Dia memberikan info terkait NIC yang melakukan riset dan menghasilkan empat kemungkinan skenario global yang akan terjadi di tahun 2020. Salah satu skenarionya tentang kembalinya Khilafah.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kobaran api menari-nari di tumpukan kayu dan ranting kering yang sudah tak berdaya. Sinar jingga berkejaran dengan asap hitam yang mengepul ke angkasa. Riuh rendah suara siswa menyanyikan lagu "La Izzata illa bil Islam". Hawa panas tak membuat mereka mundur dari api unggun. Semangat mereka justru makin berkobar.
Netra mereka mengembun, berkaca-kaca hendak menumpahkan air yang terbendung. Hati mereka sudah berkuah. Ada aliran hangat berasal dari dorongan keimanan melingkupi jiwa mereka. Bukan sebatas nasyid yang mereka senandungkan. Perasaan mereka sempat tumpah ruah tatkala beberapa tokoh masyarakat hendak menghentikan kemah mereka. Hal itu membuat hati ketar-ketir. Extraordinary Camp dicurigai sebagai basis pendidik teroris. Bukan sebatas curiga, tuduhan dan tudingan tanpa nas berdansa di hadapan ratusan peserta kemah.
Di antara suara syahdu peserta kemah yang bernasyid ria. Salim menghirup udara sebanyak-banyaknya. Memorinya menjelajahi senja yang merona dengan terang. Peserta kemah mengikuti training kepemimpinan di tanah lapang. Konsep outdoor lebih membawa suasana riang dan tak gampang bosan. Pekikan takbir di sekitar danau mengalun penuh gelora. Salim sebagai ketua pelaksana Extraordinary Camp menyiapkan kayu bakar yang telah dikumpulkan peserta tadi siang.
Pakaian khas sebuah ormas berduyun-duyun mendekati bumi perkemahan. Netra Salim semakin awas mengikuti pergerakan langkah mereka yang kian mendekat. Handy-Talkie segera ramai dengan pesan suara pendek-pendek. "TKP titik satu, balas," Salim terdengar agak berbisik. "Siap!" Terdengar jawaban dari seberang. "Berkas," Salim menutup pesan suara itu.
Pergerakan ormas itu tampak kian mendekat. Wajah tenang Salim tetap mengawasinya. Kakinya tertahan, tak bergerak maju ataupun mundur. Badan tegapnya dibiarkan berdiri seperti posisi semula yang memang berdiri. Badannya menghadap ke lereng bukit sambil sesekali netranya mengekor langkah para tokoh itu.
Pesan suara yang tersampaikan tertangkap dengan sempurna. Berkas perizinan dan proposal acara sudah berada di tangan salim lengkap dengan humasnya. Tangan John segera menyeka keringat setelah berkas diterima Salim. John tak banyak tanya. Netranya langsung mengikuti pandangan ketua pelaksana sekaligus kakak pembinanya itu.
"Aku membutuhkan berkas ini, khawatir mereka menuju ke sini," kata Salim memberi tahu.
Pemberitahuan Salim dimaksudkan agar menghapus rasa penasaran John. Salim menangkap raut bingung saat menerima berkas. Firasat Salim tak melesat. Para tokoh masyarakat dan beberapa anggota ormas sekitar bumi perkemahan menuju posko yang dia diami sejak tadi. Tentu saja, tak ada yang berkemah lagi selain pasukannya di hari efektif seperti itu. Salim memberikan sambutan ramah yang natural.
John juga berusaha sebiasa mungkin menyambut mereka. Sebelum mereka naik ke posko, Salim mengusap dadanya. John paham maksudnya. Meski susah payah, John menenangkan dan mengendalikan diri.
Tamu-tamu itu ada sebagian yang berdiri di luar karena memang tidak cukup ruangannya. Kedatangan mereka membawa berbagai tuduhan dan ancaman yang nyata. Kemah yang diselenggarakan Remas itu dipermasalahkan dan dituduh radikal.
Ketenangan salim bergeming. Segala macam intonasi suara berkeliaran di telinga Salim dan John. Air muka Salim tak berubah sedikit pun, John berusaha mengimbangi. Salim menyapu satu persatu para tokoh di hadapannya dengan ramah. Tatapan tak bersahabat diperoleh dari raut muka mereka. Intonasi tinggi terus bergulir dari lisan para tokoh.
"Kemah sampean ini menjual Khilafah. Itu dilarang di negeri ini," ucap orang yang paling sepuh di antara mereka.
Salim menyimak dengan antusias. Perhatian ia berikan dengan sungguh-sungguh. Dia tak sedikit pun menyela omongan, memotong, ataupun membela diri. Salim hanya menjadi pendengar yang baik. Salim baru angkat suara saat para tokoh itu sudah tolah-toleh tanda tak ada bahan yang hendak diomongkan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu, Jazakumullah khoyron katsiron atas kunjungan Bapak-Bapak semua. Perkenalkan saya Salim dari Antrokan, gunung sebelah. Mohon maaf saya tidak bermaksud mengganggu warga sekitar dengan kemah ini. Mohon izin untuk klarifikasi, semoga Bapak-Bapak semua berkenan mendengarkan sampai tuntas sebagaimana sejak tadi saya mendengarkan Panjenengan semua agar tidak ada pemahaman yang terpotong."
Salim memang tipe orang yang selalu menghargai lawan bicaranya. Ia selalu menuntaskan pembahasan agar tak ada pemahaman yang terpotong. Komunikasinya biasanya sangat memukau lawannya.
"Pertama, kemah kami sudah izin kepada pihak terkait. Kedua, mengenai ide Khilafah yang kami bawa adalah ajaran Islam. Lepas wafatnya Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar menggantikan beliau sebagai khalifah. Itu cikal bakal Khilafah. Insyaallah Panjenengan semua lebih tahu terkait hal itu. Kami tidak ada maksud untuk melawan pemerintah, apalagi dengan kekerasan, itu sebuah keharaman. Sebagai warga negara, kami hanya mengutarakan dan menyampaikan bahwa sistem pemerintahan yang insyaallah membawa Rahmat bagi seluruh alam adalah sistem pemerintahan Islam yang dinamai Khilafah itu."
Salim menutup penjelasannya tanpa basa-basi. Tampak beberapa tokoh mangut-mangut seakan setuju. Ada beberapa raut muka yang sudah tidak keruh. Salim masih ketar-ketir karena mereka justru terdiam lepas ia bicara. Tampak John di sebelahnya masih sedikit tegang.
Bahasa santun Salim kembali memecah kesunyian. Dia memberikan info terkait NIC yang melakukan riset dan menghasilkan empat kemungkinan skenario global yang akan terjadi di tahun 2020. Salah satu skenarionya tentang kembalinya Khilafah. Salim menekankan bahwa Khilafah adalah janji Allah Swt. dan bisyaroh Rasulullah saw.
"Jadi kalau kaum muslim masih menolak Khilafah yang memang ajaran Islam, maka bisa juga disebut telmi. Sebab, NIC sudah membicarakannya sejak tahun 2000-an."
Seorang yang sudah agak sepuh berdiri dengan tenang, tidak setegang tadi. Dia pamit kepada Salim dan John diikuti yang lainnya. Dalam genggaman kuatnya, tokoh sepuh itu berujar, "Kauaman sekarang, tetapi jangan mengajak dan memaksa masyarakat sekitar untuk berjuang bersama kalian."
Salim mengulurkan tangan. Dia menunjukkan sikap hormat pada para tokoh itu. Beberapa ukiran senyum berhasil dikantongi Salim dan John. John sendiri terperangah dengan ucapan telmi yang halus, tetapi sebenarnya sebuah celaan bagi penolak dan orang yang mempermasalahkan Khilafah. Kepulangan mereka tak seberderap saat mereka menuju Posko 1.
Memori Salim kembali pada semangat yang berkobar tatkala senampan wedang jahe dan kacang rebus menyapanya. Salim mengucapkan terima kasih pada adik tingkatnya itu. Dia sengaja berjaga di posko untuk berjaga-jaga ada tamu seperti sore tadi. Pendengaran Salim kembali menangkap suara nasyid yang menggebu. Lisannya ikut bernasyid ria dari kejauhan.
"La izzata illa bil Islam
Wala Islama illa bisy syariah
Wala syariata illa biddaulah
Daulah Khilafah Rasyidah
Tiada kemuliaan tanpa Islam
Tak sempurna Islam tanpa syariah
Tak 'kan tegak syariah tanpa daulah
Daulah Khilafah Rasyidah."[]
Selalu keren, cikgu.
Barakallah ❤️
Bener kata Salim, orang yang tidak mau memperjuangkan Islam kaffah dalam naungan khilafah itu sebenarnya dia telmi..hehe
Nyata jika nasyid itu menggema, sungguh semangat perjuangan jelas berkobar. Semoga generasi-generasi seperti Salim kian banyak dan berjuang melawan kezaliman dan menyampaikan kebenaran. Aamiin
Semangat Salim! Semoga telmi-telmi di luar sana punya kesempatan bertemu denganmu atau yg sepertimu hingga bisa segera tersadarkan..
Barakallah mbak Afi..
Membayangkan tokoh Salim seperti Mus'ab bin Umair yang pandai berdiplomasi menghadapi para tokoh suku Aus dan khazraj di Madinah
Tokoh Salim ini ada di wilayah Jatim belasan tahun silam
Seperti biasa, sang penulis menyampaikan pesan ideologis dalam diksi-diksi yang membius.
Hati mereka sudah berkuah.
Paling suka!
Berkuah haru dan semangat, bukan berkuah bakso Mbak. Hehe
Eh, Salim itu kalau di dunia nyata cocoknya jadi mahasiswa ideologis yang berani tegas menyuarakan Islam kaffah tetapi dengan bahasa santun dan elegan.
Mantan mahasiswa dia. Hehe
MasyaAllah, semoga semakin banyak pemuda seperti Salim. Tetap tenang meski dihantam gelombang, mempertahankan kesopanan dan bertutur baik, membuat lawannya terpukau.
Tidak mudah bersikap tenang dalam kondisi tegang seperti itu. Sosok Salim luar biasa.
Dia juga masih ketar-ketir, Mbak.
Ketenangan Salim, membuahkan hasil.
MasyaAllah....kejadian yang sering terjadi ketika ada yang menyuarakan khilafah.
Leres Mbak. Karena pejuang Khilafah pasti laa madiyah.
Salim ngomong "telmi" nya elegan sekali
Hihi, tak tampak mencela.