"Tak sepantasnya seorang hamba merasa minder di depan sesamanya karena statusnya setara di hadapan Sang Pencipta."
Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sahabat, sebagai makhluk sosial kita memang tidak mungkin bisa hidup sendirian. Antara satu dan lainnya pasti saling membutuhkan. Hal itu tentu memerlukan adanya interaksi dalam kehidupan. Melalui aktivitas tersebut, nantinya setiap diri akan bersua dengan orang-orang yang memiliki sifat dan karakter beragam.
Rasa Minder, Penyebab dan Bahayanya
Di tengah-tengah masyarakat, kita pasti akan menjumpai orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Namun bisa juga mendapati mereka yang dihinggapi rasa minder alias rendah diri. Perasaan ini sering kali membuat si empunya bermasalah dengan lingkungan maupun dirinya sendiri.
Rasa minder bisa muncul kapan saja. Misalnya ketika berjumpa dengan teman-teman lama yang lebih sukses darinya. Di satu sisi, hatinya pasti ikut merasa bahagia dengan keberhasilan mereka. Namun di sisi yang lain, ternyata ada rasa kurang nyaman ketika dibanding-bandingkan dengan yang lebih darinya. Bahkan sempat terlintas dalam dada bahwa dirinya yang paling tidak beruntung karena hidupnya biasa-biasa saja. Parahnya lagi, ketika diri merasa menjadi orang yang hidupnya paling merana dan sengsara.
Perasaan tersebut membuatnya tertekan di segala kondisi sehingga dia menarik diri dari lingkungan tempatnya berinteraksi. Walhasil, adanya rasa ini justru menjadi penghambat baginya dalam menggali dan mengenali potensi diri. Hal itu tentu akan membuatnya merugi karena keinginan untuk maju dan menjadi pribadi yang lebih baik menjadi terhenti.
Orang yang minder juga akan kesulitan saat menjalin kerja sama dalam berbagai hal. Apalagi jika berhubungan dengan sebuah amanah atau pekerjaan. Ada rasa takut yang bergelayut dalam hatinya ketika diberikan sebuah kepercayaan. Perasaan takut salah, tak selesai pada waktunya, dan tidak sesuai dengan target yang harus diraih membuatnya tak berani untuk melangkah. Bayang-bayang kegagalan pun seolah-olah mengikutinya dan menciptakan rasa kecewa yang tak bertepi. Alhasil, rasa minder tersebut makin mendominasi dan membuatnya frustasi.
Sebenarnya siapakah yang disebut sebagai orang yang minder dan apa saja penyebabnya? Dikutip dari situs kitapunya.net, orang yang minder adalah mereka yang merasa tidak cukup baik ataupun mampu dalam menguasai sesuatu di berbagai hal. Perasaan minder bisa tumbuh disebabkan beberapa faktor yaitu; pengalaman masa lalu, perasaan tidak aman, tekanan dari lingkungan sekitar, dan perbedaan sosial.
Sahabat, rasa minder biasanya satu paket dengan rasa ragu yang tak berdasar dan tanpa alasan. Perasaan tersebut makin memperburuk keadaan karena dia justru tidak yakin dengan kemampuannya. Hal itu tentu akan berimbas kepada kinerja dan usaha yang diupayakan. Alhasil, segala sesuatunya juga tidak akan bisa maksimal. Maka, bisa dipastikan hasilnya pun pasti akan mengecewakan. Semuanya bisa berantakan karena rasa minder yang berlebihan. Hal tersebut menjadi sesuatu yang membahayakan jika terus dibiarkan.
Di Balik Kekurangan Diri
Rasa minder memang bisa menjangkiti siapa saja. Tak hanya orang awam, mereka yang memiliki backgroundpendidikan tinggi pun bisa saja mengalaminya. Pada dasarnya perasaan minder memang tak mengenal perbedaan gender, usia, dan status sosial. Jadi, wajar saja ketika perasaan tersebut muncul di berbagai level dan aspek kehidupan.
Tak dimungkiri, kemampuan manusia memang ada batasnya. Hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin bisa dihindari oleh kita semua. Oleh karena itu, seharusnya diri tak perlu merasa risau dengan apa yang telah digariskan oleh Zat Yang Maha Sempurna. Jadi, ketika kita tidak bisa sepintar orang lain, hal itu merupakan sesuatu yang wajar dan tidak perlu dipusingkan.
Bukankah tidak ada tuntutan untuk mempunyai kemampuan, keahlian, dan kepiawaian yang sama dengan mereka? Sebab setiap diri pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun satu yang pasti, Allah Swt.telah memuliakan kedudukan manusia di atas makhluk lainnya. Hal itu telah Allah Swt. jelaskan dalam firman-Nya di surah Al-Isra' ayat 70 yang artinya,
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
Yakinlah bahwa kekurangan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita merupakan sebuah keistimewaan. Kekurangan yang ada dalam diri seharusnya menjadi cambuk dan penyemangat untuk berusaha lebih baik lagi. Hal itu merupakan sesuatu yang semestinya dipahami oleh setiap diri. Kita mungkin terlalu fokus dengan kelebihan dan kemampuan orang lain. Maka, tidak heran ketika ada orang yang justru tidak mengetahui dan menyadari kelebihan yang dimilikinya.
Ada kalanya rasa minder datang saat melihat status sosial orang lain yang lebih disegani dan dihormati. Begitu pula ketika mendengar mereka yang punya latar belakang pendidikan tinggi dan lulusan luar negeri dengan gelar akademik berderet-deret yang dimiliki. Perasaan tersebut sebaiknya disingkirkan jauh-jauh dari dalam hati. Ketahuilah bahwa kemuliaan seseorang bukan dilihat dari hal-hal yang telah disebutkan di atas. Bukankah seluruh manusia statusnya sama di hadapan Sang Pencipta? Namun yang membedakannya hanyalah satu hal, yaitu kadar ketakwaannya. Di dalam surah Al-Hujurat ayat 13, Allah Swt. telah berfirman yang artinya,
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Antara Percaya Diri, Ilmu, dan Akhlak Mulia
Maka dari itu, tak ada alasan untuk minder saat berhadapan dengan orang lain. Apalagi bagi kita yang berstatus sebagai seorang muslim tentu harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa tersebut selayaknya diimbangi dengan pemahaman Islam yang sahih dan dihiasi dengan akhlak mulia yang telah dicontohkan oleh Baginda Nabi. Hal tersebut tentu tidak bisa dikuasai, kecuali dengan cara menuntut ilmu sebagai bekal dan sandaran dalam mengarungi luasnya samudra kehidupan ini.
Sahabat, dengan ilmu agama nantinya kita akan bisa menjadikan aturan Islam sebagai petunjuk jalan dalam mencari rida-Nya. Hal itu tentu tidak akan bisa terwujud ketika kita diliputi rasa minder. Lantas, bagaimana mungkin pemahaman Islam bisa menyebar dan menggetarkan jiwa ketika kita tak berani menyampaikannya ketegasan aturan-Nya? Dan bagaimana bisa Islam akan dikenali, disayangi, dan dicintai oleh para pemeluknya jika pengembannya hanya diam seribu bahasa tanpa bisa menjelaskan kesempurnaan seluruh sistem aturannya?
Saatnya kini untuk menjadi pribadi-pribadi pemberani penyeru kebenaran. Kita tidak boleh kalah langkah dari para penganut sistem rusak yang juga melakukan hal yang sama untuk mempromosikan ide kufurnya. Ide tersebut berupa mantra jahat yang berisi ajakan untuk mengabaikan aturan syariat di kancah kehidupan umum. Bukankah ide tersebut sangat-sangat menyesatkan? Namun para penganutnya justru begitu bangga, percaya diri, dan yakin dengan ide yang disusupkan kepada umat Islam.
Pertanyaannya, mengapa kita tidak bisa bersikap sama seperti mereka dalam menyampaikan ide Islam yang jelas-jelas mengajak kepada jalan kebenaran? Apa lagi yang kita tunggu?
Sungguh, tidak sepantasnya seorang muslim berkecil hati sebelum memulai. Jangan ragu untuk mencoba melangkah dan berjuang sekuat tenaga dalam dakwah karena Allah Swt. hanya menilai dari upaya dan usaha seorang hamba. Untuk hasil akhir, biarlah itu menjadi rahasia-Nya.
Sesuatu yang Mutlak
Menjadi orang yang percaya diri mutlak diperlukan di jalan perjuangan. Namun, harus diingat bahwa rasa percaya diri yang ada dalam hati haruslah bersandar kepada kebenaran yang hakiki. Kebenaran tersebut akan mengantarkan seorang hamba kepada tekad yang kuat sebagaimana yang dimiliki oleh Umar bin Khattab, salah seorang sahabat Rasulullah saw.
Wallahu a’lam bishawab.[]
Betul, sebagai seorang muslim, kita tidak boleh minder, harus percaya diri dengan identitas keislaman kita...
Baraakallah Mbak Atien
Benar, Mbak, rasa percaya diri yang ada dalam hati haruslah bersandar kepada kebenaran yang hakiki.
Ketika ISLAM telah mengkristal dalam diri seseorang, maka MINDER.budal ..hihik
Iyessss
Betul, minder itu memang masalah, tapi ini banyak terjadi di tengah kita. Dulu, saya juga termasuk orang yang minder dalam banyak hal.
Iya mba betul. Saya pun begitu. Apalagi waktu belum ngaji. Mindernya kelewatan.
Alhamdulillah.
Jazakunallah Khoir Mom dan Tim NP
Wah bener nih mba Atien dulu sebelum ngaji aku pun punya rasa minder terhadap saudara-saudara sepupuku. Namun setelah ngaji rasa itu tersingkirkan. Ah ngapain minder orang dihadapan Allah itu semua sama, yang membedakan hanya ketakwaannya. Mereka kaya ya biar saja, kan aku g minta makan sana mereka. Begitu si aku menumpas pikiran minder tersebut.
Hehe. Alhamdulillah sekarang sudah pede nggh bun
Perasaan minder memang menghambat sekali dalam perkembangan seorang manusia.
Betul mba. Soalnya orang minder biasanya takut untuk melangkah, takut salah soalnya