Jika tulisan ini sampai ke meja redaksi, berarti sayalah pemenang sebenarnya. Penakluk rendah diri dalam hati. Penakluk ketakutan-ketakutan yang tak ada alasan pasti.
Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Apa yang dilihat pertama kali ketika ada sebuah challenge? Hadiahnya. Wajar karena manusia suka pada kesenangan. Harta benda duniawi. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surah Ali Imron ayat 14. Meski ketika ada jawaban deskripsi atau lebih dari satu jawaban akan banyak opsi yang lain. Satu nasihat yang masih saya ingat “Kualitas kalah dengan kuantitas”. Saat diri memiliki kualitas tulisan yang bagus, tapi tidak pernah diasah, tidak sering menulis, maka tidak akan ada nilainya. Sementara yang kualitas tulisannya B saja, jika terus diasah, terus berlatih, banyak menghasilkan tulisan dan terus belajar, maka tulisan akan semakin berkualitas.
Ini salah satu yang menjadikan saya mengikuti berbagai challenge menulis. Meski hasilnya tak selalu menang, atau hadiahnya tak besar, cukup untuk melemaskan jari. Cukup untuk meng-upgrade diri.
Berbeda dengan challenge NP. Challenge NP adalah salah satu yang menjadi wishlist dari tahun 2021. Saat itu challenge NP ke-4. Ada 7 kategori yang menjadi tema challenge. Opini, travelling, video, family, motivasi, teenager dan story. Berpikir bisa menaklukkan paling tidak tiga kategori, family, opini, dan motivasi. Ternyata gagal mengeksekusi. Kenapa? Terlalu banyak berpikir. Terlalu banyak alasan. Terlalu banyak permakluman. Gak PD-lah! Menang gak, ya? Bisa gak, ya? Dan berbagai pertanyaan lainnya yang bukan semakin menguatkan malah melemahkan. Ternyata hadiah tak cukup memotivasi untuk bergerak dan melakukan.
Mencoba masuk ke channel Telegram NP, membaca karya-karya yang termuat semakin membuat insecure. Semakin berpikir, “Bisakah menaklukkan challenge NP? Bisakah bersaing dengan penulis-penulis senior yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan?”
Hingga challenge-challenge berikutnya, saya masih rajin menyimpan flyer-nya. Challenge Milad 2 Oktober 2022, flyer tersimpan rapi. Terbayang menaklukkan dua kategori. Opini dan motivasi. Dan terulang kembali. Gagal mengeksekusi. Dengan alasan yang sama. Yang kembali berulang. Hanya bisa gigit jari melihat pengumuman pemenang.
Sempat kecewa pada diri sendiri, memutuskan keluar dari channel NP supaya tidak melihat flyer-flyer challenge lagi. Karena challenge NP hadiahnya bikin ngiler, tapi akal tak sejalan dengan keinginan. Tak jadi mengeksekusi. Gigit jari. Sakit hati sendiri.
Tapi karena beberapa kontributor NP berteman di FB, juga ada beberapa yang tahu saya sering ikut challenge di tempat lain, maka info challenge NP selalu lewat di beranda. Kadang dapat tag dari teman-teman yang lainnya. Penasaran lagi. Ingin ikut lagi. Termotivasi lagi.
Maka masuk lagi di channel NP. Memantau tulisan yang semakin glowing dan cemerlang. Tebersit dalam benak, NP beda dengan web lainnya. Kadang menemukan tulisan dengan bahasa-bahasa yang tak biasa. Tak familier dan tak pasaran. Dan membacanya membuat tercengang. Kok bisa, ya? Kok bagus, ya? Apa saya bisa menulis seperti ini? Apa saya bisa mengirim tulisan dan termuat di NP?
Challenge Milad ke-3 NP, Testimoni Rakastan Sinua, I love You NP, waah lewat semua. Merasa insecure, aku tak akan bisa. Hingga berlanjut saat Milad NP ke-3 ada event yang diisi ustaz Ismail Yusanto. Temanya menarik. Kebetulan amanah mengurusi para pemuda, dengan PD daftar juga. “Ah hanya nge-Zoom ini. Gak ada challenge-challenge”. Begitu awalnya. Hingga tak menyangka saat acara tersebut, dapat hadiah sebagai penanya. Lho, ternyata bertanya saja ada hadiahnya. Meski di komunitas lain juga ada yang seperti ini, tapi tidak menyangka di NP juga ada.
Ketika dikirim hadiahnya, dengan malu-malu bertanya pada Kak adminnya. Jika ingin mengirim ke web NP dikirim ke siapa. Beliau mengarahkan ke Pemred NP, Mom Andrea. Diberi juga nomornya. Dan belum apa-apa sudah keder saya. Tulisan di web begitu bagusnya. Tak mungkin luput dari tangan Pemred. Pasti diomeli, dicereweti jika tulisan tak bagus. Sempat ngeri dan bertanya, “Tak apakah kak langsung ke Pemrednya?”
Dijawab, “Ya memang naskah langsung kirim ke beliaunya, Kak”.
Haduh! Siapkah saya mendapat catatan panjang. Kritikan yang barangkali pedas menyakitkan. Lama berpikir dan mencari kembali strong why dalam diri. Buat apa kamu menulis? Apa hanya sekadar untuk challenge menghasilkan hadiah atau untuk menyebarkan kebaikan.
Dengan penuh tekad, akhirnya menulis dan mengirimkan. Masyaallah ternyata tak seseram yang dibayangkan. Mommy sangat baik. Mau menerima dan memuat satu tulisan. Yang barangkali belum sebagus kontributor yang lain. Tetapi mampu membangkitkan semangat kembali. Padahal Mommy tak mengatakan apa-apa. Tetapi seolah memberikan semangat tak kasat mata. Agar tak ragu memulai menulis untuk NP dan mengikuti challenge-chellenge NP selanjutnya.
Hingga saat itu tiba. Kena tag banyak teman untuk challenge NP Dawai Literasi. Challenge akhir tahun. Lagi-lagi hadiahnya menggiurkan. Tetapi belajar dari pengalaman. Motivasi hadiah tak cukup menggerakkan.
Dan tanpa terduga, ketika ada teman yang curhat tentang masalah dakwahnya, saya menelurkan teori yang dibuat sendiri. Yang menentukan keberhasilan itu 10% motivasi, 50% pemahaman, 40% ikhtiar. Apa maksudnya?
Dalam beramal, motivasi dari luar itu hanya 10% dalam menentukan keberhasilan. Selebihnya tergantung pada pemahaman kita. Untuk apa kita melakukan aktivitas itu? Dalam bahasa kepenulisan strong why menulis. 40% ikhtiar. Jika sudah paham tapi tidak dilakukan, tidak diusahakan semaksimal mungkin, maka tetap tak ada gunanya. Strong why itu juga hanya diangan-angan. Dan melakukannya itu pilihan kita. Maka ketika strong why sudah ada, lakukan, sisanya biarkan pihak luar yang memotivasinya. Motivasi dari teman, dari atasan, dari reward yang disediakan, dan lainnya.
Nah, mengapa ini tidak saya terapkan dalam menaklukkan challenge NP? Maka, mulai merenung dan memikirkan. Mencari strong why mengikuti challenge NP. Jika hanya karena hadiah, maka hadiah itu menempati 10% keberhasilan. Tak akan berhasil dieksekusi karena tak ada pemahaman yang benar.
Harus mencari tahu mengapa harus ikut challenge NP. Merenung lagi, berpikir lagi. Bukan hanya teori di lisan, untuk menyebar kebaikan. Untuk dakwah Islam. Tetapi benar-benar dibenamkan dalam benak. Saya pun akhirnya menemukan. Saya harus ikut challenge NP. Untuk menundukkan rasa rendah diri dan memperbaiki kualitas tulisan. Saya pun harus melakukan. Ikhtiar membuat outline tulisan, membaca banyak tulisan yang serupa, dan memulainya. Karena tanpa dimulai, semua hanya angan-angan semata.
Meski di tengah jalan, rasa minder itu masih ada. Membaca tulisan teman-teman yang bagus dan mendapat catatan nilai sempurna, pemenang challenge NP ini dan itu, membuat rasa rendah diri itu muncul kembali. Tetapi saat seperti ini, saya biarkan yang 10% berperan. Motivasi hadiah.
Jika tulisan ini sampai ke meja redaksi, berarti sayalah pemenang sebenarnya. Penakluk rendah diri dalam hati. Penakluk ketakutan-ketakutan yang tak ada alasan pasti. Dan yang pasti teori 10% motivasi, 50% pemahaman dan 40% ikhtiar bisa saya buktikan.
Tak mengapa jika tulisan jelek. Nanti tetap ada jodohnya. Tak mengapa tak menang, yang penting sudah upaya maksimal. Berarti harus lebih mengasah kemampuan menulis. Belajar dari para mastah. Belajar tak pernah lelah.
Tak perlu malu pada seseorang yang menilai tulisan kita. Atau pada para membaca yang telah mengenal nama kita. Toh ini dunia maya. Tak ada yang tahu seberapa besar effort kita menundukkan perasaan dan menekan hati agar bisa seluas lapangan.
Manusia di hadapan Rabb adalah sama. Hanya ketakwaan yang membedakannya. Bukan tergantung seberapa bagus tulisannya. []
Bener banget. Saya pun rasa ciut maju mundur gemetar kala ikut challenge NP. Hanya ingin menaklukkan diri sendiri. Soal reward malah tak saya pikirkan karena harapan menang sepertinya cuma hayalan. Mantap nih tulisan.
Barakallah mbak
Masyaallah. Baca tulisan ini serasa sudah kenal deket sama penulisnya. padahal baru pertama kali bersua. Barakallah ust @Nety. Salam kenal . Naskahnya sangat menginspirasi, memotivasi, dan menjadi pembelajaran diri yang sangat berarti.
Wah bener Bunda Netty menjadi pemenang itu ya berani tampil. Alhamdulillah bisa tayang di NP meski tulisan sederhana siapa tahu justru banyak yang tercerahkan. Masyaallah senangnya menjadi pemenang
Tulisan anda keren mbak.
Pemenang sejati, bagus sekali kata- katanya mbak..
Berasa ngobrol langsung sama Ustadzah Netty. Asyik ...
Jazakillah khoyron katsiron rumusnya. Barokallah Ustadzah
Masya Allah, renyah sekali. Baarakallaah mbak Nety
Bahasanya mengalir, eh ga terasa sudah selesai.. Barakallah mbak Nety
Keren banget ini tulisannya..
Lebih keren dari saya
Barakallah ❤️❤️❤️❤️❤️
Barakallah, Mba. Tulisan ini tuntas saya baca. Artinya, saya salah satu jodoh tulisan ini. Saya suka cara bertuturnya. Bahasanya mengalir dan saya bisa ikut merasakan semua yang diceritakan.
Barakallah... keren banget storynya..
Mengena di hati
Kalimat terakhir maa sya Allah menggetarkan jiwa...
Masyaallah, setuju dah. Saya juga gitu awal-awal ikut challenge. Tapi pas sudah sering ya semangat aja, menang atau kalah mah bukan urusan saya, hehe ...
MasyaAllah mb Netty keren sangat tulisannya, penuh cubitan untuk diri yang insecure..sering mengandalkan motivasi orang lain tapi tak memahami kenapa kita harus action..thank you mb Netty..
Barakallahu fiik mbak Netty. Tulisannya unik. Ditunggu tulisan lainnya.
MasyaaAllah.. bener banget. Strong why dan aksi, menjadi penentu hasil akhir.. BARakallah Mba.. suka baca naskahnya, kayak fresh angle.nya