Meraih Syahidah

"Alya menjadi korban main hakim sendiri. Setelah melihat rekaman CCTV, terbukti bahwa gadis itu tidak bersalah. Namun sayang, nyawa Alya tidak tertolong lagi ketika dibawa ke rumah sakit karena pendarahan di otak akibat pukulan bertubi-tubi di kepalanya."

Oleh. Naina Yanyan
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- "Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang buruk, bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu, engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak sedap." (HR. Imam Bukhari)

Diva masih menatap tanah merah yang masih basah di Taman Pemakaman Umum Lembang Jambe, di situ ada kayu nisan bertuliskan "Alya Kamila binti Ahmad."

"Kamu masih begitu muda, Dek. Teteh sangat kehilanganmu sebagai sosok remaja yang potensial di berbagai hal. Teteh tidak bisa lagi melihat senyum manismu dan membersamaimu dalam dakwah ini." Diva berbicara pada onggokan tanah di hadapannya.

Alya adalah adik binaannya yang baru saja meninggal dunia karena kecelakaan. Diva ingat betul bagaimana gadis itu dari awal hijrah hingga menjemput ajalnya.

"Teh, Alya belum punya jilbab. Mama enggak ngebolehin aku pakai jilbab," ucap Alya ketika selesai menerima penjelasan tentang wajibnya menutup aurat bagi seorang muslimah, yakni memakai jilbab sesuai dengan surah Al-Ahzab ayat 59 dan memakai kerudung sesuai dengan surah An-Nur ayat 31.

"Insyaallah nanti Teteh cariin jilbab buat Alya, ya," ujar Diva.

"Terima kasih, Teteh," ucap Alya tersenyum semringah. Senyuman itu yang akan selalu Diva rindukan.

Alya tidak pernah mengeluh dalam menjalani hidupnya. Orangnya selalu semangat, apalagi dalam mengajak teman-temannya untuk mengkaji Islam.

"Dek, masyaallah … kamu selalu semangat menebar kebaikan. Teteh salut sama kamu," ucap Diva suatu hari ketika Alya mengajak teman-temannya bermajelis ilmu.

Tidak sedikit temannya yang mencibir dan menolak ajakannya, tetapi itu tidak menyurutkan langkahnya dalam berdakwah amar makruf nahi mungkar. Celaan, makian, cibiran, dan penolakan teman-teman yang diajaknya tidak lantas membuatnya mundur bahkan berputus asa. Hal seperti itu tidak ada dalam kamus seorang Alya.

"Teh, Alya tidak sedih ketika teman yang diajak menolak, tetapi yang buat aku sedih itu ketika tidak berhasil mengajak mereka hadir untuk bermajelis ilmu," tutur Alya suatu ketika.

"Dek, berhasil atau tidaknya kita mengajak teman, itu bukanlah ranah kita, itu wilayah yang tidak kita kuasai. Kita sudah berusaha, hanya Allah sajalah yang menentukan hasilnya. Allah yang membolak-balikkan hati manusia. Insyaallah usaha Adek sudah berpahala di sisi Allah," jelas Diva.

"Iya, Teh," jawab Alya.

Alya masih duduk di bangku sekolah menengah atas, tetapi pemikirannya sudah sangat cemerlang. Di saat teman sebayanya mengisi hari-harinya dengan bermain, gadis itu memilih untuk mengisinya dengan mengkaji Islam dan berdakwah.

"Alya, apa kamu tidak lelah mengajakku terus untuk mengaji?" tanya teman sekolahnya, Mona suatu hari.

"Insyaallah enggak, Mon. Aku sayang sama kamu sebagai temanku," jawab Alya.

"Jika sayang sama aku, aku ingin kamu tidak ganggu aku lagi dengan ajakanmu itu. Oke!!" tegas Mona.

"Aku peduli sama kamu, Mon. Aku tidak ingin temanku terjerumus ke dalam lubang dosa," ujar Alya dengan mata berkaca-kaca.

"Sok suci kamu, Al," sarkas Mona sambil berlalu dari Alya.

Mata Alya yang berkaca-kaca tadi telah berubah jadi buliran air mata. Mona adalah teman mainnya sedari kecil. Namun semenjak SMA, seakan ada jurang pemisah di antara mereka. Alya aktif dengan kajian remaja Islam, sedangkan Mona aktif dengan gengnya yang pecinta artis Korea.

Mona dilenakan dengan nonton konser artis Korea juga dramanya. Sampai-sampai mengoleksi benda apa pun yang berkaitan dengan idolanya itu, tanpa memperhatikan mahalnya benda tersebut, yang penting gaya demi prestise.

Mona bergabung dengan kelompok sesama pecinta artis dan drama Korea. Mereka akan melakukan apa pun untuk idolanya tersebut. Kertas pembungkus makanan siap saji saja mereka perebutkan, meskipun harganya terbilang menguras dompet. Drama Korea yang melenakan waktu, tidak memberikan kesempatan mereka untuk beribadah. Salat sering dilalaikan dan nasihat orang tua tidak didengar, apalagi nasihat orang lain.

Generasi muda saat ini telah teracuni oleh paham kebebasan yang diembuskan kaum liberal. Mereka digiring supaya jauh dari ajaran Islam. Pada akhirnya, generasi muda Islam akan menjadi lost generation. Itulah tujuan utama dari kaum liberal terhadap umat Islam.

Namun, masih ada generasi muda yang memperjuangkan kembali kehidupan Islam. Alya adalah salah satunya. Gadis itu tidak pernah berhenti mendakwahkan Islam kepada teman-temannya.

Diva adalah salah satu saksi bagaimana pengorbanan Alya di jalan dakwah Islam. Diva yang selalu membersamai gadis itu dari awal ia berhijrah, di saat teman-temannya yang lain bergelut dengan aktivitas duniawi yang melenakan. Alya termasuk sel awal dakwah di sekolah dan lingkungan rumahnya. Banyak orang yang telah tercerahkan oleh dakwah Islam yang disampaikannya. Gadis itu sedang mengumpulkan investasi pahala, untuk bekalnya di akhirat kelak. Dia melakukan hal itu semata-mata hanya ingin meraih rida Allah taala.

"Al, apakah kamu capek berdakwah?" tanya Diva suatu hari.

"Insyaallah tidak, Teh. Alya akan terus berdakwah hingga ajal menjelang. Aku hanya bisa melakukan ini untuk meraih surga-Nya," jawab Alya tegas.

"Masyaallah, barakallah, Dek." Diva terharu mendengar jawaban tegas yang terlontar dari mulut Alya.

"Alhamdulilah. Amin," syukur Alya.

Alya tidak mudah menyerah, sebab Rasulullah lebih berat pengorbanannya daripada dirinya yang masih seujung kuku. Tantangan Rasulullah saw. dalam berdakwah mulai dari cacian, disebut sebagai orang gila dan tukang sihir, pernah diludahi dan dilempari kotoran hewan, hingga dilempari batu dan kepalanya berdarah, tetapi itu tidak membuat Beliau saw. mundur dari mendakwahkan Islam. Sedangkan dia masih hanya sebatas dicibir dan dijauhi oleh teman-temannya. Malu rasanya bila mudah menyerah.

Suatu hari, Alya memergoki Mona sedang mengutil di sebuah minimarket. Mona kaget karena aksinya diketahui temannya. Alya menasihatinya supaya mengembalikan barang yang dicurinya itu, tetapi Mona tidak terima. Mona malah meneriaki Alya maling. Sontak pengunjung dan pelayan di sana menghakimi gadis yang tidak berdaya itu hingga memar dan berdarah. Tidak sengaja Diva melewati tempat kejadian, Diva melihat Alya digotong naik ambulans. Diva merasa sedih jika mengenang hal itu. Alya menjadi korban main hakim sendiri. Setelah melihat rekaman CCTV, terbukti bahwa gadis itu tidak bersalah. Namun sayang, nyawa Alya tidak tertolong lagi ketika dibawa ke rumah sakit karena pendarahan di otak akibat pukulan bertubi-tubi di kepalanya.

Selamat jalan Alya. Selamat meraih syahidah. Kau telah berjuang dengan penuh pengorbanan. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Waktu yang kau punya hanya untuk di jalan dakwah. Senyumanmu di akhir hidupmu tampak jelas terlukis indah di wajahmu. Semoga kau husnulkhatimah dan ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya.

Mona menerima hukuman karena berani mencuri. Dia menyesal telah menuduh Alya maling dan menyebabkan gadis itu meninggal dunia. Mona pun memilih meninggalkan dunia bebasnya. Alasan dia mengutil adalah untuk memenuhi keinginannya. Uangnya telah habis untuk memenuhi hobinya mengoleksi benda-benda dari idolanya tersebut, sehingga untuk jajan ia tak lagi memiliki uang, makanya dia mengutil. Mona pun sadar dan tobat, kemudian mulai berhijrah mengikuti kajian Islam bersama Diva. Mona bertekad mengikuti jejak Alya berdakwah hingga meraih syahidah.

"Teh, akankah dosa Mona diampuni oleh Allah?" lirih Mona kepada Diva suatu sore di teras Masjid Al-Ihsan.

"Insyaallah, Dek. Allah Maha Pengampun, ampunan Allah seluas langit dan bumi, meskipun dosa kita menggunung tinggi. Asalkan kita bertobat, sebenar-benarnya tobat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tetap semangat, Adekku." Diva selalu memberi semangat Mona yang terkadang futur karena penyesalannya di masa lalu.

Mona merasa malu melihat dirinya yang telah berlumuran dosa. Mengapa tidak dari dulu dia mengkaji Islam? Jika saja dulu dia mengikuti ajakan Alya, tidak akan ada kejadian itu. Terkadang dia masih menyalahkan diri sendiri atas meninggalnya Alya.

"Dek, daripada kita menyesali terus-menerus tentang masa lalu, lebih baik kita sambut masa depan dengan semangat baru dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dakwah dikencangkan sehingga gelar syahidah tersemat di atas nama kita kelak." Diva memotivasi Mona untuk melanjutkan hidupnya, menatap masa depannya yang cerah, dan semangat meraih syahidah yang dirindukan.

"Terima kasih, Teteh. Insyaallah Mona akan selalu semangat, apalagi dekat dengan Teteh dan sahabat taat yang senantiasa mengingatkan dalam kebenaran," ujar Mona.

Diva menggenggam tangan Mona sembari berjalan menyusuri jalan menuju pulang ke rumah masing-masing. Senyum mereka merekah menatap langit yang begitu cerah sore itu.

Tamat.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Naina Yanyan Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Beras Dikubur, Horor Kapitalisme
Next
Demokrasi Bukan Solusi bagi Irak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram