Menempa Diri Menjadi Muslim Sejati

Muslim sejati

Berdakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam merupakan sebuah refleksi amalan muslim sejati.

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti 
NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا ادۡخُلُوۡا فِى السِّلۡمِ کَآفَّةً ۖ وَلَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّيۡطٰنِ‌ؕ اِنَّهٗ لَـکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208)

Duhai, ayat di atas amat terang bagi segenap muslim yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Betapa Allah Swt. memerintahkan orang yang beriman untuk masuk Islam secara kaffah (keseluruhan). Artinya, wajib bagi tiap muslim untuk menerapkan Islam dalam tiap helaan napas, derap langkah, dan simfoni kehidupan di muka bumi ini. Lebih dari itu, pelaksanaan ayat ini bisa berdampak pada seorang muslim untuk menjadi muslim sejati.

Bangga Menjadi Muslim

Potret kehidupan saat ini memang terpisah zaman dengan potret kehidupan Rasulullah saw. dan para sahabat. Namun, risalah Islam akan terus mekar di setiap lembaran masa hingga hari kiamat. Sebuah kepastian dan keniscayaan hanya Islam agama yang diridai dan menjadi rahmat.

Dewasa ini, islamofobia sepertinya telah menjadi pandemi. Betapa banyak ruang kebebasan bertakhtakan Hak Asasi Manusia (HAM) mengebiri Islam, ajarannya, dan kaum muslim secara bertubi-tubi. Banyak nian kaum muslim yang gerah dengan ajaran Islam yang bersumber dari Ilahi. Status muslim seakan menjadi beban triliunan ton yang terus mengintai.

Hal itu tentu saja bukan tanpa sebab yang tak bisa ditelusuri. Ruang kehidupan publik dan individu kini tenggelam dalam mantra kapitalisme yang diembuskan tiada henti. Mantra kapitalisme mengebiri fungsi akal kaum muslim dengan ide-ide keji. Akidah sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara menjalar di setiap pori-pori.

Potret kaum muslim zaman now tak ubahnya seperti masyarakat jahiliah sebelum datangnya Islam, mungkin keadaannya lebih tragis. Syahdan, mengubur bayi perempuan hidup-hidup di masa jahiliah amatlah sadis. Saat ini, bayi laki-laki ataukah perempuan sudah dihabisi ketika belum sempat melihat dunia dan belum sempat menangis.

Masih banyak kemaksiatan semisal masa jahiliah yang bertebaran. Kaum muslim yang teracuni ide sekularisme sudah tak peduli dengan halal dan haram. Segala bentuk kemaksiatan justru menghantui kehidupan. Kaum muslim benar-benar teperdaya mantra kapitalisme yang berasaskan manfaat dengan pandangan khas bahwa kebahagiaan diukur dengan gemerlapnya penghargaan, banyaknya cuan, dan langgengnya jabatan.

Zina dan riba turut mewarnai potret kehidupan muslim zaman now yang penuh derita. Tak dimungkiri, kebebasan berekspresi mendorong kaum muslim bergaul ke mana suka tanpa melihat rambu-rambu agama. Sungguh, tak layak bukan? Lantas kebebasan berkepemilikan tak jauh beda. Dengan kebebasan itu, kaum muslim berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan tanpa tahu sumber dan cara yang dinilai Sang Pencipta. Kebebasan berpendapat menjadikan individu muslim berbicara sesuka hati tanpa memikirkan apakah perkataannya itu baik atau buruk dalam pandangan Zat Yang Maha Mengatur semesta. Kebebasan beragama membonsai pemikiran sampai tak mampu membedakan yang hak dan batil, bahkan memandang semua agama itu sama. Fenomena keluar masuk agama Islam menjadi budaya laten yang tak bisa dihentikan seketika.

Perilaku muslim zaman now justru tak mencerminkan sebagai seorang muslim. Potret buram nan usang membingkai kehidupan yang sudah berantakan. Apalagi penguasa muslim tak memiliki kejelasan kebijakan, maksudnya kebijakan yang dibuat sudah bertuan, tetapi tidak bertuhan. 

Aduhai, buruk nian kaum muslim jika demikian. Masih banyak potret yang bertabur dengan kerusakan dan kemaksiatan. Hanya segelintir muslim yang paham akan hakikat kehidupan. Segelintir pula yang terus berjuang untuk mengembalikan kemuliaan manusia dalam kehidupan Islam dan senantiasa larut dalam keistikamahan. 

Sihir dan mantra kapitalisme berhasil meniadakan konsekuensi keimanan dalam sebagian besar kaum muslim, termasuk dari jiwa penguasa muslim. Aturan Islam dianggap hanya naskah kuno yang tinggal sejarah dan dianggap tidak relevan dengan kemajuan zaman. Sistem busuk inilah yang menciptakan potret kaum muslim abal-abal dengan segala kemaksiatan yang dilazimkan. 

Syahdan, betapa banyak muslim yang menanggalkan predikat muslimnya. Islam hanya menjadi pelengkap di KTP. Nuansa religius ada di bulan suci Ramadan semata. Rasa bangga menjadi muslim seakan jauh dari kaum muslim itu sendiri. Padahal, Allah telah menetapkan Islam agama yang benar dan diridai-Nya. Rasa bangga menjadi muslim kian tenggelam dan berkubang di palung kehancuran saat syariat Islam ditinggal dan enggan diterapkan dalam kehidupan.

Kaum muslim seharusnya bangga dipilih Allah terlahir menjadi muslim ataupun menjadi mualaf dan akhirnya menjadi bagian kaum muslim. Kenapa harus bangga? Sebab Islam agama yang benar dan diridai. Selain itu, kaum muslim diberi gelar oleh Allah sebagai khairu ummah atau umat terbaik. Sebagaimana firman Allah Taala,

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ


"Kalian adalah umat terbaik yang keluar menuju manusia, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran: 110)

Menjadi Muslim Sejati Bukan Sekadar Mimpi

Meski potret kehidupan kaum muslim jauh dari kebaikan, sedikit saja yang sadar akan pentingnya perubahan, tetapi bercita-cita menjadi muslim sejati tentu bukanlah sekadar mimpi saat tidur di malam hari. Muslim sejati bisa diraih siapa pun, kapan pun, dan di mana pun saat ia bersungguh-sungguh melebar jiwanya dengan syariat Islam. Muslim sejati akan merelakan tiap hela napasnya berkontribusi di jalan Allah untuk mewujudkan kehidupan Islam seorang muslim sejati akan berlomba-lomba dalam kebaikan dan menolong agama Allah agar menjadi mercusuar peradaban. Sosok muslim sejati adalah muslim yang meraih predikat takwa di hadapan Sang Pencipta alam.

Seorang muslim seyogianya berupaya menjadi muslim seutuhnya dengan memperhatikan mandat Ilahi. Masuk Islam secara keseluruhan tak akan bisa direalisasikan jika seorang muslim menerapkan dan mengamalkan Islam setengah hati. Bekal potensi akal harus dioptimalkan dalam menelusuri, memahami, dan menapaki jejak di muka bumi. Konsekuensi keimanan harus terus dijadikan pakaian agar tetap berhati-hati dalam beramal karena setiap perbuatan akan dibalas di keabadian nanti. Allah Swt. berfirman,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula." (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Seorang muslim sejati akan menata visi, misi, dan langkahnya menuju surga. Seluruh aktivitas yang ditegakkan akan bersandar pada rasa takwa. Segenap asa dan pinta akan berjalan selaras dengan ikhtiar lillah di kehidupan nyata. Seluruh alunan kehidupan berdendang dalam ihsanul amal agar setiap perbuatan tak sia-sia. Upaya menerapkan Islam secara kaffah terus digelorakan ke setiap relung jiwa. Sehingga menjadi muslim sejati bukanlah mimpi belaka.

Menjadi muslim sejati tentu harus berada di lingkungan yang menjadikan syariat Islam sebagai napas kehidupan, baik di lingkungan individu, masyarakat, ataupun negara. Dengan kata lain, penerapan syariat Islam di seluruh aspek kehidupan haruslah ada di tengah-tengah kaum muslim. Berikut beberapa hal yang harus ditempuh muslim agar menjadi muslim sejati:

Pertama, kaum muslim harus paham hakikat hidup. Saat muslim paham hakikat hidup, ia akan mampu mengarungi kehidupan sesuai dengan ketetapan misi penciptaan. Dia akan paham dari mana ia berasal, untuk apa hidup di dunia, dan akan ke mana setelah hidup di dunia. Hakikat hidup ini akan membimbing seorang muslim untuk beramal sesuai pandangan Allah.

Kedua, kaum muslim harus paham akan Islam. Hal ini sangat penting agar kaum muslim tak mudah dibodohi oleh sistem kapitalisme atau sistem lain yang dibuat oleh manusia. Memahami Islam berarti ia harus mengkaji ilmu Islam yang hukumnya adalah wajib ain. Kajian Islam ini akan mendorong kaum muslim terikat dengan Islam saat beramal.

Ketiga, kaum muslim harus menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan Islam secara menyeluruh menjadi sebuah keniscayaan. Hanya saja penerapan Islam di seluruh aspek kehidupan secara kaffah tak bisa dilakukan seorang diri. Penerapan aturan Islam butuh institusi negara dalam pelaksanaannya. Sayang beribu sayang, negara saat ini tak melirik syariat Islam sama sekali untuk dijadikan sebagai aturan kehidupan. Oleh karena itu, kaum muslim harus mengupayakan penerapan syariat Islam secara kaffah dengan melakukan dakwah ke tengah-tengah umat dan penguasa muslim. Terlebih lagi, dakwah juga sebuah kewajiban bagi tiap-tiap muslim.

Berdakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam merupakan sebuah refleksi amalan muslim sejati. Kerinduan akan hidup di bawah naungan Islam juga menjadi ciri muslim sejati. Jalan perjuang dengan menapaki metode dakwah Rasulullah saw. merupakan bukti bahwa seorang muslim adalah muslim sejati.

Penutup

Menjadi muslim sejati bukan sekadar mimpi. Muslim sejati adalah muslim yang terus peduli dengan kondisi umat Islam saat ini. Tak sebatas itu, kaum muslim sejati akan mencari solusi atas seluruh persoalan kehidupan yang menghampiri. Solusi nyata itu adalah komitmen perjuangan dalam dakwah untuk mengubah tatanan kehidupan yang rusak dan bersumber dari manusia menjadi sistem Islam yang berasal dari wahyu Ilahi. Melanjutkan kembali kehidupan Islam dalam sebuah institusi negara menjadi hiasan amal untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Walahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Refleksi Hari Ibu, Perempuan Berdaya, Generasi dalam Bahaya
Next
Challenge NP: Mood Booster for Literacy Fighter!
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

20 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
9 months ago

Bener Mba, muslim sejati tidak boleh pasif, harus selalu aktif dalam menyuarakn kebenaran,, amar makruf nahi munkar...

Firda Umayah
Firda Umayah
9 months ago

Barakallahu fiik mbak Afiyah. Tulisannya sangat khas.

Deena
Deena
9 months ago

Barakallah.. mbak Afi..
Ini menjadi pengingat untuk selalu berusaha menjadi muslim sejati.. sampai nanti..

Atien
Atien
9 months ago

Muslim sejati, harus memperjuangkan syariat Islam sampai kepada terwujudnya sebuah institusi agar problematika umat segera mendapatkan solusi yang hakiki.
Barakallah mba @Afiyah.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Atien
9 months ago

Aamiin, wafiik barokallah

Inggih, Mbak
Solusi hakiki hanya dengan
Institusi Khilafah Islamiyah

Erdiya Indrarini
Erdiya Indrarini
9 months ago

Muslim sejati, bangga berislam secara kafah
Barakallah Mbak Afi ♥️

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Erdiya Indrarini
9 months ago

Aamiin
Wafiik barokallahu Mbak

Sherly
Sherly
9 months ago

Diksinya selalu unik dan keren, cikgu

Yes, bangga menjadi muslim sejati ❤️

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Sherly
9 months ago

La hawla wala quwwata illa billah, diksi tulisan pada umumnya, Teh.

Harus bangga dong jadi muslim sejati

Novianti
Novianti
9 months ago

Jangan jadi muslim kaleng-kaleng. Ngaku-ngaku tetapi tidak tahu apa-apa tentang Islam. Padahal selamat di dunia artinya paham hukum berkaitan dengan yang dilakukan.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Novianti
9 months ago

Top, jangan jadi muslim kaleng-kaleng

Sartinah
Sartinah
9 months ago

Masyaallah, seorang muslim memang harus jadi muslim sejati ya, agar keberadaannya di dunia tidak sekadar untuk hidup, tapi ikut memperjuangkan Islam. Barakallah mbak Afi.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Sartinah
9 months ago

Aamiin, wafiik barokallah, Mbak

Bedoon Essem
Bedoon Essem
9 months ago

MasyaAllah tabarakallah pengingat yang luar biasa..miris memang kaum muslim saat ini banyak yang malu dengan identitas muslimnya

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Bedoon Essem
9 months ago

Identitas muslim seakan sesuatu yang memalukan nggih, Mbak

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
9 months ago

MasyaAllah, memotivasi luar biasa.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Isty Da'iyah
9 months ago

La halaman wala quwwata illa billah, cambuk bagi saya, Mbak

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
9 months ago

Setuju Mba Afi, seorang muslim sejati selalu ada dalam sanubari menjalankan aktivitas kehidupan mesti sesuai hukum syariat. Tak boleh abai dan tak boleh memilih-milih hukum Allah Swt. Semua syariat Islam mesti dijalankan dan diterapkan secara sempurna

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
Reply to  Dewi Kusuma
9 months ago

Inggih, Bunda. Leres

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram