Kita telah diajarkan bahwa atas semua perkara yang dihadapi cukuplah kita curhatkan kepada Allah semata.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam perjalanan hidup manusia, tak akan selamanya mulus tanpa ujian dan cobaan yang membayangi. Hambatan dan tantangan tak akan pernah absen mewarnai. Tak akan ada manusia yang seratus persen hidupnya bahagia tanpa diselingi duka, pun sebaliknya.
Selama kita masih bernapas, ujian akan selalu ada, masalah akan selalu mengadang, pun tantangan akan selalu datang, kawan. Tak jarang ia akan menggoreskan luka, yang kadang ringan dan segera pudar dengan semilirnya angin. Akan tetapi, adakalanya ia terhunjam begitu dalam hingga memaksa kita merintih dan mengerang dalam waktu yang tak sebentar.
Adakalanya masalah datang bertubi-tubi laksana panah yang melesat cepat menembus relung kehidupan kita. Bahkan, kadang satu masalah belum selesai, di waktu bersamaan tombak bencana turut menancap kuat menambah perih luka yang menganga. Bisa jadi, saat orang tersayang meninggalkan kita, terpisah dengan keluarga yang kita cintai, kehilangan harta, saat orang lain memperlakukan kita dengan buruk, saat kita dikhianati dan ditinggalkan, kepiluan yang datang silih berganti, juga kesempitan dan kesedihan yang tak berkesudahan, yang kadang membutuhkan usaha, kesabaran, serta waktu yang tak singkat untuk sembuh.
Setiap kita pun berbeda-beda dalam menyikapi masalah. Apakah kamu termasuk orang yang ketika ditimpa masalah akan lebih memilih diam sembari fokus menyembuhkan luka agar lekas pulih tanpa bercerita? Jika pun keadaan memaksamu untuk berbagi, kau pun akan mencari orang yang tepat dan paham akan masalahmu. Kau tak akan membuang-buang suara yang tak perlu untuk sesuatu hal yang kelak akan kau sesali, karena ternyata kau tak lagi mampu mengendalikan seberapa luas masalahmu menyebar di kalangan manusia.
Atau, apakah kamu termasuk dari mereka yang selalu meng-update statusnya dengan segala kegalauan hidup? Yang seolah-olah sepanjang hidupmu senantiasa terluka dan berhiaskan kemalangan. Sehingga apa yang kau keluarkan dan kau tuliskan adalah betapa mengerikannya hidupmu.
Pagi, siang, sore, malam, kau tumpahkan masalahmu dengan dirimu sendiri, orang-orang tercintamu, hartamu, juga kehidupanmu di beranda medsosmu. Seolah kau tak peduli apakah itu aib yang harusnya kau sembunyikan, tetapi kau umbar ke semua orang. Selain itu, kau pun sibuk membagi kepada setiap manusia yang bersedia untuk mendengarkan segala keluh kesah, masalah, dan kesedihanmu. Saat masalah datang, yang pertama kali terbesit dalam benakmu adalah fulan atau fulanah dan setiap orang yang kau temui untuk kau bagi ceritamu.
Sahabat, bukan tidak boleh kita menceritakan masalah kepada manusia. Akan tetapi, hendaknya kita bijak dalam memilah apa saja dan kepada siapa kita akan berbagi, agar tidak oversharing. Karena terkadang, dengan menceritakan semua urusan kepada manusia yang kita temui, malah kelak menjadi bumerang bagi kita. Karena sejatinya, mereka itu lemah sebagaimana kita. Hati manusia pun senantiasa berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi. Yang hal ini sering menjadi sebab retaknya hubungan dan mengakibatkan tersebarnya aib. Kadang pula kita lupa bahwa mereka juga punya masalah mereka sendiri.
Alangkah baiknya kita mengikuti jejak Nabi Ya'kub di kala beliau ditimpa kesedihan yang amat sangat karena kehilangan Yusuf, putra kesayangannya. Bahkan kesedihan itu membawanya hingga kondisi tak lagi bisa melihat dunia karena buta. Namun, beliau hanya mengadukan kesusahan hatinya itu kepada Allah saja. “Sesungguhnya hanya kepada Allah-lah aku mengadukan segala kesusahan dan kesedihanku.” (TQS. Yusuf: 86)
Imam Ibnul Jauzi menasihati kita tentang mulianya sikap para salaf ash-shalih dalam menghadapi masalah, yang tertuang dalam kitab Ats-Tsabat 'Indal Mamat, “Para generasi saleh terdahulu membenci sikap suka mengeluh kepada makhluk, meski dengan mengeluh tersebut akan mendatangkan ketenangan. Karena hal tersebut menunjukkan berapa lemahnya iman dan kerendahan. Sedangkan sikap sabar atas musibah menunjukkan kuatnya keimanan dan kemuliaan seseorang."
Banyak bercerita dan menampakkan kesedihan kepada manusia terkadang bukannya menyembuhkan luka, tetapi malah semakin memperparah keadaan. Karena kadang, orang yang kita anggap sebagai tempat untuk mencurahkan segala kesusahan dan tempat mencari solusi malah tak menganggap serius masalah kita, menjadikannya bahan candaan, atau malah menggunakannya sebagai senjata untuk menjatuhkan kita. Maka di sini, hendaklah kita berusaha untuk menahan diri dari bercerita kepada siapa saja yang kita temui. Karena tak sedikit dari kita merasa menyesal setelah curhat kepada orang lain atas masalah yang menimpa.
Yang menjadi masalah adalah kebergantungan yang mendalam kita kepada makhluk. Kala belati masalah menghunjam, kita sibuk mencari pundak manusia, seakan jika mereka sudah mau mendengarkan, masalah kita akan segera selesai. Dan ketika dirasa tak ada yang peduli dengan kesusahan kita, kita semakin frustasi dan terpuruk. Kita sering lupa ada Allah Yang Maha Mendengarkan. Yang senantiasa menunggu-nunggu kita datang kepada-Nya. Dialah yang senantiasa tulus membantu kita, yang tak akan berubah dan mengkhianati kita.
Sejatinya, masalah adalah bentuk tanda cinta Allah kepada kita. Dengan ujian, Allah ingin membersihkan dosa kita. Dengan ujian, sesungguhnya Allah memanggil kita untuk datang mengetuk pintu rahmat-Nya, memanggil nama-Nya, memohon ampunan-Nya, dan memohon pertolongan-Nya. Sesungguhnya Allah mempunyai penawar bagi setiap luka dalam hidup kita. Dialah Yang Maha Menyembuhkan luka, maka mari datang pada-Nya saja bukan yang lain.
Lalu, apa yang harus kita lakukan ketika masalah melanda?
Pertama, perhebat sabar. Karena sesungguhnya apa yang terjadi adalah ketetapan Allah. Jika kita rida dan sabar atas segala takdir yang telah Allah tentukan, maka Allah akan meneguhkan pijakan kita dan memberi kita solusi yang terbaik. Mari lebih sabar dalam mengelola permasalahan. Tak semua kesulitan harus kita keluhkan. Tak semua masalah harus diumbar, bukan? Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 153, “Hai orang yang mukmin, hendaklah kau jadikan sabar dan salat sebagai penolongmu, sungguh Allah senantiasa menyertai orang-orang yang sabar."
Kedua, perhebat istigfar. Karena bisa jadi masalah yang melanda dikarenakan dosa-dosa yang kita lakukan. Maka, dengan istigfar kita berharap Allah mengampuni dosa dan mengangkat kesusahan dari hidup kita. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah dalam hadis riwayat Abu Dawud berikut, "Siapa saja yang banyak mengucap istigfar, maka Allah akan beri jalan keluar bagi setiap kesusahannya, dibukakan pintu kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan Allah beri rezeki dari arah yang tidak ia sangka.”
Ketiga, perhebat doa. Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Penyayang. Kasih-Nya tak tertandingi. Dialah yang Maha Setia dari setiap teman setia. Dialah yang tak akan pernah meninggalkan kita, meski kita sering berlari menjauh dari-Nya. Dialah yang paling dekat dengan kita bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. “Dan jika hamba-hamba-Ku menanyakan perihal-Ku, maka jawablah, bahwasanya Aku sangatlah dekat. Aku mengabulkan permohonan mereka yang mau berdoa ketika ia memohon kepada-Ku.” (TQS. Al-Baqarah: 186)
Salah satu doa yang harus kita perbanyak adalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Yunus ketika beliau menghadapi gelapnya keputusasaan. Doa ini termaktub dalam surah Al-Anbiya’ ayat 87,
لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku ini termasuk golongan orang-orang yang zalim.”
Sebagai seorang muslim, kita telah diajarkan bahwa atas semua perkara yang dihadapi cukuplah kita curhatkan kepada Allah semata. Kita diajarkan untuk hanya menampakkan kelemahan kita di hadapan Allah saja, bukan? Dan kita pun telah dibekali sebuah zikir untuk menambah kekuatan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, yaitu
لَا حَوْلَ وَ لَا قوَّةّ إِلَّا بِا الله
yang bermakna tiada daya untuk menjauhi kemaksiatan dan melakukan ketaatan melainkan kekuatan dari Allah.
Begitulah, karena kita tidak mampu menyingkirkan kesulitan atau menghalau kesusahan sekecil apa pun kecuali atas pertolongan Allah. Maka, tak akan kecewa orang yang hanya mengadukan perihalnya kepada Allah. Karena masalah layaknya luka, maka mencari pengobatan pun harus tepat, tak boleh sembarangan. Tak semua orang bisa membalut luka kita, carilah dokter yang tepercaya.
Jangan selalu mencari pundak untuk bersandar, bersimpuhlah perdalam sujudmu, keluhkan segalanya pada Dia yang Maha Lembut. Yakinlah setiap luka akan segera pulih. Yakinlah semua akan baik-baik saja. Biidznillah.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Barakallah Mba Aya.. Kayaknya agak sulit ni untuk kaum hawa.. soalnya kita kan suka curhat2an.. hehe
Barakallah mbak Aya..
Memang hanya Allah yg akan selalu menjadi tempat bersandar terbaik
Masyaallah, syukran tip-tipnya. Semoga diri kita cukup menjadikan Allah sebagai tempat berkeluh kesah.
Masyaallah naskah keren mb Aya selalu keren. Sedari dahulu selalu suka baca motivasinya. Benar mb Mba Aya, harus selektif klo pengin curhat, apalagi jika masalah sensitif, tapi jika ada teman yg membutuhkan kita utk menjadi teman curhatnya sebisa mungkin menjadi pendengar yg baik baginya dan tetap menjaga rahasianya.
Namun, ada juga orang yg kuat menghadapi ujian2 dan beban hidup tanpa harus bercerita kepd org lain. Artinya manusia akan bergerak dan melakukan sesuatu sesuai kadar keimanan dan ketahanan mental yg dimilikinya.
Bagaimana pun cara penyelesaian pada akhirnya tetaplah Allah sebaik2 tempat bersandar atas segala perkara yg terjadi. Apatah lg kita hidup di zaman sekuler hari ini. Semoga bahu-bahu kita selalu kuat memikul beban ujian dan iman selalu teguh terpatri. Aamiin
Tak ada tempat bersandar yang kokoh, kuat, aman , nyaman, dan menenangkan selain mengadu kepada Sang Pemilik Jiwa manusia.
Barakallah mba @Aya. Tipnya jadi penambah semangat dan obat saat diri dilanda masalah.
Saat ini banyak masalah pribadi jadi konsumsi publik. Setiap orang jadi hidup seperti dalam akuarium. Apapun dikomentari orang lain. Alih-alih selesai, masalah tambah rumit
Suka rumusnya perhebat sabar, perhebat istigfar, dan perhebat doa
Sepakat Mbak, saat masalah melanda sebenarnya diam itu pilihan paling bijak sebelum berkata-kata. Diam sambil memikirkan cara penyelesaiannya pasti. Barokallah Mbak Aya
Cerdas dalam memilih dan memilah apa dan pada siapa kita akan bercerita untuk mencari jalan keluar
Ya, bener banget. Cerita itu boleh yang penting tahu batas dan orang yang tepat untuk diajak cari solusi