Mimpi Rindu

"Rindu mempunyai cita-cita mulia, yakni memakaikan mahkota terindah kepada aba dan uminya di surga kelak. Meskipun dalam kondisi sakit, hal tersebut sama sekali tak mengurangi semangatnya dalam menghafal, karena ia memahami Al-Qur'an mudah lepas dalam ingatan bila tak dijaga, sebagaimana lepasnya unta dari tambatan."

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ketika wabah pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, rupanya tubuh Rindu turut mencicipi penyakit mematikan tersebut. Ia pun tergolek kesakitan di atas peraduannya. Sekolahnya telah diliburkan sampai waktu yang tidak ditentukan sambil menunggu info akan diadakannya pembelajaran via daring.

Rindu mencoba mengayunkan langkah kakinya. Kali ini sepertinya ia kehilangan tenaga. Sejak terserang penyakit Covid-19 seminggu lalu, perutnya hanya terisi air putih, madu, sari kurma, bubur nasi, dan obat-obatan. Walau demam yang menggelayut manja di tubuhnya tak beranjak pergi, ia tetap bersyukur dan bahagia. Panas yang membakar tubuhnya mengingatkannya pada para sahabat Nabi saw. yang senang ketika tertimpa demam, sebab bersama itu Allah Swt. menggugurkan dosa-dosanya selama tetap bersabar. Bahkan sebagai orang yang beriman, dilarang untuk mencela penyakit termasuk demam karena ada hikmah yang Allah berikan di balik musibah yang terjadi.

Dengan tertatih, Rindu berusaha untuk duduk di kursi. Ia menggapai buku diari bersampul biru di antara deretan buku pelajaran sekolahnya, lalu membuka tiap lembarnya. Tepat di pertengahan halaman tangannya terhenti, matanya yang bulat bagai bulan purnama tiba-tiba bersinar melihat sebuah tulisan yang maknanya sangat dalam.

[Jabir bin Abdillah r.a meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah berpesan saat beliau mengunjungi Ummu Sa'ib yang sedang menggigil kedinginan, lalu ditanya oleh Nabi saw. apa yang terjadi dengannya. Ia pun menjawab bahwa ia sedang demam dan mencelanya. Beliau lalu mengingatkan untuk tidak mencaci maki demam, sebab demam adalah sarana menghilangkan dosa-dosa bagi orang mukmin, sebagaimana alat peniup besi menghilangkan karat besi]

Rindu merasa bagai disiram air hujan yang sangat dingin. Merasuk dan menyegarkan seluruh aliran darahnya. Tubuhnya yang semula loyo, tiba-tiba langsung menjadi segar dan bersemangat. Pun dari lisannya berbisik lembut, "La hawla wala quwwata illa billah" yang artinya tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.https://narasipost.com/2020/12/24/merajut-asa-bersihkan-jiwa/

Sejak kecil Rindu telah diajarkan oleh orang tuanya untuk selalu bersyukur dalam keadaan apa pun. Walau kedua orang tuanya hanya orang kampung dan bertani, namun mereka sangat memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya.

"Rindu, sudah salat, Nak?" Umi mengingatkan dengan nada lembut. Tangannya menyibak rambut Rindu yang tergerai panjang hingga ke pundak.

"Alhamdulillah. Sudah, Umi," ujar Rindu dengan senyum manis.

"Untuk menempelkan bacaan, kau harus rajin mengulang dan konsisten, Nak," jelas umi seraya mengingatkan dan menyemangati.

"Doain ya, Umi. Insyaallah akan selesai sesuai target waktu yang ditentukan," jelas Rindu berusaha meyakinkan uminya.

Sebelum wabah Covid-19 melanda kampungnya, Rindu adalah sosok remaja yang aktif di surau atau kegiatan sosial lainnya. Tiap hari gadis manis itu berpamitan pada uminya hendak pergi ke surau, karena ada amanah yang akan dikerjakannya selepas salat magrib berjemaah. Rindu terbiasa mengajari adik-adik belajar membaca Al-Qur'an metode iqra, serta ada satu malam yang dikhususkan untuk mengkaji ilmu-ilmu Islam kaffah dan berdiskusi.

Begitulah salah satu kegiatan yang dilakukan Rindu mengisi hari-harinya. Sebagai remaja, ia tak mau menghabiskan waktunya dengan percuma, tapi berusaha mengisinya dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi diri dan orang sekitarnya. Seperti pesan Rasulullah saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani yang bermakna sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Fajar menyeruak meninggalkan malam. Alam pedesaan Semenanjung Buih memang terasa tenang dan nyaman. Ayam jantan berkokok memperdengarkan laungannya yang indah. Tubuh Rindu terasa jauh lebih sehat. Seperti biasa selepas salat subuh, Rindu bercengkerama dengan Al-Qur'an untuk menambah hafalan. Menjaga amanah adalah hal terpenting baginya agar ayat-ayat tersebut menempel kuat dalam memorinya. Tak lupa juga untuk berdoa meminta pertolongan Allah dalam menghafal. Begitulah pesan yang pernah disampaikan guru mengajinya

Rindu juga selalu diingatkan untuk senantiasa menjaga diri dari sifat takabur, hasad, dengki dan semua penyakit hati lainnya, serta menanamkan keikhlasan dalam beramal sehingga meraih keberkahan Allah Swt. Sebagaimana Rasulullah saw. menjelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Muslim no. 2564, bahwa Allah tidak melihat pada rupa dan harta seseorang, namun Allah hanya menilai hati dan amalannya saja. Maka sudah sepantasnyalah seorang yang beriman menjaga kesucian hatinya demi meraih keridaan-Nya.

Rindu mempunyai cita-cita mulia, yakni memakaikan mahkota terindah kepada aba dan uminya di surga kelak. Meskipun dalam kondisi sakit, hal tersebut sama sekali tak mengurangi semangatnya dalam menghafal, karena ia memahami Al-Qur'an mudah lepas dalam ingatan bila tak dijaga, sebagaimana lepasnya unta dari tambatan.

Desa Semenanjung Buih memang asri dan nyaman. Siapa pun akan betah berlama-lama berkunjung ke desa itu. Tapi bagi Rindu, ada hal yang tak bisa didapatkan di sini, sebuah perguruan tinggi yang bisa mengantarkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Demi mewujudkan mimpinya, ia harus urban ke kota. Sakit yang pernah mendera rupanya melambungkan tekadnya untuk menjadi seorang dokter.

Apatah lagi di desa tersebut hanya ada satu dokter umum saja yang bertugas. Tentu sangat kekurangan tenaga kesehatan. Walhasil selepas SMA dan berbekal doa restu kedua orang tuanya, pergilah Rindu menjejak alas ke negeri seberang untuk kuliah di perguruan tinggi negeri ternama di kota, demi mewujudkan mimpinya menjadi seorang dokter yang kelak menjadi dokter umat yang banyak menolong sesama dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemaslahatan umat.

Masyaallah. Tabarakallah. Sungguh pribadi yang mengagumkan. Gadis remaja seusia Rindu telah memiliki visi misi yang revolusioner. Sebagai hamba Allah, ia menyadari betul keberadaannya di muka bumi ini adalah untuk beribadah dan menjadi hamba yang bertakwa, sehingga ia berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi kedua orang tuanya, agama, dan negerinya.

Bersambung…[]


Photo : pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Bukan Tulang Punggung
Next
Putus Asa Berujung Duka
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram