Inilah keluarga pembela Islam yang siap mempertaruhkan nyawa untuk Islam dan menjadikan kemuliaan akhirat sebagai tujuan hidupnya.
Oleh. Neneng Sri Wahyuningsih
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Beberapa waktu silam, beredar video dari Palestina yang memperlihatkan betapa bahagianya seorang ibu mendapati delapan anaknya syahid saat melawan kekejaman Israel. Tak henti-hentinya ibu ini memanjatkan rasa syukur kepada Rabb-nya. Tak sedikit pula warganet yang kagum atas sikapnya.
Jika kita lihat, anak-anak keturunan Palestina ini tidak merasa takut meski harus menghadapi hujan bom di mana-mana dan hampir setiap hari. Mereka berani dan tak takut mati seolah memiliki banyak nyawa. Karakter orang Palestina yang pemberani, keras, dan teguh pendirian agar tidak semena-mena ditindas oleh musuhnya ini tentu tidak melekat begitu saja. Namun ada peran orang tuanya yang menanamkan jiwa ksatria pada mereka.
Mengikuti Jejak Al-Khansa
Teringat dengan kisahnya salah satu shahabiyah yang dijuluki sebagai ibu para syuhada yakni Al-Khansa. Beliau memiliki empat anak. Ketika mereka sekeluarga sudah masuk Islam, hidupnya hanya untuk Islam. Al-Khansa selalu menyemangati anak-anaknya untuk bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Islam. Ia pernah berkata, “Wahai anak-anakku! Kalian semua masuk Islam secara taat, tanpa ada tekanan dari siapa pun. Kalian sendiri yang telah memilih hijrah. Demi Allah yang tidak ada lagi Tuhan selain-Nya, kalian semua adalah laki-laki yang berasal dari satu wanita. Jangan kamu permalukan ayah, bibi, saudara, dan garis keturunanmu. Kalian semua telah mengetahui betapa besar pahala yang akan diberikan Allah kepada orang-orang yang memerangi orang-orang kafir. Ketahuilah kalian semua! Bahwa kehidupan akhirat lebih utama dibandingkan kehidupan dunia”.
Nasihat-nasihat ibunya ini menghunjam dalam dada keempat anaknya. Atas izin Allah, dalam peperangan Qadisiyah, anak-anak Al-Khansa semuanya syahid. Mendengar kabar anaknya gugur, tidak membuat Al-Khansa sedih, tetapi sebaliknya ia justru mengucapkan syukur kepada Sang Khalik. Ia berharap kelak bisa dikumpulkan lagi dengan keempat anaknya di surga. Sungguh luar biasa. Inilah keluarga mulia, keluarga pembela Islam. Siap mempertaruhkan nyawa untuk membela Islam dan menjadikan kemuliaan akhirat sebagai tujuan sekaligus poros hidupnya.
Memiliki anak berjiwa ksatria dan siap menjadi garda terdepan membela Islam tentu tidaklah mudah. Apalagi kondisi saat ini, islamofobia masih menjangkiti generasi muda salah satunya melalui lagu. Terkadang karena suka dengan liriknya yang enak didengar, akhirnya mereka lupa dengan nilai tersembunyi yang hendak ditanamkan pada jiwa mereka. Lantas mungkinkah saat ini keluarga muslim mampu mencetak generasi pembela Islam? Upaya seperti apa yang harus dilakukan agar memiliki keturunan seperti anaknya Al-Khansa?
Pembela Islam
Sejatinya memperjuangkan Islam dan keterlibatan kita di dalamnya merupakan sebuah konsekuensi atas keimanan kita kepada Allah Swt. Oleh karena itu, seorang muslim tidak akan pernah melepaskan dirinya dari perjuangan Islam kecuali setelah nyawanya terpisah dari tubuhnya.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencetak generasi pahlawan Islam di antaranya:
Pertama, menanamkan keimanan yang kokoh sejak dini. Mengenalkan siapa pencipta kita sedari dalam kandungan. Kemudian terus diulang-ulang ketika sudah lahir. Mungkin saat bayi, mereka tidak langsung merespons. Akan tetapi,mereka akan menyimpan dalam memorinya. Mengenalkan Rabb pada anak ini merupakan tanggung jawab orang tuanya.
Di samping itu juga penting untuk mengenalkan siapa Rasul-Nya. Baginda Nabi Muhammad saw. yang membawa risalah Islam, membawa dunia dari kegelapan menuju terang benderang. Mengenalkan sosok beliau bisa melalui sirah sehingga anak-anak mengetahui bagaimana perjuangan Rasul-Nya saat menyampaikan Islam, menerapkannya dalam sebuah institusi, dan membela Islam ketika ada serangan dari musuh-musuhnya.
Ketika mereka sudah kenal, maka akan tumbuh rasa cinta. Cinta inilah yang menjadi modal untuk mendorong mereka mengikuti perkara yang diperintahkan Allah Swt. dan dicontohkan Rasulullah. Selain itu, ketika ajaran Islam dihina atau Rasulullah saw. dinistakan, mereka akan berada di barisan pertama untuk membelanya.
Fondasi keimanan sudah seharusnya ditanamkan sejak dini agar lebih mudah mengarahkannya dan lebih mengkristal dalam jiwanya. Hanya saja, ketika kondisi anaknya sudah beranjak besar, maka jangan berkecil hati. Mulailah untuk mengenalkan dan menanamkan keimanan ini pada mereka. Mungkin akan berbeda responsnya tetapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Cobalah untuk mengaitkan dengan aktivitas yang dekat dengannya. Perlahan namun tetap berprogres. Tidak ada kata terlambat untuk memulainya.
Kedua, sejak dini mengenalkan syariat Islam, adab, dan akhlak mulia. Islam bukanlah agama yang tanpa aturan. Allah Swt. telah menurunkan aturan kehidupan secara lengkap. Terikat pada aturan ini merupakan bentuk pembuktian atas keimanan kita pada Allah Swt. Sehingga tidak boleh memilih aturan sesuai dengan selera kita.
Saat kecil dikenalkan bertahap terkait syariat-Nya. Berharap ketika beranjak dewasa ia akan terikat dengan semua aturan-Nya dengan kesadarannya sendiri bukan karena paksaan ataupun hanya sebatas mengikuti kebanyakan orang. Termasuk di dalamnya saat membela Islam, ia melakukannya karena bentuk keimanannya pada Allah Swt.
Ketiga, melatih anak untuk berpikir benar. Seiring bertambahnya usia anak, maka kemampuan akal untuk proses berpikir pun akan semakin sempurna. Ajak anak untuk senantiasa menggunakan akalnya. Berpikir sebelum bertindak agar tidak terhipnotis dengan pemikiran di luar Islam yang seolah menyenangkan, padahal menyengsarakan.
Terlebih, saat ini dengan semakin canggihnya teknologi sehingga berbagai informasi bebas berkeliaran. Tidak menutup kemungkinan anak-anak kita pun terwarnai olehnya. Maka, dengan dilatih untuk berpikir benar inilah anak akan mampu membedakan mana yang harus diambil atau tidak sesuai kacamata syariat.
Keempat, memahamkan anak untuk menjadikan dakwah sebagai poros hidup. Dakwah dalam menyebarkan dan memperjuangkan Islam bukanlah sebuah pilihan, melainkan kewajiban dari Allah yang harus dilaksanakan. Allah Swt. memerintahkan kita untuk melakukan amar makruf nahi mungkar (QS. Ali Imran [3]: 104). Berbahaya ketika menganggap dakwah sebagai perkara pilihan. Hal ini dikarenakan akan dilakukan ketika menyenangkan atau memberikan manfaat baginya dan akan ditinggalkan ketika menyulitkan hidupnya.
Orang tua bisa menyampaikan dan menggambarkan bahwa sejatinya ketika manusia hidup pasti akan dihadapkan dengan kemudahan dan kesulitan. Baik dirinya menjadikan dakwah sebagai poros hidup ataupun tidak. Yakinlah bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang telah menolong agama-Nya (QS. Muhammad [47]: 7).
Kelima, memberikan contoh bagi anak. Anak-anak akan meniru aktivitas yang dilakukan orang tuanya. Meski kita ketahui bahwa tidak ada jaminan orang tua pejuang Islam memiliki anak yang berjuang juga dalam Islam. Hanya saja sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan contoh yang baik sesuai syariat-Nya termasuk menjadi pembela Islam.
Orang tua juga bisa menerapkan standar Islam ini dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Misalnya, selalu melakukan aktivitas yang diridai Allah Swt. Selain itu, menjadikan Islam sebagai rujukan dalam berdiskusi. Dengan terus mendekatkan Islam dalam kehidupan mereka, maka mereka akan merasa bangga dengan agamanya yang memiliki kesempurnaan. Di samping itu, akan tumbuh kesadaran pada dirinya untuk ikut menyebarkan dan membelanya.
Keenam, mendekatkan diri kepada Allah Swt. Terjun dalam membela Islam bukan layaknya berseluncur di perosotan yang mulus, melainkan pasti akan ada onak dan duri yang harus dilalui. Ketika kita mendekatkan diri pada Allah, yakinlah Allah pun akan mendekat pada kita dan akan menurunkan pertolongannya.
Rasulullah saw. bersabda, ”Pada setiap malam, Tuhan kami Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman, ‘Siapa saja yang berdoa kepada Diri-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa saja yang meminta kepada Diri-Ku, Aku akan mengabulkan permintaannya. Siapa meminta ampunan kepada Diri-Ku, Aku pun akan mengampuninya." (HR. Al-Bukhari Muslim)
Aktivitas mendekatkan pada Allah Swt. ini bisa dilakukan bersama-sama antara orang tua dan anak-anak misalnya melaksanakan salat sunah, saum sunah, berzikir, berdoa dan muhasabah. Demikianlah langkah-langkah yang harus dilakukan agar kita memiliki generasi pembela Islam. Bukan suatu hal yang mustahil untuk mewujudkannya meski hidup di era saat ini. Teruslah bersungguh-sungguh dalam mengupayakannya dan selalu meminta pertolongan dari Allah Swt.
Kejayaan Islam akan tegak kembali dengan atau tanpa kehadiran kita dalam memperjuangkannya. Maka bersiaplah wahai ibu untuk menjadi Al-Khansa’ masa kini yang bisa mencetak generasi para pejuang Islam. Generasi yang siap menjadi garda terdepan membela Islam.
Wallahu a'lam bishawab.[]
keluarga dan lingkungan yang baik, membuat anak-anak Palestina memiliki akidah yang kokoh...
Sampai sekarang pun saya masih berusaha membangun keluarga seperti keluarga Al Khansa dan orang-orang saleh lainnya. Yassarallah umuronaa ya Allah. Aamiin
Sama Mba. Semoga Allah mampukan kita untuk bisa mencetak generasi layaknya anak2 Al-Khansa ya. Aamiin
Masyaallah.. tabarakallah..
Salah satu sosok yg menjadi inspirasi muslimah
Waafiik Barakallah mba. Inspirasi kita semua
MasyaAllah, pelajaran berharga
Yup, Bu juri
MasyaAllah tabarakallah Mbak ❤️
Naskahnya keren, begitu tangguh para Ibu pejuang Islam. Ini menjadi motivasi untuk para ibu di dunia agar menjadi ibu yang memiliki keteguhan iman, ketangguhan jiwa.
Waafiik Barakallah mba
Masyaallah, barakallah mbak Neneng. Luar biasa keteguhan para ibu di masa Islam ya. Para ibu wajib mencontoh mereka, walau mungkin tak akan sama dan tak mudah.
Waafiik Barakallah mba
Iya betul, jadi teladan untuk kita semua
Masyaallah, luar biasa keteguhan para ibu di masa Islam ya. Para ibu wajib mencontoh mereka, walau mungkin tak akan sama dan tak mudah. Apalagi kondisi saat ini yang jauh dari suasana islami.
Masyaallah. Seorang ibu yang berjiwa pejuang akan mampu mencetak generasi yang berjiwa pejuang juga. Barakallah mba@Neneng , naskahnya menginspirasi para ibu di luar sana. Keren uey
Waafiik Barakallah mba
MasyaAllah benar mb, kokohnya keimanan seorang ibu..sering juga menjumpai teman2 yang beraktivitas dakwah namun hanya untuk diri sendiri anaknya tak dikenalkan apalagi diajak pada aktivitas orang tuanya..miris
Iya ya mba. Padahal meski mereka masih kecil ga ada salahnya utk dikenalkan dgn aktivitas dakwah
Tidak mudah menjadi ibu dengan kualitas seperti Al-Khansa. Terlebih saat ini, ketika godaan dunia tiada hentinya.
Betul godaannya sungguh luar biasa darimana-mana
Masyaallah memang tidak mudah saat ini membentuk anak-anak berjiwa ksatria. Tetapi, pasti ada jalan jika kita sudah berazam. Bravo. Tulisannya melekat semangat saya sebagai Ibu. Barokallahu fiik, Mbak
Betul mba. Klo kita mau berusah sungguh-sungguh, insyaa Allah terwujud