Membiasakan hidup dengan rasa syukur bisa dimulai pada hal-hal kecil dalam hidup. Kebiasaan ini dapat menciptakan fondasi kebahagiaan yang tahan lama
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bahagia itu sederhana, bisa menulis dan berbagi pemikiran. Bagi kebanyakan orang, kebahagiaan sering kali dihubungkan dengan keberlimpahan harta atau materi. Ada seorang pengusaha yang berkelakar, jika uang belum bisa membuat seseorang bahagia, itu berarti uangnya belum banyak. Ada benarnya kelakar tersebut, namun nyatanya kebahagiaan tidak selalu bisa dibeli dengan uang. Kebahagiaan yang sesungguhnya sering kali tumbuh dari rasa syukur seseorang, bukan dari seberapa banyak harta yang dimilikinya.
Dengan aktivitas menulis, saya bersyukur diberikan Allah Swt. akal dan pikiran, hati dan perasaan, juga kesehatan dan waktu luang. Teringat sabda Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadisnya, "Ada dua hal yang manusia mudah tertipu di dalamnya, yaitu ketika diberikan nikmat sehat dan waktu luang." (HR. Bukhari)
Memang tidak mudah menghadapi realitas kehidupan di sistem kapitalisme seperti sekarang ini. Saat segalanya harus dibeli dengan uang, sementara harga-harganya mahal. Orang terpaksa pontang-panting untuk mendapatkan uang. Di negeri yang mayoritas muslim, namun masih alergi dengan aturan syariat Islam. Segala sesuatunya dinilai dengan materi atau uang.
Syariat Islam yang harusnya menjadi solusi berbagai macam persoalan hidup, dipandang sebagai aturan yang menakutkan. Mereka yang islamofobia memandang agama sekadar kebutuhan pribadi, sehingga agama hanya di tempatkan pada sudut ruang sunyi kehidupan.
Mereka yang belum memahami Islam secara kaffah, menganggap pengamalan syariat sebatas hidangan prasmanan yang diambil yang disukai saja. Jika ada perkara haram, namun belum bisa meninggalkannya seolah cukup dengan berdalih, amalkan semampunya. Tentu, ini salah kaprah karena mengerjakan semampunya adalah dalil untuk perkara yang sunah, untuk yang haram harus ditinggalkan seluruhnya.
Dalam hal ini, memaknai kebahagiaan bukan sebatas terpenuhinya pemuasan kebutuhan fisik tanpa mengindahkan perkara halal dan haramnya. Nilai kebahagiaan dalam syariat Islam adalah diperolehnya keridaan Allah Swt. Artinya rida atas adanya aturan halal dan haram. Mereka yang terjaga dari perkara yang haram adalah bagian dari sikap syukur yang harus dimiliki oleh seorang muslim.
Mencari Kebahagiaan Hakiki
Rasa syukur adalah sikap menerima atas segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt., baik berupa nikmat kehidupan dengan segala fasilitasnya, maupun nikmat diberikannya aturan hidup, berupa syariat Islam. Mereka yang rida dengan aturan Islam akan menjadikan halal dan haram sebagai standar perbuatannya, makna kebahagiaannya ketika Allah meridainya.
Bagi seorang muslim, segala sesuatu yang Allah berikan adalah kebaikan, jika diberikan kenikmatan maka ia bersyukur, sebaliknya diberikan ujian hidup ia akan bersabar. Syukur dan sabarnya itu merupakan sikap akhlak yang baik bagi seorang muslim.
Seseorang akan menemukan kebahagiaan dengan rasa syukurnya. Pun dengan kesabarannya juga menjadikannya bahagia karena akan mampu melewati berbagai ujian kehidupan. Mereka yang selalu bersyukur akan menemukan keindahan dalam hal-hal sederhana. Mereka bisa menikmati matahari terbenam, meskipun tahu malam akan gelap, aroma kopi di pagi hari, atau pelukan keluarga dengan penuh syukur, tanpa harus terpaku pada keberlimpahan materi.
Rasa syukur membawa seseorang untuk menghargai apa yang sudah dimiliki, membangun fondasi kebahagiaan yang tak tergoyahkan oleh fluktuasi kekayaan materi. Orang yang merenungi keberuntungan dalam hidupnya sering kali memiliki kebahagiaan yang lebih tahan lama dan mendalam.
Masyarakat yang hidup dengan rasa syukur sering kali membawa energi positif ke dalam interaksi sosial. Mereka lebih cenderung berbagi kebahagiaan dengan orang lain dan membangun hubungan yang kuat berdasarkan nilai-nilai positif, bukan sekadar harta benda. Rasa syukur bukan hanya tentang menghargai apa yang sudah ada, tetapi juga tentang menggunakan apresiasi tersebut sebagai kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup. Orang yang bersyukur cenderung lebih tangguh dan mampu menjalani kehidupan dengan penuh semangat.
