُّنْيَا إِنَّماَ مَثَلِى وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ قَالَ فِى ظِلٍّ شَجَرَةٍ فِى يَوْمٍ صَائِفٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَها

"Tidak ada urusanku dengan dunia ini, sesungguhnya perumpamaanku dengan dunia ini semata layaknya seseorang yang berkendara menempuh perjalanan, lalu ia berhenti untuk berteduh di bawah pohon pada hari yang terik, kemudian ia beristirahat sejenak, setelah itu meninggalkan pohon itu untuk melanjutkan perjalanan."

Jika kau lelah, ngasolah. Tak apa untuk mengistirahatkan sejenak ragamu. Ngasolah sejenak untuk mengisi kembali stamina imanmu. Karena kita hidup di zaman di mana kita harus bekerja keras untuk tetap pada jalur ilahi. Dan inilah yang sedang kita perangi. Zaman di mana kebobrokan dipuja-puja. Berhentilah sejenak, untuk mempertajam intuisimu dalam membaca peluang dakwah. Istirahatlah sebentar saja, karena umat membutuhkanmu. Jangan terlalu lama ngaso,karena situasi perang ini tak menentu, dan musuh terus mengubah taktiknya. 

Meski sedang mengaso, kita pun juga harus tetap waspada. Teruslah perbanyak amunisi dengan zikir kepada Allah, agar Allah membantumu. Bukankah bicaranya seorang muslim adalah zikir, dan diamnya adalah muhasabah? Mengasolah sejenak. Untuk memperbaharui semangatmu. Isi kembali pasokan bekalmu untuk memulai taktik baru. Selami kembali telaga hatimu, hidupkan kembali cahaya keimanan di dasarnya yang gelap. Mintalah pertolongan kepada Allah untuk meneguhkan pijakanmu dalam iman. Karena berdiam diri sendiri lebih mudah digoda tanpa sadar.

Tak ada salahnya mengaso sebentar, karena hati kita butuh diisi dengan energi yang baru. Karena kita perlu membersihkan debu-debu yang melekat, yang kadang karena terlalu tebal sehingga menghambat pergerakan. Tak mengapa untuk rehat sejenak, Kawan. Yang penting kita jangan sampai terlena, menganggap rehat itu untuk selamanya. Maka dalam rehat itu terus gaungkan dan tancapkan komitmen untuk terus istikamah dalam perjuangan. Dan ketika tiba saatnya kau untuk kembali bangkit, pendarkanlah semangatmu agar tak hanya kau yang bangkit, namun kami juga bangkit.

Sungguh, andai kita selalu meyakini bahwa istirahatnya seorang mukmin tak lain adalah nanti ketika kakinya telah menginjak taman surga, tentu kita tak ingin mengaso lama-lama, apalagi sampai mundur dari medan dakwah. Namun begitulah manusia, mudah tergoda hal-hal fatamorgana. Terlena dengan yang sementara dan mengabaikan yang selamanya. Padahal Allah telah berfirman di dalam Al-Quran surah Al-Ahqaf ayat 13, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami adalah Allah," lalu mereka tetap istikamah, maka tidak ada rasa khawatir pada diri mereka, dan mereka tidak (pula) bersusah hati."
Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Bedoon Essem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Challenge NarasiPost.Com, Menyemai Benih Literasi
Next
Paket Cinta Persembahan NP
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

11 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
10 months ago

Eh, aku baru pertama kali dengar istilah ngaso.. Bener, jangan terlalu lama ngaso karena musuh terkadang tidak tidur untuk memikirkan cara agar menyesatkan kaum muslim dari jalan yang benar....

Firda Umayah
Firda Umayah
10 months ago

Ngaso is leren sedilut

Wiwik Hayaali
Wiwik Hayaali
10 months ago

Ngaso sejenak sangat perlu, karena untuk melakukan hal besar butuh jiwa, raga, dan pikiran yang sehat.

Deena
Deena
10 months ago

Ngasonya sebentar.. terus lanjut lagi..

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
10 months ago

MasyaAllah ngaso disik, untuk kembali melanjutkan perjalanan dakwah. Sangat menarik tulisan ini, barakallah.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
10 months ago

Ngasonya jangan lama2 ya, cukup merebahkan diri sejenak, lalu bersujud yg panjang, minta dikuatin punggung ini.

Atien
Atien
10 months ago

Benar banget. Rehat sesaat agar bisa melepaskan rasa penat. Kita boleh ngaso tapi jangan kelamaan. Takutnya diri terlena dan melupakan kewajiban. Barakallah mbakku,

Sartinah
Sartinah
10 months ago

Betul mbak, manusiawi ya ketika kita merasa jenuh, bosan, dan lelah pada saat-saat tertentu. Yang penting ngaso-nya jangan kebablasan ya, bisa bahaya, hehe ...
Barakallah.

Aya Ummu Najwa
Aya Ummu Najwa
10 months ago

Seringnya kalau udah ngaso suka lupa waktu, malas bangkit lagi..

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
10 months ago

Masya Allah. Baarakallaah mbak

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
10 months ago

Ngaso sepertinya nggih Mbak, sekadar mengisi amunisi. Masyaallah pengingat juga ini. Keren. Barokallahu fiik

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram