"Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya," (HR. Muslim)
Oleh. Hana Ummu Dzakiy
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Karya adalah megafon kita untuk bersuara menyampaikan pesan. Inilah salah satu ungkapan yang dipakai untuk memotivasi orang-orang agar terus berkarya. Penulis dan ilmuwan sastra Indonesia, Seno Gumira Ajidarma mengatakan: “Menulis adalah suatu cara untuk bicara, berkata, menyapa, dan menyentuh hati orang lain.”
Agar semakin semangat berkarya perlu kiranya kita tahu, sebesar apa pengaruh sebuah karya dalam menyentuh hati, membentuk karakter, dan nilai-nilai yang dianut seseorang.
Mari kita flashback. Kira-kira adakah hubungan antara kisah drama-drama Korea dengan munculnya wanita-wanita yang halu tingkat dewa perihal cinta dan asmara? Sekarang kita tahu ‘kan kenapa Barat mempromosikan pergaulan bebas pria wanita lewat novel-novel yang 'memabukkan'? Mereka juga mengiklankan kekerasan lewat karya 3 dimensi alias tontonan!
Bagaimana kalau yang banyak digandrungi generasi muda hari ini adalah sirah nabawiah dan kisah para sahabat? Tontonan di reels IG dan TikTok yang viral adalah video inspirasi islami bukan yang kontroversi?
Sekarang kita tahu, rahasia mengagumkannya Muhammad Al Fatih. Ya, karena Muhammad Al Fatih mengonsumsi karya-karya hebat. Membaca tulisan hebat. Mendengar cerita hebat. Bahkan kalau saat itu sudah ada teknologi video, yang dilihat adalah tontonan yang bermanfaat.
Begitulah, jangan pernah meremehkan sebuah karya. Baik itu berupa tulisan artikel, kisah inspiratif, quote, atau video pendek. Karya yang baik, ia ibarat sebuah bibit kebaikan yang tertanam dalam diri seseorang. Suatu saat akan tumbuh menjadi pohon yang berbuah kebaikan.
Di sinilah perlunya wadah yang bisa menampung semua karya-karya baik yang diinisiasi oleh orang baik, ditulis oleh orang-orang baik, dan dipertemukan dengan pembaca-pembaca yang menginginkan kebaikan. Saya menemukan kriteria ini ada di NarasiPost. Sudah tak terhitung berapa banyak karya baik dengan berbagai kategori yang ditampung di media ini. Sudah ribuan bahkan jutaan pembacanya. Baik dari dalam maupun luar negeri.
Ibarat Mengasah Pisau
Ada hukum alam yang berlaku universal. Bahwa benda yang tumpul jika diasah maka akan menjadi tajam. Sebaliknya, benda yang tajam jika tidak pernah diasah akan menjadi tumpul. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Sekian puluh purnama hanya menjadi pembaca setia, penikmat karya teman-teman yang luar biasa. Bagi saya pribadi, mengikuti challenge ini ibarat sedang memulai kembali mengasah pisau yang tumpul dan berkarat. Bekerja keras memutar otak untuk kembali merangkai kata. Menuangkan dalam sebuah tulisan. Aktivitas yang sudah lama saya tinggalkan.
Insecure semakin dalam ketika berselancar di website NarasiPost. Terlihat karya-karya yang apik. Mungkin seperti inilah kualitas penulis yang ikut challenge NarasiPost. Seperti inilah kualitas yang harus saya lampaui jika ingin memenangkan hati para juri. Sempat merasa kalah sebelum berperang. Tapi teringat dengan nasihat yang pernah saya sampaikan kepada ananda kami ketika hendak ikut kompetisi memanah di atas kuda. "Abang tidak sedang berkompetisi dengan siapa pun. Abang hanya berkompetisi dengan diri Abang sendiri, bahwa Abang harus lebih baik dari yang kemarin. Lebih berani, lebih percaya diri, lebih tenang, lebih bisa mengendalikan kuda, lebih bagus teknik memanahnya daripada hari kemarin. Kalahkan target yang Abang buat. Jangan terdistraksi dengan target orang lain."
Bukankah sejatinya kita hanya sedang berlomba dengan diri sendiri? Berusaha menaklukkan target yang kita buat sendiri. Kalaupun akhirnya kita bisa juga mengalahkan orang lain, anggap saja itu bonus. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menaklukkan rasa malas, keluar dari zona nyaman. Sehingga bisa menghasilkan sebuah tulisan.
Perniagaan Antirugi
NarasiPost adalah media yang konsisten 'memanggil' penulis-penulis agar senantiasa mengasah kemampuan dan menghasilkan karya terbaik. Tak heran jika founder NarasiPost sering mengadakan challenge. Hadiah-hadiah terbaik senantiasa disediakan oleh sang founder yang kini tinggal di Aussie. Semoga Allah membalas segala pengorbanannya, baik berupa harta maupun pemikiran. Kalau untuk mencari rida Allah, pahala dari Allah maka, sang founder sejatinya tidak pernah kehilangan apa pun. Tidak berkurang hartanya meski sepeser pun.
Sungguh challenge NarasiPost ini adalah perniagaan yang tidak pernah merugi. Baik bagi founder-nya yang menyediakan hadiah, maupun para pesertanya. Sebab semuanya sudah mendapatkan tambahan tabungan pahala. Setiap karya baik yang kita hasilkan ibarat pintu-pintu hidayah. Makin banyak tulisan yang tersebar, makin besar peluang seorang penulis menjadi perantara hidayah banyak orang.
Jangan lupa untuk senantiasa meluruskan niat kita. Menulis dengan penuh keikhlasan agar dipertemukan dengan pembaca yang juga ikhlas menerima kebaikan dari tulisan kita. Melenceng niat kita, melenceng tulisan kita, melenceng pahala kita. Jaga keikhlasan di awal, tengah, dan akhir menulis kita.
Belajar dari Ulama Terdahulu
Hampir sulit dipahami dengan akal manusia zaman now. Bahwa ulama dahulu sebelum menulis selalu diawali dengan salat dua rakaat, baca Al-Qur’an, bahkan berinfak. Sebab mereka memahami bahwa kemudahan berpikiran, kelancaran menulis, lintasan-lintasan ide, semua itu ada dalam kekuasaan Allah.
Begitu juga dengan hati para pembaca yang ingin kita rengkuh lewat bait kata yang kita rangkai. Hati pembaca dalam genggaman Allah. Maka kita berharap agar Allah membukakan pintu hatinya. Begitu besarnya efek kedekatan seorang penulis dengan Allah.
Bukankah banyak juga penulis terkenal yang karyanya viral padahal dia tidak taat kepada Allah? Bahkan tidak beriman kepada Allah. Apalah artinya karya kita viral, kita pun terkenal. Tapi karya kita tidak membuat seseorang bertambah keimanannya kepada Allah. Bahkan sebaliknya, semakin jauh dari Allah. Kita memang tetap bisa berkarya, terkenal, dan diidolakan tanpa perlu taat kepada Allah. Tapi jika karya kita tidak menambah timbangan kebaikan bagi makhluk bumi, tentu tidak ada nilainya di mata Allah.
Nyawa Pada Tulisan
Pernah dengar bahwa kita akan diuji dengan apa yang kita ucapkan, tuliskan, dan posting-kan? Yang baru mengisi materi tentang sabar, langsung Allah uji dengan peristiwa yang menguji kesabarannya. Baru saja menulis tentang tip menjadi pasangan bahagia. Besoknya Allah uji dengan berantem dengan suami. Begitulah, Allah ingin memvalidasi apakah yang kita ucapkan dan tuliskan memang benar-benar kita telah mengamalkannya. Allah ingin tahu sejauh mana kredibilitas kita. Maka, tulislah apa yang memang sudah kita amalkan. Atau setidaknya sedang berusaha mengamalkan. Itulah yang memberi nyawa pada tulisan. Membuat karya menjadi hidup. Sehingga mampu mengubah manusia. Menjadi pintu hidayah bagi jiwa-jiwa yang merindu kembali ke Tuhannya. Bukankah ini adalah impian semua penulis dan konten kreator yang bervisi akhirat?
Hadiah
Jika iming-iming hadiah berupa materi dunia saja bisa memantik semangat kita untuk menulis dan menebar kebaikan. Apalah lagi jika ada iming-iming hadiah seperti yang dijanjikan Rasulullah . "Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya," (HR. Muslim No.1893).
Ditambah lagi adanya konsep amal jariah yang akan terus mengalir walaupun jasad penulisnya sudah terbujur kaku dan membisu di dalam tanah. Bayangkan, suatu saat rekening akhirat milik kita terus bertambah digit pahalanya karena karya yang kita torehkan semasa hidup.
Ledakkan Kebaikan
Ada banyak sekali kebaikan yang bisa kita ciptakan. Meski sesederhana menggoyang jempol kita untuk membuat tulisan. Teruslah merangkai kata, ledakkan kebaikan melalui jari jemari. Sungguh, di luar sana banyak yang kehausan menunggu kebaikan dan hikmah dari tulisan kita.
Semoga tulisan kita bisa menemani para pembaca yang sedang mencari kebenaran hakiki. Menemani mereka yang meringkuk diombang-ambing lautan informasi yang tak bertepi. Menjadi pembaca yang bisa menangkap peristiwa kunci. Menemukan indahnya Islam menata segala aspek kehidupan dunia ini. Hingga menjadi pejuang dan pembela sejati, seperti jalan yang ditempuh para nabi. []
MasyaaAllah barakallah Mba Hana. Tulisannya keren
Bener banget Mba, Jika iming-iming hadiah berupa materi dunia saja bisa memantik semangat kita untuk menulis dan menebar kebaikan, maka seharusnya janji Allah dan Rasulnya lebih memotivasi kita untuk menulis..
Barakallahu fiik untuk penulis. Semoga ke depan bisa menulis rubrik lain.
Mantap tulisannya Mbak Nay
Story yang memberi motivasi
Barakallah.
Masyaallah. Semoga naskah yang kita tulis bisa menjadi penyebab mengalirnya pahala kebaikan . Barakallah mba @Hana,
Siap meledakkan kebaikan, Mbak
Barokallahu fiik