Di dalam kehidupan masyarakat yang materialistis sering kali terjerat dalam budaya konsumerisme yang mengukur keberhasilan dan kebahagiaan berdasarkan kekayaan materi. Rasa syukur membebaskan seseorang dari tekanan ini, membantu mereka menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu terkait dengan kepemilikan harta yang berlimpah.
Kebahagiaan yang didasarkan pada rasa syukur membuka pintu menuju kehidupan yang bermakna dan penuh kepuasan. Melampaui sekadar harta, kebahagiaan sejati hadir ketika seseorang dapat merasakan syukur dalam setiap momen kehidupan, memahami bahwa keindahan hidup terletak pada apresiasi terhadap keberlimpahan yang sudah ada. Nah, bagi seorang penulis rasa syukur itu bisa berupa rekaman peristiwa yang ia tulis dan diambil hikmahnya, sehingga memberikan manfaat bagi banyak orang.
Membiasakan Hidup Bersyukur
Membiasakan hidup dengan rasa syukur bisa dimulai pada hal-hal kecil dalam hidup. Kebiasaan ini dapat menciptakan fondasi kebahagiaan yang tahan lama. Berfokus cara pandang atau berpikir positif, dan menghargai setiap momen membantu menjaga keseimbangan lahir dan batin. Membiasakan hidup penuh rasa syukur adalah kunci kebahagiaan. Ada beberapa hal penting yang dapat menjaga rasa syukur itu membuahkan nilai kebahagiaan yang hakiki.
Pertama, belajar mengelola emosi dengan baik adalah kunci untuk hidup bahagia. Pemahaman diri yang mendalam membantu mengatasi tantangan dan membuat seseorang lebih kuat dalam menjalani perjalanan hidup. Kecerdasan emosi seseorang yang disertai kecerdasan spiritual akan mampu menempatkan perasaan benci dan cinta sesuai koridor hukum syarak, benci dan cinta karena Allah Swt.
Kedua, keseimbangan dalam mengelola pola hidup. Menciptakan keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu pribadi adalah langkah penting untuk menjaga kebahagiaan lahir dan batin. Memberikan ruang untuk aktivitas yang memberi kebahagiaan membantu menciptakan keharmonisan. Mensyukuri atas nikmat waktu caranya tidak lain dengan selalu menjaga prioritas amal kebaikan.
Ketiga, menjaga keakraban dan hubungan kekerabatan. Membangun hubungan yang positif dan sehat dengan orang-orang terdekat dan lingkungan sekitar dapat memengaruhi kecerdasan emosional. Keterlibatan dalam komunitas dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain dapat memperkuat koneksi sosial.
Keempat, penerimaan diri atau bersikap merasa cukup (kanaah). Menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya adalah langkah penting menuju kebahagiaan batin. Menghargai nilai diri sendiri membangun fondasi kepercayaan diri yang kuat. Inilah salah satu unsur penting untuk belajar mengelola stres dengan baik, yaitu menjaga kesehatan mental untuk tidak mudah mengeluh atas kekurangan diri.
Kelima, menemukan makna hidup melalui dimensi kecerdasan spiritual dapat memberikan ketenangan batin, dan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Mengembangkan sikap yang fleksibel terhadap perubahan dan ketidakpastian membantu seseorang beradaptasi dengan situasi yang sulit. Kehidupan yang dinamis sering kali membutuhkan kemampuan untuk berubah dan berkembang.
Keenam, seni menikmati setiap momen kehidupan membantu menciptakan kebahagiaan lahir dan batin. Menyadari keindahan kecil dalam sehari-hari dan menghargainya membawa kegembiraan yang tulus. Inilah tamsil yang dapat dipetik dari kalam Allah Swt., "Dan janganlah kamu menjadikan tanganmu terbelenggu di lehermu dan janganlah kamu membuka tanganmu terlalu lebar sehingga kamu duduk terduduk (dalam kefakiran) dengan berkekurangan."(TQS. Al-Isra: 29)
Wallahu a’lam bishawab.[]
Alhamdulillah.. Bersyukur diberi kesempatan dan kemampuan menulis oleh Allah Swt.,
Barakallah untuk ust Maman. Tulisan yang sangat mencerahkan.
Bersyukur membuat bahagia. Bukan menunggu bahagia ketika mau bersyukur
Masyaallah, reminder ini. Meraih kebahagiaan hakiki dengan terus bersyukur pada Ilahi
Bahagia karena bisa bersyukur..
Bersyukur dalam setiap keadaan membuat hidup lebih tenang.
Sabar dan syukur, dua hal yg harus ada pada diri seorang muslim sejati.
Bersyukur membuat hidup ini bertahan di saat orang lain mundur perlahan.
Mensyukuri nikmat yang ada membuat kita bisa menikmati hidup. Tubuh sehat, jiwa pun bahagia.
Dengan bersyukur nikmat akan bertambah. Jiwa pun bahagia.
Benar, bahagia itu sederhana cukup mensyukuri apa yang Allah beri..tapi begitu mudahnya juga kita lupa untuk bersyukur akhirnya bahagia seakan sulit digapai..